Transportasi Jadi Kendala Penjualan Ikan ke Luar Tanimbar
pada tanggal
01 Agustus 2018
LAURAN, LELEMUKU.COM – Kepala Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu (BKIPM) Ambon Wilayah Kerja Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), Provinsi Maluku, Hamzah Lating mengatakan yang menjadi kendala dalam penjualan ikan ke luar dari Kepulauan Tanimbar adalah transportasi.
“Potensi perikanan disini lumayan banyak, cuma masalah transportasi jadi masalah lagi. Contoh telur ikan terbang dia punya nilai harga jual disini saja 300 ribu, Tapi biasanya di eksport berton-ton ke Jepang dan Korea melalui Makassar dan Surabaya. Namun kendalanya hanrus tunggu kapal satu bulan sekali baru dimuat,” kata dia kepada Lelemuku.com di ruang kerjanya yang terletak Ukuralaran, Lauran, Kecamatan Tanimbar Selatan pada Selasa (31/7).
Lating mengungkapkan untuk mempercepat pengiriman keluar, para pengusaha biasanya mengirimkan hasil lautnya ke Tual dan Dobo terlebih dalulu untuk dikirim ke Kota Makasar, Provisi Sulawesi Selatan dan Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur.
Selain kedala melalui kapal laut, para pengusaha juga mengalami kesulitan dalam menggunakan tranportasi udara karena masih terbatasnya pilihan maskapai penerbangan dari Bandara Mathilda Batlayeri Tumbur, yaitu Garuda Indonesia dan Wings Air. Sementara ini maskapai yang memperbolehkan memuat komoditi perikanan adalah Garuda.
“Biasa para pengusaha sejak pagi sudah berebut naik pesawat, mereka datang dengan membawa sepuluh koli, namun belum tentu sepuluh koli tersebut naik pesawat karena pengusaha yang lain punya juga ada. Apalagi kalau penumpang banyak, berarti ikan mereka bisa batal naik lagi. Sedangkan penerbangan cuma dua kali,” ungkap Kepala BKIPM Saumlaki itu. (Laura Sobuber)
“Potensi perikanan disini lumayan banyak, cuma masalah transportasi jadi masalah lagi. Contoh telur ikan terbang dia punya nilai harga jual disini saja 300 ribu, Tapi biasanya di eksport berton-ton ke Jepang dan Korea melalui Makassar dan Surabaya. Namun kendalanya hanrus tunggu kapal satu bulan sekali baru dimuat,” kata dia kepada Lelemuku.com di ruang kerjanya yang terletak Ukuralaran, Lauran, Kecamatan Tanimbar Selatan pada Selasa (31/7).
Lating mengungkapkan untuk mempercepat pengiriman keluar, para pengusaha biasanya mengirimkan hasil lautnya ke Tual dan Dobo terlebih dalulu untuk dikirim ke Kota Makasar, Provisi Sulawesi Selatan dan Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur.
Selain kedala melalui kapal laut, para pengusaha juga mengalami kesulitan dalam menggunakan tranportasi udara karena masih terbatasnya pilihan maskapai penerbangan dari Bandara Mathilda Batlayeri Tumbur, yaitu Garuda Indonesia dan Wings Air. Sementara ini maskapai yang memperbolehkan memuat komoditi perikanan adalah Garuda.
“Biasa para pengusaha sejak pagi sudah berebut naik pesawat, mereka datang dengan membawa sepuluh koli, namun belum tentu sepuluh koli tersebut naik pesawat karena pengusaha yang lain punya juga ada. Apalagi kalau penumpang banyak, berarti ikan mereka bisa batal naik lagi. Sedangkan penerbangan cuma dua kali,” ungkap Kepala BKIPM Saumlaki itu. (Laura Sobuber)