Sarasehan Nasional Ingatkan Potensi Alam di Maluku
pada tanggal
13 Juli 2018
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Dewan Pertahanan Nasional (Wantannas) RI menilai Sarasehan Nasional Merawat Kedamaian dengan tema ”Belajar dari Resolusi Konflik dan Damai di Maluku dan Maluku Utara untuk Indonesia yang Bersatu, Berdaulat, Adil dan Makmur” berikan pandangan baru tentang Maluku.
Menurut Sesjen Wantannas Letjen TNI Doni Monardo, momentum sarasehan ini tidak ingin membuka luka lama, namun untuk menjadi pelajaran bagi kita semua dan mengingatkan kembali potensi-potensi alam yang dimiliki oleh Maluku. Program emas biru dan emas hijau yang telah digagas oleh Kodam XVI/Pattimura ditujukan untuk mengatasi masalah kesejahteraan dan kesenjangan, sehingga Maluku dapat menjadi pusat investasi.
“Maluku dan Maluku Utara merupakan sumber kekayaan alam dan rempah-rempah, namun kondisi masyarakatnya saat ini masih ada yang kurang sejahtera dan ini dikaitkan dengan konflik yang terjadi di Maluku,” ujar dia pada Selasa (10/7)
Acara yang resmi dibuka oleh Jenderal TNI (Purn.) Dr. H. Wiranto, S.H. selaku Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Republik Indonesia ini diadakan di Hotel JS Luwansa, Jakarta dan ditandai dengan menabuh tifa bersama dengan Sesjen Wantannas, Letjen TNI Doni Monardo.
Dalam sambutannya, Jenderal TNI (Purn.) Dr. H. Wiranto, S.H menyatakan persatuan nasional dapat diwujudkan dengan kebersamaan dalam perbedaan. Salah satunya adalah dengan menelisik kembali sejarah konflik Maluku pada awal masa Reformasi hingga berujung pada perdamaian yang terjaga hingga kini.
“Mewujudkan cita-cita nasional adalah dengan bersatu, berdaulat, bukan dengan peperangan, bukan dengan konflik. Persatuan merupakan kata kunci bahwa negeri ini dapat mewujudkan cita-citanya. Maluku adalah salah satu cermin pembenahan konflik, dan mudah-mudahan menjadi contoh perdamaian yang abadi,” ungkap Wiranto.
Lebih jauh ia berharap agar sarasehan ini menciptakan pola pikir baru dalam memajukan ideologi Indonesia yang bersatu dalam perbedaan.
"Harapan agar sarasehan ini dapat menghasilkan sesuatu yang dapat dijadikan masukan kepada presiden untuk melakukan banyak hal demi meratanya persatuan dan perdamaian yang mahal harganya," imbuh dia.
Selama dua hari, mulai tanggal 10-11 Juli 2018, Sarasehan Nasional akan menjadi media pembelajaran yang memusatkan perhatian pada pokok-pokok persoalan tentang resolusi konflik dan damai dengan mengambil contoh dari Maluku dan Maluku Utara.
Sekitar 100 orang tokoh masyarakat Maluku dan Maluku Utara yang terlibat dalam resolusi konflik dan damai hadir dalam Sarnas ini. Selain itu juga akan dihadiri oleh Perwakilan dari Daerah-daerah yang rawan konflik, Pejabat Kementerian/Lembaga Pejabat TNI/Polri Perwakilan, Kedutaan Besar negara sahabat,Pejabat Daerah (Pemerintah Provinsi, Kabupaten, dan Kota) Siswa Lembaga Pendidikan Lemhannas RI, Universitas Pertahanan, Sesko TNI, Seskoad Bandung, Seskoal Jakarta, Seskoau Bandung, Sespim Polri Bandung, Perwakilan Badan Ekesekutif Mahasiswa.
Selain itu, Sarasehan Nasional ini diharapkan sebagai peluang untuk mengembalikan kejayaan rempah-rempah Nusantara, mengoptimalkan hasil perikanan laut baik perikanan tangkap maupun budidaya dalam rangka meningkatkan perekonomian, meningkatkan potensi pariwisata dan keindahan alam Provinsi Maluku dan Maluku Utara, memastikan terjaminnya keamanan di Provinsi Maluku dan Maluku Utara untuk mengundang masuknya Investor untuk mengembangkan perekonomian. (AlbertBatlayeri)