Suko Pranoto Hadiri Tradisi Baku Pukul Menyapu di Mamala dan Morella
pada tanggal
24 Juni 2018
AMBON, LELEMUKU.COM - Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XVI/Pattimura Mayjen TNI Suko Pranoto dengan didampingi oleh beserta sejumlah pejabat teras Kodam XVI/Pattimura turut menghadiri acara tradisi baku pukul menyapu, yang diselenggarakan oleh Desa Mamala dan Desa Morella di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, yang dipusatkan di dua tempat yaitu di Stadion Mini Hatusela di Halaman Masjid Negeri Mamala dan Stadion Baku Pukul Sapu Lidi Kapaha di Belakang Masjid Morella pada Jumat (22/06).
Setibanya di tempat transit yang telah disediakan panitia di perbatasan Negeri Mamala dan Morella, Pangdam beserta rombongan disambut oleh Raja Negeri Mamala dan Raja Negeri Morella, setelah itu melaksanakan Sholat Zhuhur di Masjid Al-Muhhin Negeri Mamala.
Berdasarkan sejarah, pukul manyapu adalah salah satu wisata budaya di Negeri Mamala dan Negeri Morella yang hanya diselenggarakan setahun sekali setiap tanggal 7 Syawal dalam penanggalan Islam atau 7 hari setelah lebaran Hari Raya Idul Fitri.
Tradisi ini bermula ketika peperangan antara VOC melawan Kapitan Tulukabessy untuk mempertahankan Benteng Kapahaha. Dalam peperangan yang dimenangkan oleh VOC, Sang Kapitan berhasil meloloskan diri dari penangkapan. Walau berhasil lolos, banyak sekali pasukan Sang Kapitan yang ditawan untuk dijadikan Sandera VOC.
Demi membebaskan pasukannya, Sang Kapitan rela menyerahkan diri. Setelah menyerahkan diri, VOC menjatuhi hukuman gantung kepada Kapitan Tulukabessy. Untuk memperingati peristiwa tersebut, pasukan Kapitan Tulukabessy yang tersisa mengambil lidi enau dan saling mencambuk hingga tubuh mereka mengeluarkan darah.
Inilah asal muasal kenapa tradisi Baku Pukul Menyapu diselenggarakan yang merupakan simbol perlawanan terhadap penjajahan dan kecintaan terhadap tanah air.
Sebelum dimulai, pukul manyapu biasanya akan dibuka dengan beberapa pertunjukan, seperti tarian, atraksi bambu gila, dan teaterikal perjuangan Kapitan Tulukabessy. Acara ditandai dengan masuknya peserta ke arena pertunjukan yang dipimpin oleh Ketua Adat Desa Mamala dan Morella. Tradisi ini mengundang banyak perhatian wisatawan lokal maupun asing karena keunikan yang seru dan seram.
Ketika pertempuran selesai, pemuda kedua desa tersebut menggobati lukanya dengan menggunakan getah pohon jarak. Ada juga yang mengoleskan minyak nyualaing matetu (minyak tasala) dimana mujarab untuk mengobati patah tulang dan luka memar.
Tradisi Pukul Manyapu dipandang sebagai alat untuk mempererat tali persaudaraan masyarakat di Desa Mamala dan Desa Morella.
Turut hadir pada acara tersebut Plt Gubernur Maluku, Danlanud Pattimura, Wadanlantamal IX/Ambon, dan Bupati Maluku Tengah dan Danrem 151/Binaiya. (Pendam16)
Setibanya di tempat transit yang telah disediakan panitia di perbatasan Negeri Mamala dan Morella, Pangdam beserta rombongan disambut oleh Raja Negeri Mamala dan Raja Negeri Morella, setelah itu melaksanakan Sholat Zhuhur di Masjid Al-Muhhin Negeri Mamala.
Berdasarkan sejarah, pukul manyapu adalah salah satu wisata budaya di Negeri Mamala dan Negeri Morella yang hanya diselenggarakan setahun sekali setiap tanggal 7 Syawal dalam penanggalan Islam atau 7 hari setelah lebaran Hari Raya Idul Fitri.
Tradisi ini bermula ketika peperangan antara VOC melawan Kapitan Tulukabessy untuk mempertahankan Benteng Kapahaha. Dalam peperangan yang dimenangkan oleh VOC, Sang Kapitan berhasil meloloskan diri dari penangkapan. Walau berhasil lolos, banyak sekali pasukan Sang Kapitan yang ditawan untuk dijadikan Sandera VOC.
Demi membebaskan pasukannya, Sang Kapitan rela menyerahkan diri. Setelah menyerahkan diri, VOC menjatuhi hukuman gantung kepada Kapitan Tulukabessy. Untuk memperingati peristiwa tersebut, pasukan Kapitan Tulukabessy yang tersisa mengambil lidi enau dan saling mencambuk hingga tubuh mereka mengeluarkan darah.
Inilah asal muasal kenapa tradisi Baku Pukul Menyapu diselenggarakan yang merupakan simbol perlawanan terhadap penjajahan dan kecintaan terhadap tanah air.
Sebelum dimulai, pukul manyapu biasanya akan dibuka dengan beberapa pertunjukan, seperti tarian, atraksi bambu gila, dan teaterikal perjuangan Kapitan Tulukabessy. Acara ditandai dengan masuknya peserta ke arena pertunjukan yang dipimpin oleh Ketua Adat Desa Mamala dan Morella. Tradisi ini mengundang banyak perhatian wisatawan lokal maupun asing karena keunikan yang seru dan seram.
Ketika pertempuran selesai, pemuda kedua desa tersebut menggobati lukanya dengan menggunakan getah pohon jarak. Ada juga yang mengoleskan minyak nyualaing matetu (minyak tasala) dimana mujarab untuk mengobati patah tulang dan luka memar.
Tradisi Pukul Manyapu dipandang sebagai alat untuk mempererat tali persaudaraan masyarakat di Desa Mamala dan Desa Morella.
Turut hadir pada acara tersebut Plt Gubernur Maluku, Danlanud Pattimura, Wadanlantamal IX/Ambon, dan Bupati Maluku Tengah dan Danrem 151/Binaiya. (Pendam16)