Awak Kapal KM Rangga Pratama Masih Dalam Pencarian
pada tanggal
14 Juli 2018
KUPANG, LELEMUKU.COM - Awak kapal Kapal Motor (KM) Rangga Pratama-7 yang hilang sejak 5 Juni 2018 di Laut Banda, Provinsi Maluku masih dalam pencarian kepolisian, Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) dan instansi terkait.
Hingga kini belum ada titik terang keberadaan 15 orang awak kapal KM Rangga Pratama-7 yang sudah ditemukan pada 4 Juli dalam posisi terbalik di perairan Karang Keledupa, Desa Matingola, Kecamatan Keledupa, Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Pemerintah Nusa Tenggara Timur (NTT) mengakui hingga saat ini pihaknya belum mengetahui informasi terbarunya.
“Saya sudah tanya ke KSOP Kupang tentang perkembangan pencarian korban dari KSOP Ambon, tetapi mereka tidak dapat informasi apa-apa,” kata Kepala Dinas Perhubungan NTT Isyak Nuka di Kupang, Rabu (11/7).
Ia menduga musibah KM Rangga Pratama-7 tidak dilaporkan ke Menteri Perhubungan. Saat pertemuan kepala dinas perhubungan se-Indonesia bersama Menteri Perhubungan di Jakarta, tidak dibahas soal kapal tersebut.
“Saat pertemuan hanya dibahas musibah kapal di Danau Toba dan Selayar. Tidak dibahas tentang KM Rangga Pratama-7,” katanya.
Sedangkan Kepala Pelabuan Perikanan Nusantara (PPN) Ambon, Thaib Sangaji menyatakaan pihaknya akan mencari kapal 1 nakhoda, 1 mualim dan 13 anak buah kapal (ABK) yang telah hilang dilaut selama 27 hari itu.
"Kami minta bantuan kepada kapal-kapal yang mau keluar agar membantu mencari, sebab ABKnya belum ada informasi, namun kita berharap mereka selamat," ujar dia kepada media di Ambon, Sabtu (7/7).
Diungkapkan kapal naas itu mendapat izin berlayar pada 31 Mei dengan tujuan fishing ground di Laut Arafura, Laut Banda dan Laut Seram. Namun hilang kontak saat berada di utara Kepulauan Tanimbar.
"Kami masih terus berkoordinasi sebab, hingga saat ini nasib awak kapal belum diketahui keberadaannya," tutur dia
Sementara itu ratusan keluarga dari awak kapal yang dimilki PT. Arabikatama Khatulistiwa Fishing Industry (AKFI) di Pelabuhan Benoa Denpasar berbondong-bondong mendatangi kantor perusahaan tersebut pada Sabtu (7/7) pukul 10.30 Wita.
Mereka meminta perusahaan berikan penjelasan dan bertanggungjawab atas hilangnya anggota keluarga mereka yang sudah sebulan ini tak ada kontak.
Kapolsek KP3 Benoa, Kompol Ni Made Sukerti menyatakan, dalam mediasi itu ada kesepakatan untuk memberi kabar keselamatan keberadaan para ABK yang hilang dalam waktu 2 x 24 jam.
Perkembangan akan diinformasikan oleh PT AKFI dan di infokan kepada pihak keluarga korban. Kemudian akan dilakukan pembicaraan secara kekeluargaan. Pihaknya juga akan memberikan keterangan kepada media.
"Terkait pencarian apakah dari keluarga bersedia akan berangkat ke Wakatobi akan di koordinasikan kemudian kembali nanti," ucap dia.
Sukerti mengatakan, mediasi akan terus dilakukan antara keluarga ABK dengan PT AKFI. Pihak perusahaan sudah melakukan pencarian dengan memerintahkan seluruh kapal di bawah perusahaan untuk membantu pencarian, bersurat kepada Basarnas, bersurat pada KPLP dan melaporkan kejadian pada Ditpolair Polda Maluku
"Jadi sudah ada mediasi. Tapi memang hilangnya di Ambon. Kondisinya itu masih belum diketahui (para ABK)," ungkapnya.
Sebelumnya diberitakan, kapal dengan bobot 29 Gross Tonase (GT) bertanda selar GT 29 No.750/Qa 2010/Qa No 284 / N itu bertolak dari Bali menuju ke Kepulauan Aru untuk menangkap cumi.
Namun, pada 8 Juni 2018, dilaporkan hilang kontak di perairan antara Kepulauan Nuslima dan Pulau Maru, Kecamatan Molu Maru, MTB. dan ditemukan terbalik tanpa awak kapal di perairan Desa Sombano, Kecamatan Kaledupa, Kabupaten Wakatobi, Rabu (4/7).
ABK diduga telah meninggalkan kapal dengan meninggalkan kartu tanda penduduk (KTP) di kapal. KTP yang ditinggalkan di kapal milik Kepala Kamar Mesin (KKM) Fandi Aprianto Bulu, asal Desa Loko Ry, Kecamatan Tana Righu, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT.
Berikut nama-nama awak kapal yang dimiliki oleh warga NTT bernama Alexander F Tefnai, ini yakni nakhoda Yami Kalvin Saebessy, KKM Andres Bulu, mualim I Siprianus Kari dan 12 orang ABK yakni Junaedi, Demianus Helu Ngara, Raben Saingu Wela, Ruben Hina, Buang Danaur, Welem Wora Mndeke, Muhammad Jauhari, Nehemi Luturmas, Mohamad Maolana, Saputra, Indrayanto, Fandi Aprianto Bulu, dan Petus Bulu. (TribunBali/Albert Batlayeri)