Dinas Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara Barat Kaji Pembudidayaan Ikan Lele
pada tanggal
03 Oktober 2017
SAUMLAKI - Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara Barat Venantius Batlayeri menyatakan, salah satu program unggulannya di tahun ini adalah melakukan kaji terap pembenihan dan pembesaran ikan lele.
Pasalnya, ikan lele memiliki sejumlah keunggulan untuk diterapkan bagi masyarakat di daerah itu, meskipun sebagian besar wilayah MTB terdiri dari perairan dan cocok diberlakukan program perikanan tangkap.
“Masyarakat membutuhkan stimulan, dimana perlu ada kegiatan-kegiatan atau teknologi anjuran yang kita baca dari kemampuan masyarakat untuk bisa menngadopsinya secara pasti,” urainya di Saumlaki, Sabtu (30/9).
Menurut Batlayeri, ada sejumlah alasan yang mendasari dilaksanakannya program tersebut yakni sebagai bentuk dukungan bagi tersedianya konsumsi ikan jangka panjang sebagaimana yang sudah diterapkan oleh sejumlah Negara berkembang, termasuk beberapa daerah di Indonesia.
“Kalau dengan intensitas pemanfaatan sumber daya ikan yang begitu tinggi dan semakin tinggi saat ini maka saya pastikan sepuluh tahun mendatang kita sudah sulit mendapat ikan di laut, apalagi jenis ikan tertentu yang proses reproduksinya sangat terbatas dibandingkan dengan ikan-ikan permukaan yang dalam skoling besar seperti momar, tuna, cakalang, puri dan lain-lain. Sementara ikan dasar ini proses reproduksinya rendah dan cepat habis,” lanjutnya.
Budidaya ikan lele dinilai sangat mudah karena ikan lele termasuk hewan berdaya tahan hidup yang sangat tinggi dan bisa beradaptasi di air yang baik maupun yang kualitasnya buruk, serta proses pengelolaannya menggunakan teknologi yang bisa diperbaharui.
Untuk itu, pekan lalu pihaknya mengintegrasikan program tersebut dengan pihak Badan Pelatihan Perikanan Ambon untuk melakukan pelatihan bagi 30 pembudidaya dari sejumlah desa di Kecamatan Tanimbar Selatan, Wertamrian dan Nirunmas sebagai calon penerima bantuan itu.
“Dalam pelatihan itu kita ajar calon pembudidaya untuk mengetahui bagaimana cara pemeliharaan seperti memberikan makan, mencegah dan mengatasi penyakit, mengelola kolam, dan menyediakan makanan buatan” tandas Batlayeri.
Sebelum program tersebut dilaksanakan, pihaknya telah mengirim dua orang staf untuk mengikuti magang di Situbondo, Jawa Timur dan telah kembali membawa induk ikan yang saat ini telah memija, sehingga jutaan bibit ikan lele siap untuk didistribusikan kepada para pembudidaya.
“Saat ini Balai Benih Ikan di Desa Wowonda, kecamatan Tanimbar Selatan kita fungsikan untuk memelihara bibit ikan lele, meskipun sejumlah fasilitasnya masih rusak dan perlu diperbaiki tahun depan,”tambahnya.
Karena belum tersedia anggaran yang cukup untuk menyukseskan program tersebut maka Batlayeri memastikan pada 2018 mendatang, program budidaya ikan lele akan diserahkan dalam jumlah yang banyak kepada masyarakat di wilayah itu untuk di budi daya. (dharapos)
Pasalnya, ikan lele memiliki sejumlah keunggulan untuk diterapkan bagi masyarakat di daerah itu, meskipun sebagian besar wilayah MTB terdiri dari perairan dan cocok diberlakukan program perikanan tangkap.
“Masyarakat membutuhkan stimulan, dimana perlu ada kegiatan-kegiatan atau teknologi anjuran yang kita baca dari kemampuan masyarakat untuk bisa menngadopsinya secara pasti,” urainya di Saumlaki, Sabtu (30/9).
Menurut Batlayeri, ada sejumlah alasan yang mendasari dilaksanakannya program tersebut yakni sebagai bentuk dukungan bagi tersedianya konsumsi ikan jangka panjang sebagaimana yang sudah diterapkan oleh sejumlah Negara berkembang, termasuk beberapa daerah di Indonesia.
“Kalau dengan intensitas pemanfaatan sumber daya ikan yang begitu tinggi dan semakin tinggi saat ini maka saya pastikan sepuluh tahun mendatang kita sudah sulit mendapat ikan di laut, apalagi jenis ikan tertentu yang proses reproduksinya sangat terbatas dibandingkan dengan ikan-ikan permukaan yang dalam skoling besar seperti momar, tuna, cakalang, puri dan lain-lain. Sementara ikan dasar ini proses reproduksinya rendah dan cepat habis,” lanjutnya.
Budidaya ikan lele dinilai sangat mudah karena ikan lele termasuk hewan berdaya tahan hidup yang sangat tinggi dan bisa beradaptasi di air yang baik maupun yang kualitasnya buruk, serta proses pengelolaannya menggunakan teknologi yang bisa diperbaharui.
Untuk itu, pekan lalu pihaknya mengintegrasikan program tersebut dengan pihak Badan Pelatihan Perikanan Ambon untuk melakukan pelatihan bagi 30 pembudidaya dari sejumlah desa di Kecamatan Tanimbar Selatan, Wertamrian dan Nirunmas sebagai calon penerima bantuan itu.
“Dalam pelatihan itu kita ajar calon pembudidaya untuk mengetahui bagaimana cara pemeliharaan seperti memberikan makan, mencegah dan mengatasi penyakit, mengelola kolam, dan menyediakan makanan buatan” tandas Batlayeri.
Sebelum program tersebut dilaksanakan, pihaknya telah mengirim dua orang staf untuk mengikuti magang di Situbondo, Jawa Timur dan telah kembali membawa induk ikan yang saat ini telah memija, sehingga jutaan bibit ikan lele siap untuk didistribusikan kepada para pembudidaya.
“Saat ini Balai Benih Ikan di Desa Wowonda, kecamatan Tanimbar Selatan kita fungsikan untuk memelihara bibit ikan lele, meskipun sejumlah fasilitasnya masih rusak dan perlu diperbaiki tahun depan,”tambahnya.
Karena belum tersedia anggaran yang cukup untuk menyukseskan program tersebut maka Batlayeri memastikan pada 2018 mendatang, program budidaya ikan lele akan diserahkan dalam jumlah yang banyak kepada masyarakat di wilayah itu untuk di budi daya. (dharapos)