Sebar Hoax Warga Maluku Gaptek Teknologi, Shafiq Pontoh Siap Dipolisikan
pada tanggal
23 Agustus 2018
AMBON, LELEMUKU.COM - Diduga melakukan upaya penyebaran informasi palsu (hoax) terkait kondisi warga Maluku yang masih gagap teknologi, penggiat media sosial Indonesia, Shafiq Pontoh siap dipolisikan.
Menurut advokat dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) dan Hak Asasi Manusia (HAM) Maluku, Barbalina Matulessy SH., M.Hum pada Rabu (22/8) pihaknya akan mengambil jalan hukum kepada Pontoh jika dirinya tidak meminta maaf kepada masyarakat Ambon pada khususnya dan Maluku pada umumnya.
"Kami dengan tegas meminta kepada saudara Shafiq Pontoh untuk dapat melakukan permohonan maaf untuk seluruh Anak Muda Maluku secara umum dan khususnya Anak Muda Ambon atas apa yang telah dikatakan di station swasta Kompas TV, melalui acara yang sama di stasiun Kompas TV dan semua akun sosial media milik saudara paling lama 7 haru dari tertanggal surat ini. Bahwa dalam kurun waktu tersebut, saudara tidak melaksanakan kewajiban saudara, maka kami berkesimpulan bahwa saudara tidak beritikad baik dalam menyelesaikan masalah ini. Maka kami akan menempuh jalur hukum yang berlaku untuk menyelesaikan masalah ini," ujar Matulessy dalam somasinya.
Selain Matulessy, surat somasi yang bernomor 05/YLBH&HAM/VIII/Maluku/2018 yang ditandatangani oleh Jenci E. Ratumassa. SH, Akbar. F. A. Salampessy, SH dan Azwar Patty, SH ini menilai bahwa kapasitas Pontoh sebagai pakar media sosial dalam program acara Ngobrol Pintar (Ngopi) di Kompas TV pada Selasa (21/8) pukul 22.00 WIT itu sangat tidak akurat.
"Ironisnya saudara hadir dengan data yang 100 persen bagi kami bahkan mungkin ratusan anak muda di Kota Ambon sebagai sebuah pembohongan," papar dia.
Dikatakan, hal-hal yang disampaikan Pontoh dalam acara yang bertemakan 'Media Sosial dengan Pilpres Gembira' ini sangat menipu atau hoax dan mendiskreditkan anak muda Maluku, dalam hal di pemuda Ambon sebagai kelompok masyarakat yang tidak memahami teknologi, khususnya media sosial.
"Dalam acara tersebut, saudara menyebut anak muda Ambon tidak melek media sosial. ketika kami menonton tayangan tersebut secara ulang di Youtube, saudara memaparkan data bohong kepada penonton Kompas TV, dengan kata lain saudara telah melakukan pembohongan publik," ungkap dia.
YLBH HAM Maluku diungkapkan, meminta pernyataan dan bukti terbuka dari klaim sepihak yang diutarakan Pontoh dalam acara tersebut, sehingga dapat dipertanggung jawabkan.
"Kami ingin saudara jujur, apakah saudara melakukan survey atas apa yang saudara ungkapkan atau saudara hanya mengarang bebas untuk diskreditkan kami orang Ambon, sebagai orang yang tidak melek atau tidak mengenal sosia media?" tanya Matulessy.
Selanjutnya ia memaparkan beberapa fakta terkait perkembangan sosial media di Maluku secara umum dan Ambon pada khususnya. Diantaranya pada 2017 dan 2018 lalu partisipasi pengguna media sosial terutama muda mudi di Kota Ambon sangat tinggi, sehingga munculkan pemilih baru yang menonjol dalam pesta politik tersebut.
"Alasan terbesar dilakukannya kampanye di media sosial, karena semua orang baik orang tua, anak muda hingga anak remaja telah memiliki dan menggunakan facebook, instagram, line, whatsapp, twitter bahkan anak SMP kelas dua sebagai youtubers. Perlu saudara ketahui juga Blackberry Messenger di Ambon sudah ditinggalkan anak muda Ambon, pasca kecepatan mengirim pesan melalui whatsapp booming sejak 205-2016 lalu. Yang jadi pertanyaan, saudara duduk dengan anak muda Ambon yang mana sehingga saudara dapat memaparkan data seperti demikian," tanya dia.
Dikatakan, anak muda Ambon sangat menyesali klaim sepihak ini sehingga tudingan ini secara langsung menghina Maluku sebagai keseluruhan, sebab tudingan melalui survei ini diakui Pontoh diambil di Ambon, yang notabene pusat teknolgi di Kepulauan Maluku, baik di Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara.
"Kami sangat menyesal saudara hadir sebagai pembicara untuk diskreditkan kami orang Maluku. Dikatakan demikian karena Ambon merupakan ibu kota Provinsi Maluku, dengan demikian Ambon sebagai representasi dari Maluku secara keseluruhan. Maka dengan demikian kami sangat merasa dipermalukan, direndahkan bahkan merasa sangat di diskreditkan dengan apa yang saudara sampaikan dan bagi kami ini merupakan tindakan pembohongan publik yang dipublikasi secara nasional," tukas Matulessy.
Selain YLBH HAM Maluku, organisasi yang melakukan kecaman terhadap klaim Pontoh ini adalah Aliansi Peduli Pemuda Maluku. Menurut ketuanya Iman Parman, klaim ini telah melecehkan dan merendahkan Pemuda Ambon-Maluku. Ia berharap Ponto dapat mencabut pernyataan tersebut dan membuat klarifikasi, sebab pernyataan yang dilontarkan di media Nasional itu, telah menyakiti seluruh pemuda Maluku.
“Atas nama Aliansi Peduli Pemuda Maluku merasa terhina dengan apa yang di sampaikan oleh Shafiq Pontoh yang telah menghina pemuda maluku tentang media sosial. Saudara Shafiq Potoh harus mengklarifikasi pernytaannya, karena klau tidak, ini akan membuat seluruh pemuda maluku merasa tersakiti dengan bahasanya itu,” kata Iman dikutip dari situs berita FIN, di Jakarta. Rabu (22/8).
Iman juga meminta kepada Kompas TV yang telah menyiarkan pernyataan Shafiq Pontoh itu, agar membuat klarifikasi. Jika dalam waktu dekat belum ada klarifikasi, maka pihaknya akan membuat gerakan.
“Klau tidak kami Aliansi Peduli Pemuda Maluku akan melakukan gerakan dengan cara kita sendiri. Kami harap, jangan membuat ini berkempanjangan, karena nanti hal-hal yang tidak diinginkan akan terjadi,” pinta dia.
Sementara Ketua Badan Imarah Muslim Maluku (BIMM), Arsal Risal Tuasikal mengecam pernyataan Shafiq tersebut. Menurutnya apa yang dikatakan Shafiq, telah melecehkan dan merendahkan pemuda di Kota Ambon. Arsal meminta agar Shafiq segerah membuat klarifikasi dan meminta maaf kepada pemuda Kota Ambon atas pernyataannya yang dinilai berbau rasis itu.
“Shafiq Ponto telah menghina kita sebagai orang Ambon, cukup merendahkan martabat kita, soal teknologi. Maka kami ingin sampaikan kepada kamu Shafiq Pontoh, kamu segara minta maaf kepada kami orang Ambon, karena kami pasti akan mencari mu kami pasti akan melakukan langkah-langkah yang legal, kita bisa melakukan langka-langkah hukum kepada dia,” kata Arsal melalui videonya yang diunggah, Rabu (22/8).
Pontoh juga dinilai tidak memiliki kapasitas dengan latar belakang keilmuan yang jelas. Tidak memiliki riset hingga apa yang dilontarkan pada media nasional sangat jauh daripada kenyataan yang ada pada Ibu Kota Provinsi Maluku itu.
“Informasi yang dia sajikan tidak falid dan merendahkan kita, saudara semua, agar diberi pelajaran yang jelas, agar tidak ada rasis yang muncul dengan pandangan yang salah pada media-media nasional, oleh orang-orang yang sama sekali tidak memiliki latar belakang keilmuan, yang jelas, dan memiliki riset dan kapasitas yang jelas,” cetusnya.
Menurut advokat dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) dan Hak Asasi Manusia (HAM) Maluku, Barbalina Matulessy SH., M.Hum pada Rabu (22/8) pihaknya akan mengambil jalan hukum kepada Pontoh jika dirinya tidak meminta maaf kepada masyarakat Ambon pada khususnya dan Maluku pada umumnya.
"Kami dengan tegas meminta kepada saudara Shafiq Pontoh untuk dapat melakukan permohonan maaf untuk seluruh Anak Muda Maluku secara umum dan khususnya Anak Muda Ambon atas apa yang telah dikatakan di station swasta Kompas TV, melalui acara yang sama di stasiun Kompas TV dan semua akun sosial media milik saudara paling lama 7 haru dari tertanggal surat ini. Bahwa dalam kurun waktu tersebut, saudara tidak melaksanakan kewajiban saudara, maka kami berkesimpulan bahwa saudara tidak beritikad baik dalam menyelesaikan masalah ini. Maka kami akan menempuh jalur hukum yang berlaku untuk menyelesaikan masalah ini," ujar Matulessy dalam somasinya.
Selain Matulessy, surat somasi yang bernomor 05/YLBH&HAM/VIII/Maluku/2018 yang ditandatangani oleh Jenci E. Ratumassa. SH, Akbar. F. A. Salampessy, SH dan Azwar Patty, SH ini menilai bahwa kapasitas Pontoh sebagai pakar media sosial dalam program acara Ngobrol Pintar (Ngopi) di Kompas TV pada Selasa (21/8) pukul 22.00 WIT itu sangat tidak akurat.
"Ironisnya saudara hadir dengan data yang 100 persen bagi kami bahkan mungkin ratusan anak muda di Kota Ambon sebagai sebuah pembohongan," papar dia.
Dikatakan, hal-hal yang disampaikan Pontoh dalam acara yang bertemakan 'Media Sosial dengan Pilpres Gembira' ini sangat menipu atau hoax dan mendiskreditkan anak muda Maluku, dalam hal di pemuda Ambon sebagai kelompok masyarakat yang tidak memahami teknologi, khususnya media sosial.
"Dalam acara tersebut, saudara menyebut anak muda Ambon tidak melek media sosial. ketika kami menonton tayangan tersebut secara ulang di Youtube, saudara memaparkan data bohong kepada penonton Kompas TV, dengan kata lain saudara telah melakukan pembohongan publik," ungkap dia.
YLBH HAM Maluku diungkapkan, meminta pernyataan dan bukti terbuka dari klaim sepihak yang diutarakan Pontoh dalam acara tersebut, sehingga dapat dipertanggung jawabkan.
"Kami ingin saudara jujur, apakah saudara melakukan survey atas apa yang saudara ungkapkan atau saudara hanya mengarang bebas untuk diskreditkan kami orang Ambon, sebagai orang yang tidak melek atau tidak mengenal sosia media?" tanya Matulessy.
Selanjutnya ia memaparkan beberapa fakta terkait perkembangan sosial media di Maluku secara umum dan Ambon pada khususnya. Diantaranya pada 2017 dan 2018 lalu partisipasi pengguna media sosial terutama muda mudi di Kota Ambon sangat tinggi, sehingga munculkan pemilih baru yang menonjol dalam pesta politik tersebut.
"Alasan terbesar dilakukannya kampanye di media sosial, karena semua orang baik orang tua, anak muda hingga anak remaja telah memiliki dan menggunakan facebook, instagram, line, whatsapp, twitter bahkan anak SMP kelas dua sebagai youtubers. Perlu saudara ketahui juga Blackberry Messenger di Ambon sudah ditinggalkan anak muda Ambon, pasca kecepatan mengirim pesan melalui whatsapp booming sejak 205-2016 lalu. Yang jadi pertanyaan, saudara duduk dengan anak muda Ambon yang mana sehingga saudara dapat memaparkan data seperti demikian," tanya dia.
Dikatakan, anak muda Ambon sangat menyesali klaim sepihak ini sehingga tudingan ini secara langsung menghina Maluku sebagai keseluruhan, sebab tudingan melalui survei ini diakui Pontoh diambil di Ambon, yang notabene pusat teknolgi di Kepulauan Maluku, baik di Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara.
"Kami sangat menyesal saudara hadir sebagai pembicara untuk diskreditkan kami orang Maluku. Dikatakan demikian karena Ambon merupakan ibu kota Provinsi Maluku, dengan demikian Ambon sebagai representasi dari Maluku secara keseluruhan. Maka dengan demikian kami sangat merasa dipermalukan, direndahkan bahkan merasa sangat di diskreditkan dengan apa yang saudara sampaikan dan bagi kami ini merupakan tindakan pembohongan publik yang dipublikasi secara nasional," tukas Matulessy.
Selain YLBH HAM Maluku, organisasi yang melakukan kecaman terhadap klaim Pontoh ini adalah Aliansi Peduli Pemuda Maluku. Menurut ketuanya Iman Parman, klaim ini telah melecehkan dan merendahkan Pemuda Ambon-Maluku. Ia berharap Ponto dapat mencabut pernyataan tersebut dan membuat klarifikasi, sebab pernyataan yang dilontarkan di media Nasional itu, telah menyakiti seluruh pemuda Maluku.
“Atas nama Aliansi Peduli Pemuda Maluku merasa terhina dengan apa yang di sampaikan oleh Shafiq Pontoh yang telah menghina pemuda maluku tentang media sosial. Saudara Shafiq Potoh harus mengklarifikasi pernytaannya, karena klau tidak, ini akan membuat seluruh pemuda maluku merasa tersakiti dengan bahasanya itu,” kata Iman dikutip dari situs berita FIN, di Jakarta. Rabu (22/8).
Iman juga meminta kepada Kompas TV yang telah menyiarkan pernyataan Shafiq Pontoh itu, agar membuat klarifikasi. Jika dalam waktu dekat belum ada klarifikasi, maka pihaknya akan membuat gerakan.
“Klau tidak kami Aliansi Peduli Pemuda Maluku akan melakukan gerakan dengan cara kita sendiri. Kami harap, jangan membuat ini berkempanjangan, karena nanti hal-hal yang tidak diinginkan akan terjadi,” pinta dia.
Sementara Ketua Badan Imarah Muslim Maluku (BIMM), Arsal Risal Tuasikal mengecam pernyataan Shafiq tersebut. Menurutnya apa yang dikatakan Shafiq, telah melecehkan dan merendahkan pemuda di Kota Ambon. Arsal meminta agar Shafiq segerah membuat klarifikasi dan meminta maaf kepada pemuda Kota Ambon atas pernyataannya yang dinilai berbau rasis itu.
“Shafiq Ponto telah menghina kita sebagai orang Ambon, cukup merendahkan martabat kita, soal teknologi. Maka kami ingin sampaikan kepada kamu Shafiq Pontoh, kamu segara minta maaf kepada kami orang Ambon, karena kami pasti akan mencari mu kami pasti akan melakukan langkah-langkah yang legal, kita bisa melakukan langka-langkah hukum kepada dia,” kata Arsal melalui videonya yang diunggah, Rabu (22/8).
Pontoh juga dinilai tidak memiliki kapasitas dengan latar belakang keilmuan yang jelas. Tidak memiliki riset hingga apa yang dilontarkan pada media nasional sangat jauh daripada kenyataan yang ada pada Ibu Kota Provinsi Maluku itu.
“Informasi yang dia sajikan tidak falid dan merendahkan kita, saudara semua, agar diberi pelajaran yang jelas, agar tidak ada rasis yang muncul dengan pandangan yang salah pada media-media nasional, oleh orang-orang yang sama sekali tidak memiliki latar belakang keilmuan, yang jelas, dan memiliki riset dan kapasitas yang jelas,” cetusnya.
Sebelumnya dalam acara yang dibawakan oleh pembawa acara Nitia Anisa dan Inayah Wahid serta narasumber lainnya Wakil Sekjen Partai Gerindra, Andre Rosiade dan anggota Fraksi PDIP di DPR RI Arif Wibowo ini, Shafiq Pontoh membuat pernyataan yang diklaim berdasarkan riset terhadap Pemuda di Kota Ambon, Maluku, belum lama ini dengan menilai, hampir sebagian besar pemuda Ambon belum tahu menggunakan sosial media, seperti Facebook, Twitter, Line dan juga Instagram. Bahkan Shafiq mengatakan, generasi muda di Kota Ambon tidak mengenal twitter, Ia juga membedakan pemuda Ambon dan pemuda yang ada di kota-kota lain yang diklaim sudah maju.
“Beda anak muda di Jakarta anak muda di Ambon, kelakuannya beda-beda. Waktu saya di Ambon jelas ini anak muda semua, saya tanya 'ada yang pakai Facebook ngga?', (jawab mereka sambil cekikan) itu mama bapak saya yang pakai. Bahasa kasarnya kayak gitu ya, 'ada yang pakai Twitter ga, angkat tangan?', itu celingukan seperti mendengar itu benda apa. Lalu saya tanya 'Instagram?' ternyata ngga banyak yang angkat tangan, trus saya tanya lagi 'Line?' ngga gitu. Oh ternyata mereka pakai blacberry masengger,” kata Pontoh sambil disambut tertawa.
Saat ditanya oleh narasumber lain terkait kapan waktu ia melakukan survey itu, Pontoh menjawab, "tahun lalu."
Ia kemudian melakukan klarifikasi pernyataan diskriminatifnya itu melalui akun Facebook miliknya pada Rabu (22/8). Pontoh mengaku tidak bermaksud menghina anak-anak muda di Ambon lewat pernyataanya. Ia meminta maaf serta mengaku khilaf.
"Selamat pagi, rekan-rekan semua, mohon maaf baru bisa melakukan klarifikasi ini. Sebelumnya, saya hendak mengucapkan permintaan maaf dari lubuk hati yang paling dalam yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat di Ambon dan di Maluku secara keseluruhan. Tidak ada sedikitipun ada maksud untuk menyinggung atau menghina rekan-rekan dari Ambon dan dari Maluku," kata Shafiq dalam video yang diunggahnya.
Pegiat media sosial asal Bandung, Provinsi Jawa Barat itu menjelaskan, informasi yang hendak disampaikan ketika ada yang bertanya, platform media sosial apa yang paling banyak digunakan di Indonesia. Maka kata dia, jawabannya tergantung audiens karena setiap kelompok pertemanan, grup, kelompok umur, komunitas berbeda-beda perilaku penggunaan platform digital atau media sosialnya.
"Ada dua contoh untuk menjelaskan hal ini yang disampaikankan di Kompas TV. Pertama adalah ini, misalnya kita mau ngomong sama anak muda. Katakanlah di Jakarta, bisa jadi mereka tidak aktif menggunakan Facebook lagi, tapi lebih aktif menggunakan Instagram. Atau bisa jadi tidak lagi sering menggunakan Instagram, tapi menggunakan LINE," jelasnya seperti dikutip dari Kumparan.com.
Ia bercerita, saat itu dirinya berkunjung ke Ambon 18 Maret 2017 untuk kegiatan pesta pendidikan. Kejadian itu bermula ketika Shafiq menanyakan platform media sosial kepada siswa salah satu sekolah. Beberapa siswa menjawab, bahwa mereka tidak punya platform media sosial.
Namun, dalam acara Ngobrol Politik (Ngopi) Kompas TV, Selasa (21/8) malam, Shafiq mengatakan bahwa anak-anak muda Ambon belum melek media sosial. Bahkan, kata dia, sebagian siswa menjawab hanya memiliki BlackBerry Messenger (BBM).
"Tentunya ini tidak mewakili seluruh populasi warga Ambon dan Maluku. Karena ada banyak warga Ambon dan Maluku yang saya kenal baik, dan saya tahu persis sangat kuat dan jago di digital menggunakan Blog dan sebagai Blogger menggunakan Facebook, Instagram, Youtube, LINE dan banyak lagi. Warga Ambon dan Maluku adalah salah satu yang giat menggunakan platform digital. Bahkan ketika saya berkunjung ke sana, mereka menunjukkan kemampuan mereka dalam menggunakan platform digital dengan sangat baik dan maju. Akhir kata, izinkan saya melakukan klarifikasi ini bahwa masyarakat Ambon tentu sangat paham dan maju dalam menggunakan tools dan platform digital dan medsos," tutur shafiq.
Shafiq juga menyampaikan permintaan maaf atas pernyataannya kepada netizen maupun masyarakat Maluku, hususnya Kota Ambon.
"Dan izinkan saya memohon maaf kepada seluruh masyarakat Ambon dan Maluku atas kejadian ini," tutur dia. (Albert Batlayeri)
“Beda anak muda di Jakarta anak muda di Ambon, kelakuannya beda-beda. Waktu saya di Ambon jelas ini anak muda semua, saya tanya 'ada yang pakai Facebook ngga?', (jawab mereka sambil cekikan) itu mama bapak saya yang pakai. Bahasa kasarnya kayak gitu ya, 'ada yang pakai Twitter ga, angkat tangan?', itu celingukan seperti mendengar itu benda apa. Lalu saya tanya 'Instagram?' ternyata ngga banyak yang angkat tangan, trus saya tanya lagi 'Line?' ngga gitu. Oh ternyata mereka pakai blacberry masengger,” kata Pontoh sambil disambut tertawa.
Saat ditanya oleh narasumber lain terkait kapan waktu ia melakukan survey itu, Pontoh menjawab, "tahun lalu."
Ia kemudian melakukan klarifikasi pernyataan diskriminatifnya itu melalui akun Facebook miliknya pada Rabu (22/8). Pontoh mengaku tidak bermaksud menghina anak-anak muda di Ambon lewat pernyataanya. Ia meminta maaf serta mengaku khilaf.
"Selamat pagi, rekan-rekan semua, mohon maaf baru bisa melakukan klarifikasi ini. Sebelumnya, saya hendak mengucapkan permintaan maaf dari lubuk hati yang paling dalam yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat di Ambon dan di Maluku secara keseluruhan. Tidak ada sedikitipun ada maksud untuk menyinggung atau menghina rekan-rekan dari Ambon dan dari Maluku," kata Shafiq dalam video yang diunggahnya.
Pegiat media sosial asal Bandung, Provinsi Jawa Barat itu menjelaskan, informasi yang hendak disampaikan ketika ada yang bertanya, platform media sosial apa yang paling banyak digunakan di Indonesia. Maka kata dia, jawabannya tergantung audiens karena setiap kelompok pertemanan, grup, kelompok umur, komunitas berbeda-beda perilaku penggunaan platform digital atau media sosialnya.
"Ada dua contoh untuk menjelaskan hal ini yang disampaikankan di Kompas TV. Pertama adalah ini, misalnya kita mau ngomong sama anak muda. Katakanlah di Jakarta, bisa jadi mereka tidak aktif menggunakan Facebook lagi, tapi lebih aktif menggunakan Instagram. Atau bisa jadi tidak lagi sering menggunakan Instagram, tapi menggunakan LINE," jelasnya seperti dikutip dari Kumparan.com.
Ia bercerita, saat itu dirinya berkunjung ke Ambon 18 Maret 2017 untuk kegiatan pesta pendidikan. Kejadian itu bermula ketika Shafiq menanyakan platform media sosial kepada siswa salah satu sekolah. Beberapa siswa menjawab, bahwa mereka tidak punya platform media sosial.
Namun, dalam acara Ngobrol Politik (Ngopi) Kompas TV, Selasa (21/8) malam, Shafiq mengatakan bahwa anak-anak muda Ambon belum melek media sosial. Bahkan, kata dia, sebagian siswa menjawab hanya memiliki BlackBerry Messenger (BBM).
"Tentunya ini tidak mewakili seluruh populasi warga Ambon dan Maluku. Karena ada banyak warga Ambon dan Maluku yang saya kenal baik, dan saya tahu persis sangat kuat dan jago di digital menggunakan Blog dan sebagai Blogger menggunakan Facebook, Instagram, Youtube, LINE dan banyak lagi. Warga Ambon dan Maluku adalah salah satu yang giat menggunakan platform digital. Bahkan ketika saya berkunjung ke sana, mereka menunjukkan kemampuan mereka dalam menggunakan platform digital dengan sangat baik dan maju. Akhir kata, izinkan saya melakukan klarifikasi ini bahwa masyarakat Ambon tentu sangat paham dan maju dalam menggunakan tools dan platform digital dan medsos," tutur shafiq.
Shafiq juga menyampaikan permintaan maaf atas pernyataannya kepada netizen maupun masyarakat Maluku, hususnya Kota Ambon.
"Dan izinkan saya memohon maaf kepada seluruh masyarakat Ambon dan Maluku atas kejadian ini," tutur dia. (Albert Batlayeri)