Wisatawan Mancanegara Nikmati Wisata Tradisi di Tanimbar
pada tanggal
29 Juli 2018
SAUMLAKI, LELEMUKU.COM – Wisatawan mancanegara (wisman) dari berbagai negara yang menggunakan kapal pesiar bernama Motor Vessel (MV) Silver Discoverer berbendera Bahama yang datang dari Kota Wyndham, Kimberley, Western Australia sangat menikmati wisata tradisi di Kepulauan Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), Provinsi Maluku, pada Jumat (27/7).
Hal ini terlihat saat acara penyambutan di Dermaga Pelabuhan Umum Yos Sudarso Saumlaki, 108 wisman yang berasal dari Negara Australia, Polandia, Belanda, Jepang, Selandia Baru, Myanmar, Inggris, China dan Amerika Serikat sangat antusias mengikuti upacara adat Salasmer atau pengolesan pasir di dahi bagi para tamu yang untuk pertama kalinya berkunjung ke Tanimbar.
Upacara sakral ini dilakukan oleh tua-tua adat Desa Olilit, Kecamatan Tanimbar Selatan (Tansel) dengan mengundang tiga wisatawan sebagai wakil yang berarti memperkenalkan para wisatawan tersebut kepada para leluhur dan dilanjutkan dengan suguhkan Sopi atau minuman lokal khas sebagai tanda bahwa mereka sudah diterima di Bumi Duan Lolat.
Selepas upacara adat tersebut, para wisatawan ini diberi pengalungan syal tenun ikat Tanimbar yaitu kain yang dibuat dengan cara menenun benang pakan secara tradisional. Menenun sendiri merupakan kerajian tangan kaum wanita Tanimbar yang diwariskan secara turun menurun.
Kemudian mereka dihibur oleh muda-mudi Tanimbar yang membawakan tarian tradisional Dodobol yaitu salah satu tarian tradisional tertua di Tanimbar yang biasaya dibawakan untuk menyambut tamu penting.
Usai acara penyambutan tersebut dengan antusias para wisman mengunjungi gerai kerajinan tangan dari para pengrajin lokal yang memamerkan tenun ikat tradisional hingga modifikasi, patung ukiran tanimbar dari kayu dan batu, Suar atau Sisir, Tusuk Konde, belusu atau gelang lengan, lerbutir atau anting-anting adat, kmene atau anting-anting dan Ngoras atau kalung adat.
Dan dilanjutkan dengan melakukan city tour yang ditemani para guide berkeliling Kota Saumlaki dengan berjalan kaki. Merekapun berinteraksi dengan masyarakat dan para pedagang kaki lima serta para pedagang ikan, bumbu dapur hingga sayur di Pasar Olilit.
Salah satu wisatawan asal negara Selandia Baru, Barry mengungkapkan ketertarikannya dengan tradisi tanimbar serta sangat menikmati acara penyambutan yang begitu hangat dari masyarakat tersebut.
“Penyambutannya sangat luar biasa dan sangat menarik, saya bisa merasakan sambutan warga saat bicara dengan ramah kepada saya dan wisatawan yang lain,” ungkap dia kepada Lelemuku.com.
Pria berusia 81 tahun itu pun berpesan agar budaya ini harus terus dipertahankan dan jangan sampai hilang oleh modernisasi karena budaya tersebutlah yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan mancanegara untuk mengenal lebih lagi kebudayaan dan adat istiadat dari Tanimbar.
Hal ini terlihat saat acara penyambutan di Dermaga Pelabuhan Umum Yos Sudarso Saumlaki, 108 wisman yang berasal dari Negara Australia, Polandia, Belanda, Jepang, Selandia Baru, Myanmar, Inggris, China dan Amerika Serikat sangat antusias mengikuti upacara adat Salasmer atau pengolesan pasir di dahi bagi para tamu yang untuk pertama kalinya berkunjung ke Tanimbar.
Upacara sakral ini dilakukan oleh tua-tua adat Desa Olilit, Kecamatan Tanimbar Selatan (Tansel) dengan mengundang tiga wisatawan sebagai wakil yang berarti memperkenalkan para wisatawan tersebut kepada para leluhur dan dilanjutkan dengan suguhkan Sopi atau minuman lokal khas sebagai tanda bahwa mereka sudah diterima di Bumi Duan Lolat.
Selepas upacara adat tersebut, para wisatawan ini diberi pengalungan syal tenun ikat Tanimbar yaitu kain yang dibuat dengan cara menenun benang pakan secara tradisional. Menenun sendiri merupakan kerajian tangan kaum wanita Tanimbar yang diwariskan secara turun menurun.
Kemudian mereka dihibur oleh muda-mudi Tanimbar yang membawakan tarian tradisional Dodobol yaitu salah satu tarian tradisional tertua di Tanimbar yang biasaya dibawakan untuk menyambut tamu penting.
Usai acara penyambutan tersebut dengan antusias para wisman mengunjungi gerai kerajinan tangan dari para pengrajin lokal yang memamerkan tenun ikat tradisional hingga modifikasi, patung ukiran tanimbar dari kayu dan batu, Suar atau Sisir, Tusuk Konde, belusu atau gelang lengan, lerbutir atau anting-anting adat, kmene atau anting-anting dan Ngoras atau kalung adat.
Dan dilanjutkan dengan melakukan city tour yang ditemani para guide berkeliling Kota Saumlaki dengan berjalan kaki. Merekapun berinteraksi dengan masyarakat dan para pedagang kaki lima serta para pedagang ikan, bumbu dapur hingga sayur di Pasar Olilit.
Salah satu wisatawan asal negara Selandia Baru, Barry mengungkapkan ketertarikannya dengan tradisi tanimbar serta sangat menikmati acara penyambutan yang begitu hangat dari masyarakat tersebut.
“Penyambutannya sangat luar biasa dan sangat menarik, saya bisa merasakan sambutan warga saat bicara dengan ramah kepada saya dan wisatawan yang lain,” ungkap dia kepada Lelemuku.com.
Pria berusia 81 tahun itu pun berpesan agar budaya ini harus terus dipertahankan dan jangan sampai hilang oleh modernisasi karena budaya tersebutlah yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan mancanegara untuk mengenal lebih lagi kebudayaan dan adat istiadat dari Tanimbar.
“Tarian dan tradisi disini sangat unik sekali, harus terus dijaga, jangan dirubah. Sebab ini yang buat kami tertarik datang,” pesan Barry. (Laura Sobuber)