ICRC-PMI Dekatkan Masyarakat Seram Bagian Timur dengan Layanan Kesehatan
pada tanggal
23 November 2017
BULA, LELEMUKU.COM - Bakti Sosial (baksos) operasi katarak yang diselenggarakan oleh Komite Internasional Palang Merah (International Committe of the Red Cross - ICRC) dan Palang Merah Indonesia (PMI) di Kabupaten Seram Bagian Timur mendekatkan masyarakat setempat dengan layanan kesehatan mata gratis.
"Saya pribadi sangat berterima kasih pada PMI dan ICRC sudah melaksanakan kegiatan ini, sehingga kami bisa mendapatkan pengobatan seperti ini," kata Alimudin Ena (71), di Bula, Rabu.
Alimudin Ena adalah salah satu dari 443 orang yang mendaftar untuk mendapatkan layanan pemeriksaan mata, juga operasi katarak dan pterigium gratis yang dilaksanakan oleh ICRC dan PMI di RSUD Bula pada 21 - 23 November 2017.
Nelayan yang berasal dari desa Maar, Kecamatan Seram Timur itu telah mengalami masalah dengan kedua matanya sejak dua tahun lalu, tapi belum mendapatkan pengobatan.
Demi bisa melihat lagi, Alimudin harus menempuh perjalanan jauh dari kampungnya dengan menumpangi longboat selama satu jam ke Pulau Geser, kemudian melanjutkan dengan kapal selama enam jam ke Kota Bula.
Berbekal ongkos jalan seadanya, Alimudin diantar oleh istri dan anak sulungnya memeriksakan kedua matanya pada spesialis mata yang didatangkan ICRC dan PMI, yakni Elna Anakotta dari RSUD dr. M. Haulussy Kota Ambon dan Saleh Tualeka dari RSUD Masohi, Kabupaten Maluku Tengah.
"Longboat dari kampung itu mesti disewa Rp10 juta, tapi kami menumpang jadi cuma membayar Rp100.000 per orang, kapal juga Rp100.000 per orang. Tak mengapalah jalan jauh yang penting sembuh," kata Alimudin.
Sebelumnya Alimudian pernah berupaya untuk mengikuti operasi katarak gratis yang diselenggarakan oleh PMI-ICRC di RSUD Maren, Kota Tual pada Juli 2017 tapi terlambat mendaftarkan diri.
"Saya sudah menunggu-nunggu untuk operasi ini, karena sebelumnya pernah mau ikut yang di Tual, tapi sudah terlambat. Alhamdulillah akhirnya dilaksanakan di sini juga. Kegiatan seperti sangat baik sekali bagi kami," ucapnya.
Tidak hanya Alimudin yang merasa baksos operasi katarak mendekatkan mereka dengan layanan medis gratis. Nikma Wajo (54), penjual makanan kecil dari desa Tutulo, Kecamatan Kiandarat juga demikian.
Meski harus menempuh perjalanan lebih dari 60 kilometer dari kampungnya, Nikma yang mendapatkan informasi tentang operasi katarak gratis pada 21 November, sesegara mungkin mendaftarkan dirinya.
"Saya tahunya dari kawan sesama penjual di pasar dan langsung mendaftar hari itu juga di RSUD Bula. Sementara ini saya menumpang tinggal di rumah saudara di Bula," katanya.
Nikma mengaku sudah dua tahun kedua matanya mengabur karena katarak, pernah sekali diperiksakan ke rumah sakit dan dianjurkan untuk operasi tapi ia tidak punya cukup biaya untuk itu.
"Pengelihatan yang mengabur sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama untuk mencari nafkah. Semoga setelah diopersi nanti mata saya bisa melihat dengan baik lagi," ucapnya.
Sudah keempat kalinya PMI dan ICRC menggelar baksos operasi katarak dan pembagian kacamata baca gratis di wilayah Maluku. Selain Seram Bagian Timur, sebelumnya lembaga kemanusiaan itu juga melaksanakannya di Kabupaten Buru, Buru Selatan dan Kota Tual.
Meski pengobatan mata difokuskan pada pengidap katarak, tim kesehatan ICRC - PMI juga mengoperasi masalah pterigium yang dialami masyarakat.
Pengurus PMI Provinsi Maluku Maritje Tahapary mengatakan baksos operasi katarak adalah upaya PMI dan ICRC untuk membantu pemerintah dalam melayani masayrakat, khususnya di wilayah yang jauh dari jangkauan layanan kesehatan.
"Akses dan wilayah yang berpulau-pulau memang menjadi masalah klasik bagi sebagian besar masyarakat kita, kegiatan ini mendorong bagaimana layanan kesehatan didekatkan kepada masyarakat," katanya.
Selama ini, kata Maritje, masyarakat mengenal PMI identik dengan kegiatan donor darah yang merupakan mandat pemerintah kepada PMI, padahal sesungguhnya tugas dan mandat PMI lebih dari itu.
Sebagai lembaga kemanusiaan, cakupan tugas PMI lebih luas, seperti pembinaan karakter generasi muda melalui kegiatan Palang Merah Remaja (PMR) dan Korps Sukarela (KSR), membantu membantu korban bencana dan siap siaga dalam penangulangan bencana, dan mensosialisasikan kesehatan juga HIV/AIDS kepada masyarakat luas.
"Tugas dan tanggung jawab PMI sangat luas, tidak hanya aksi donor darah sebagaiaman yang dipahami oleh kebanyakan masyarakat, tapi pelan-pelan stigma itu juga mulai menghilang," katanya. (Antara)
"Saya pribadi sangat berterima kasih pada PMI dan ICRC sudah melaksanakan kegiatan ini, sehingga kami bisa mendapatkan pengobatan seperti ini," kata Alimudin Ena (71), di Bula, Rabu.
Alimudin Ena adalah salah satu dari 443 orang yang mendaftar untuk mendapatkan layanan pemeriksaan mata, juga operasi katarak dan pterigium gratis yang dilaksanakan oleh ICRC dan PMI di RSUD Bula pada 21 - 23 November 2017.
Nelayan yang berasal dari desa Maar, Kecamatan Seram Timur itu telah mengalami masalah dengan kedua matanya sejak dua tahun lalu, tapi belum mendapatkan pengobatan.
Demi bisa melihat lagi, Alimudin harus menempuh perjalanan jauh dari kampungnya dengan menumpangi longboat selama satu jam ke Pulau Geser, kemudian melanjutkan dengan kapal selama enam jam ke Kota Bula.
Berbekal ongkos jalan seadanya, Alimudin diantar oleh istri dan anak sulungnya memeriksakan kedua matanya pada spesialis mata yang didatangkan ICRC dan PMI, yakni Elna Anakotta dari RSUD dr. M. Haulussy Kota Ambon dan Saleh Tualeka dari RSUD Masohi, Kabupaten Maluku Tengah.
"Longboat dari kampung itu mesti disewa Rp10 juta, tapi kami menumpang jadi cuma membayar Rp100.000 per orang, kapal juga Rp100.000 per orang. Tak mengapalah jalan jauh yang penting sembuh," kata Alimudin.
Sebelumnya Alimudian pernah berupaya untuk mengikuti operasi katarak gratis yang diselenggarakan oleh PMI-ICRC di RSUD Maren, Kota Tual pada Juli 2017 tapi terlambat mendaftarkan diri.
"Saya sudah menunggu-nunggu untuk operasi ini, karena sebelumnya pernah mau ikut yang di Tual, tapi sudah terlambat. Alhamdulillah akhirnya dilaksanakan di sini juga. Kegiatan seperti sangat baik sekali bagi kami," ucapnya.
Tidak hanya Alimudin yang merasa baksos operasi katarak mendekatkan mereka dengan layanan medis gratis. Nikma Wajo (54), penjual makanan kecil dari desa Tutulo, Kecamatan Kiandarat juga demikian.
Meski harus menempuh perjalanan lebih dari 60 kilometer dari kampungnya, Nikma yang mendapatkan informasi tentang operasi katarak gratis pada 21 November, sesegara mungkin mendaftarkan dirinya.
"Saya tahunya dari kawan sesama penjual di pasar dan langsung mendaftar hari itu juga di RSUD Bula. Sementara ini saya menumpang tinggal di rumah saudara di Bula," katanya.
Nikma mengaku sudah dua tahun kedua matanya mengabur karena katarak, pernah sekali diperiksakan ke rumah sakit dan dianjurkan untuk operasi tapi ia tidak punya cukup biaya untuk itu.
"Pengelihatan yang mengabur sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama untuk mencari nafkah. Semoga setelah diopersi nanti mata saya bisa melihat dengan baik lagi," ucapnya.
Sudah keempat kalinya PMI dan ICRC menggelar baksos operasi katarak dan pembagian kacamata baca gratis di wilayah Maluku. Selain Seram Bagian Timur, sebelumnya lembaga kemanusiaan itu juga melaksanakannya di Kabupaten Buru, Buru Selatan dan Kota Tual.
Meski pengobatan mata difokuskan pada pengidap katarak, tim kesehatan ICRC - PMI juga mengoperasi masalah pterigium yang dialami masyarakat.
Pengurus PMI Provinsi Maluku Maritje Tahapary mengatakan baksos operasi katarak adalah upaya PMI dan ICRC untuk membantu pemerintah dalam melayani masayrakat, khususnya di wilayah yang jauh dari jangkauan layanan kesehatan.
"Akses dan wilayah yang berpulau-pulau memang menjadi masalah klasik bagi sebagian besar masyarakat kita, kegiatan ini mendorong bagaimana layanan kesehatan didekatkan kepada masyarakat," katanya.
Selama ini, kata Maritje, masyarakat mengenal PMI identik dengan kegiatan donor darah yang merupakan mandat pemerintah kepada PMI, padahal sesungguhnya tugas dan mandat PMI lebih dari itu.
Sebagai lembaga kemanusiaan, cakupan tugas PMI lebih luas, seperti pembinaan karakter generasi muda melalui kegiatan Palang Merah Remaja (PMR) dan Korps Sukarela (KSR), membantu membantu korban bencana dan siap siaga dalam penangulangan bencana, dan mensosialisasikan kesehatan juga HIV/AIDS kepada masyarakat luas.
"Tugas dan tanggung jawab PMI sangat luas, tidak hanya aksi donor darah sebagaiaman yang dipahami oleh kebanyakan masyarakat, tapi pelan-pelan stigma itu juga mulai menghilang," katanya. (Antara)