SPKT di Morotai, Saumlaki dan Moa Dapat Dana Hibah 1.8 Miliar Yen
pada tanggal
01 Agustus 2018
JAKARTA, LELEMUKU.COM - 3 Tiga Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di Kepulauan Maluku yakni SPKT Morotai, SPKT Saumlaki dan SPKT Moa akan mendapat hibah dari Pemerintah Jepang melalui badan kerjaasama internasional yang mendukungan keuangan kepada negara-negara berkembang, Japan International Cooperation Agency (JICA).
Hal ini terungkap dari naskah perjanjian hibah senilai 2,5 miliar yen atau setara dengan Rp324 miliar pada kurs per yen Rp.129,34 yang diberikan kepada pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sekitar 1,823 miliar yen atau Rp232 miliar diberikan ke 3 SKPT tersebut.
Sekretaris Jenderal KKP Nilanto Perbowo menyatakan hibah ini akan diberikan guna mendukung fasilitas dan target area pada pelabuhan perikanan dan pasar ikan di Daruba, Kabupaten Kepulauan Morotai di Provinsi Maluku Utara, Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) dan Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) di Provinsi Maluku. Selain 3 daerah di Kepulauan Maluku, 3 SPKT lainnya juga akan mendapatkan hibah diantaranya Sabang di Provinsi Aceh, Natuna di Provinsi Kepulauan Riau dan Biak Numfor di Provinsi Papua.
“Program ini akan memberikan dukungan fiskal terhadap rencana pembangunan Sentar Kelautan dan Perikanan Terpadu dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia untuk membangun dan meningkatkan pelabuhan perikanan dan pasar ikan di 6 pulau terluar Indonesia,” ujar Nilanto melalui rilis medianya.
Ia menyatakan perjanjian hibah yang ditandatangani dirinya bersama Perwakilan JICA untuk Indonesia, Shinichi Yamanaka di Gedung Mina Bahari I, Kantor KKP, Jakarta pada Selasa (31/7) ini sepenuhnya dipergunakan guna program pengembangan sektor perikanan untuk pulau-pulau terluar indonesia.
“Jadi total 2,5 milyar yen. Saat ini masih disiapkan kajiannya. Proyek ini disiapkan untuk 2020, kita harus mengejarnya. Waktu pembangunannya serentak di 6 lokasi dan akan dikerjakan dalam waktu enam bulan ke depan terhitung dari hari ini,” lanjut Nilanto.
Ia merincikan, Morotai akan mendapat hibah sebesar 707 juta yen, Saumlaki 692 juta yen dan Moa 424 juta yen. Sementara Kepulauan Natuna mendapat 983 ribu yen, Biak sebesar 260,9 juta yen dan Sabang dialokasikan dana sebesar 1,2 miliar yen. Dana hibah ini akan digunakan untuk pembangunan cold storage, processing, instalasi pengolahan, tempat pendaratan ikan, dan pemberhentian kapal. Tak hanya itu, ice flake machine berkapasitas 10 ton juga akan disiapkan.
“Kami ingin dari hulu ke hilir, fasilitas itu ada semuanya. Jadi kita ingin memastikan pembangunan mulai dari tepi pantai, kapal mendarat, kemudian ke tempat pengolahan itu terjamin. Kami ingin perbaiki semuanya. Jadi dari mulai menangkap ikan, prosesnya disimpan di ice flake machine hingga dipasarkan terpantau,” tambahnya.
Hal senada juga diungkapkan Perwakilan JICA untuk Indonesia, Shinichi Yamanaka. Ia menyebut, program ini sebagai langkah awal komunikasi dan kerjasama yang lebih baik antar kedua negara serta memberikan dampak positif, terutama bagi nelayan dan masyarakat pesisir.
“Setelah program ini selesai, nelayan kecil akan dapat menggunakan pelabuhan perikanan yang sudah dibenahi. Mereka juga dapat menikmati berbagai fasilitas seperti tempat penyimpanan ikan. Semoga inisiatif kerjasama ini, dapat memberikan stimulus kepada usaha perikanan lokal dan standar hidup masyarakat pesisir, terutama di pulau-pulau terluar Indonesia,” jelas Shinichi.
“Kami, JICA ingin terus berkontribusi pada program KKP. Berikutnya mungkin bisa pada sektor konstruksi kapal patroli, kapal ikan serbaguna, serta pengawasan, dan pemanfaatan teknologi,” tuturnya.
Dengan program ini, diharapkan para nelayan kecil di Indonesia dapat menggunakan pelabuhan perikanan yang dilengkapi dengan fasilitas penyimpanan dengan pendingin (coldstorage) dan pembuatan es, sehingga dapat berkontribusi dalam meningkatkan kegiatan penangkapan ikan dan standar hidup masyarakat nelayan melalui peningkatan kualitas produk perikanan dan distribusinya di luar pulau-pulau tersebut.
Sebelumnya Menteri KKP Susi Pudjiastuti pada Mei 2018 lalu menpromosikan 3 SPKT di Kepulauan Maluku ini sebagai referensi kepada para pengusaha Jepang untuk berinvestasi di Indonesia.
Ia mengatakan SKPT Morotai memiliki komoditas unggulan Tuna, Cakalang, Tongkol. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan di Saumlaki yang juga memiliki produk perikanan unggulan yang sama. Potensi perikanan yang melimpah juga ada di Moa dengan potensi ikan jenis Pelagis Besar, Pelagis Kecil, Demersal, Tuna, Cakalang, dan Tongkol yang melimpah.
"Secara spesifik, perkembangan sektor ini juga bisa dilihat dari mudahnya nelayan kini menangkap ikan tuna. Sehingga nelayan tidak lagi perlu jauh-jauh ke tengah laut untuk mendapatkan ikan tuna, bisa didapat dalam rentang 5-8 mil dari tepi pantai," ujar Susi saat itu. (Albert Batlayeri)
Hal ini terungkap dari naskah perjanjian hibah senilai 2,5 miliar yen atau setara dengan Rp324 miliar pada kurs per yen Rp.129,34 yang diberikan kepada pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sekitar 1,823 miliar yen atau Rp232 miliar diberikan ke 3 SKPT tersebut.
Sekretaris Jenderal KKP Nilanto Perbowo menyatakan hibah ini akan diberikan guna mendukung fasilitas dan target area pada pelabuhan perikanan dan pasar ikan di Daruba, Kabupaten Kepulauan Morotai di Provinsi Maluku Utara, Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) dan Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) di Provinsi Maluku. Selain 3 daerah di Kepulauan Maluku, 3 SPKT lainnya juga akan mendapatkan hibah diantaranya Sabang di Provinsi Aceh, Natuna di Provinsi Kepulauan Riau dan Biak Numfor di Provinsi Papua.
“Program ini akan memberikan dukungan fiskal terhadap rencana pembangunan Sentar Kelautan dan Perikanan Terpadu dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia untuk membangun dan meningkatkan pelabuhan perikanan dan pasar ikan di 6 pulau terluar Indonesia,” ujar Nilanto melalui rilis medianya.
Ia menyatakan perjanjian hibah yang ditandatangani dirinya bersama Perwakilan JICA untuk Indonesia, Shinichi Yamanaka di Gedung Mina Bahari I, Kantor KKP, Jakarta pada Selasa (31/7) ini sepenuhnya dipergunakan guna program pengembangan sektor perikanan untuk pulau-pulau terluar indonesia.
“Jadi total 2,5 milyar yen. Saat ini masih disiapkan kajiannya. Proyek ini disiapkan untuk 2020, kita harus mengejarnya. Waktu pembangunannya serentak di 6 lokasi dan akan dikerjakan dalam waktu enam bulan ke depan terhitung dari hari ini,” lanjut Nilanto.
Ia merincikan, Morotai akan mendapat hibah sebesar 707 juta yen, Saumlaki 692 juta yen dan Moa 424 juta yen. Sementara Kepulauan Natuna mendapat 983 ribu yen, Biak sebesar 260,9 juta yen dan Sabang dialokasikan dana sebesar 1,2 miliar yen. Dana hibah ini akan digunakan untuk pembangunan cold storage, processing, instalasi pengolahan, tempat pendaratan ikan, dan pemberhentian kapal. Tak hanya itu, ice flake machine berkapasitas 10 ton juga akan disiapkan.
“Kami ingin dari hulu ke hilir, fasilitas itu ada semuanya. Jadi kita ingin memastikan pembangunan mulai dari tepi pantai, kapal mendarat, kemudian ke tempat pengolahan itu terjamin. Kami ingin perbaiki semuanya. Jadi dari mulai menangkap ikan, prosesnya disimpan di ice flake machine hingga dipasarkan terpantau,” tambahnya.
Hal senada juga diungkapkan Perwakilan JICA untuk Indonesia, Shinichi Yamanaka. Ia menyebut, program ini sebagai langkah awal komunikasi dan kerjasama yang lebih baik antar kedua negara serta memberikan dampak positif, terutama bagi nelayan dan masyarakat pesisir.
“Setelah program ini selesai, nelayan kecil akan dapat menggunakan pelabuhan perikanan yang sudah dibenahi. Mereka juga dapat menikmati berbagai fasilitas seperti tempat penyimpanan ikan. Semoga inisiatif kerjasama ini, dapat memberikan stimulus kepada usaha perikanan lokal dan standar hidup masyarakat pesisir, terutama di pulau-pulau terluar Indonesia,” jelas Shinichi.
“Kami, JICA ingin terus berkontribusi pada program KKP. Berikutnya mungkin bisa pada sektor konstruksi kapal patroli, kapal ikan serbaguna, serta pengawasan, dan pemanfaatan teknologi,” tuturnya.
Dengan program ini, diharapkan para nelayan kecil di Indonesia dapat menggunakan pelabuhan perikanan yang dilengkapi dengan fasilitas penyimpanan dengan pendingin (coldstorage) dan pembuatan es, sehingga dapat berkontribusi dalam meningkatkan kegiatan penangkapan ikan dan standar hidup masyarakat nelayan melalui peningkatan kualitas produk perikanan dan distribusinya di luar pulau-pulau tersebut.
Sebelumnya Menteri KKP Susi Pudjiastuti pada Mei 2018 lalu menpromosikan 3 SPKT di Kepulauan Maluku ini sebagai referensi kepada para pengusaha Jepang untuk berinvestasi di Indonesia.
Ia mengatakan SKPT Morotai memiliki komoditas unggulan Tuna, Cakalang, Tongkol. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan di Saumlaki yang juga memiliki produk perikanan unggulan yang sama. Potensi perikanan yang melimpah juga ada di Moa dengan potensi ikan jenis Pelagis Besar, Pelagis Kecil, Demersal, Tuna, Cakalang, dan Tongkol yang melimpah.
"Secara spesifik, perkembangan sektor ini juga bisa dilihat dari mudahnya nelayan kini menangkap ikan tuna. Sehingga nelayan tidak lagi perlu jauh-jauh ke tengah laut untuk mendapatkan ikan tuna, bisa didapat dalam rentang 5-8 mil dari tepi pantai," ujar Susi saat itu. (Albert Batlayeri)