Arus Mudik di Saumlaki Diwarnai Aksi Protes Keluar NKRI
pada tanggal
07 Juli 2018
SAUMLAKI, LELEMUKU.COM – Kepala Kantor Unit Pelayanan Pelabuhan (UPP) Kelas II Saumlaki, Ferra J. Alfaris, ST., MSi mengungkapkan arus mudik dan arus balik selama Bulan Ramadhan 2018 dan Hari Raya Idul Fitri 2018 di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku berjalan dengan lancar, meski diakui ada kendala yang harus dihadapi.
Ia katakan, salah satu kendala yang ditemui dalam satu bulan pelayanan pada hari raya itu ketika beberapa warga yang protes dan menuntut keluar dari Negara Kesatuan Indonesia (NKRI) akibat tertundanya keberangkatan Kapal Motor (KM) Dahusa dengan tujuan Adaut, Kecamatan Selaru yang ditumpangi mereka.
“Jadi selama mudik lebaran itu yang menojol itu, karena ada demo dengan masyarakat terkait dengan penundaan keberangkatan kapal,” ungkap Ferra kepada wartawan pada Senin (2/7).
Kapat tersebut tertunda keberangkatan karena cuaca buruk, dan harus menunggu keberangkatan sampai cuaca membaik.
“Waktu ketika demo ke sini, saya jelaskan bahwa ini cuaca buruk katong tunda keberangkatan, nanti kalau cuaca sudah bagus kita kasih berangkat tapi mereka paksa terus, saya bilang tidak bisa. Trus saya minta perwakilan dari pendemo datang,” ujar dia.
Dikatakan 3 orang penumpang bersama nakoda kemudian mendatangi pihaknya dan meminta penjelasan dari Syahbandar.
“Kami katakan ke mereka bahwa karena cuaca buruk maka ditunda keberangkatan. Nanti kalau cuaca sudah membaik baru kita kasih berangkat lagi,” ujar dia.
Selanjutnya Ferra mengungkapkan, sambil menunda keberangkatan itu petugas Syahbandar turun ke kapal dan memeriksa alasan penumpang dari kapal tersebut ngotot berangkat.
“Ternyata ada muat minyak. Sementara kapal penumpang kan tidak boleh memuat minyak, kapal dibangun sesuai peruntukannya, yang memuat penumpang muat penumpang., yang memuat minyak di kapal minyak dan muatan barang di kapal barang,” ujar dia.
Petugasnya saat itu mendapat 8 gen minyak dengan daya tampung 30 liter milik salah satu oknum penumpang. Selanjutnya penemuan itu ditindaklanjuti dengan menurunkan barang tersebut dari kapal.
“Kita kasih turun. Sampai di bawah, trus yang punya minyak itu mengamuk. Dia ancam kalau tidak berangkat, dia mau keluar dari NKRI,” tutur Ferra.
Ia menegaskan sebagai penanggung jawab penyelenggara Pelabuhan Laut di Saumlaki sikap penumpang tersebut disikapi dengan menjelaskan bahwa hal ini penggunaan kapal harus sesuai dengan peruntukkannya, apalagi dengan muatan yang memiliki resiko tinggi seperti bahan bakar minyak (BBM) yang mudah terbakar.
“Ini buat keselamatan bersama, kalau ada apa-apa kan resikonya saya juga yang tanggung jawab. Terpaksa saya tunda keberangkatan sampai besok pagi baru kapal tu berangkat, cuaca membaik kita berangkat,” tutur Ferra. (Laura Sobuber)
Ia katakan, salah satu kendala yang ditemui dalam satu bulan pelayanan pada hari raya itu ketika beberapa warga yang protes dan menuntut keluar dari Negara Kesatuan Indonesia (NKRI) akibat tertundanya keberangkatan Kapal Motor (KM) Dahusa dengan tujuan Adaut, Kecamatan Selaru yang ditumpangi mereka.
“Jadi selama mudik lebaran itu yang menojol itu, karena ada demo dengan masyarakat terkait dengan penundaan keberangkatan kapal,” ungkap Ferra kepada wartawan pada Senin (2/7).
Kapat tersebut tertunda keberangkatan karena cuaca buruk, dan harus menunggu keberangkatan sampai cuaca membaik.
“Waktu ketika demo ke sini, saya jelaskan bahwa ini cuaca buruk katong tunda keberangkatan, nanti kalau cuaca sudah bagus kita kasih berangkat tapi mereka paksa terus, saya bilang tidak bisa. Trus saya minta perwakilan dari pendemo datang,” ujar dia.
Dikatakan 3 orang penumpang bersama nakoda kemudian mendatangi pihaknya dan meminta penjelasan dari Syahbandar.
“Kami katakan ke mereka bahwa karena cuaca buruk maka ditunda keberangkatan. Nanti kalau cuaca sudah membaik baru kita kasih berangkat lagi,” ujar dia.
Selanjutnya Ferra mengungkapkan, sambil menunda keberangkatan itu petugas Syahbandar turun ke kapal dan memeriksa alasan penumpang dari kapal tersebut ngotot berangkat.
“Ternyata ada muat minyak. Sementara kapal penumpang kan tidak boleh memuat minyak, kapal dibangun sesuai peruntukannya, yang memuat penumpang muat penumpang., yang memuat minyak di kapal minyak dan muatan barang di kapal barang,” ujar dia.
Petugasnya saat itu mendapat 8 gen minyak dengan daya tampung 30 liter milik salah satu oknum penumpang. Selanjutnya penemuan itu ditindaklanjuti dengan menurunkan barang tersebut dari kapal.
“Kita kasih turun. Sampai di bawah, trus yang punya minyak itu mengamuk. Dia ancam kalau tidak berangkat, dia mau keluar dari NKRI,” tutur Ferra.
Ia menegaskan sebagai penanggung jawab penyelenggara Pelabuhan Laut di Saumlaki sikap penumpang tersebut disikapi dengan menjelaskan bahwa hal ini penggunaan kapal harus sesuai dengan peruntukkannya, apalagi dengan muatan yang memiliki resiko tinggi seperti bahan bakar minyak (BBM) yang mudah terbakar.
“Ini buat keselamatan bersama, kalau ada apa-apa kan resikonya saya juga yang tanggung jawab. Terpaksa saya tunda keberangkatan sampai besok pagi baru kapal tu berangkat, cuaca membaik kita berangkat,” tutur Ferra. (Laura Sobuber)