Pemprov Papua Gelar Pameran Sirkumsisi di Konferensi Internasional Belanda
pada tanggal
17 Juli 2018
JAYAPURA, LELEMUKU.COM - Pemerintah Provinsi Papua bakal menggelar pameran pelaksanaan sirkumsisi di bumi cenderawasih, pada Konferensi Internasional HIV/AIDS ke-22, yang akan digelar di Amsterdam, Belanda, akhir Juli mendatang.
Hal demikian disampaikan Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Papua, Constan Karma, di Jayapura, Senin (16/7).
Selain membuka stand pameran, lanjut dia, Pemprov Papua bakal diberi kesempatan untuk berbicara didepan seluruh peserta dari berbagai negara, terkait pelaksanaan sirkumsisi di bumi cenderawasih selama tujuh menit.
“Yang pasti ini merupakan satu kehormatan bisa berbicara dihadapan seluruh negara peserta konferensi HIV/AIDS, dimana untuk benua Asia, kita yang pertama. Intinya, ini sangat menarik sebab Papua menjadi yang kedua setelah Afrika yang menerapkan program sirkumsisi,” jelasnya.
Sementara dalam konferensi yang digelar tiga tahun sekali tersebut, Pemprov Papua didampingi empat kepala daerah, yakni Bupati Sarmi, Merauke, Tolikara dan Walikota Jayapura. Tak ketinggalan aktivis yang konsen di bidang pencegahan HIV/AIDS.
Diharapkan melalui kegiatan konferensi tersebut, Pemprov Papua dapat mendengar dan berdiskusi terkait hal-hal baru dalam penanganan dan pencegahan HIV/AIDS.
“Sebab kita akan bertemu para ahli dunia karena isu HIV/AIDS ini kan ada di setiap negara di seluruh belahan dunia termasuk Indonesia (Papua). Makanya, kita harap ada hasil atau masukan positif yang bisa kita bawa pulang ke Papua untuk diterapkan dalam upaya penanganan HIV/AIDS,” ucap dia.
Sementara ditanya soal akomodasi, Karma mengakui butuh dana yang sangat besar. Meski begitu, pihaknya berharap menilai ada banyak hal positif yang dapat dibawa pulang dari konferensi untuk nantinya diterapkan di provinsi ini.
“Sebab kehadiran Pemerintah Provinsi Papua di konferensi ini juga sangat penting guna mendapatkan hal hal baru terkait metode penanggulangan yang baru dikembangkan oleh para ahli.”
“Intinya tak bisa Papua melakukan penanggulangan HIV dengan cara kita sendiri. Kita harus mendengarkan pandangan dari para ahli supaya bisa lebih maksimal saat mencegah dan melakukan penanganannya,” terang dia.
Sebelumnya, Papua menjadi peringkat pertama untuk provinsi dengan kasus HIV/Aids tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Papua hingga Mei 2018 jumlah kasus HIV/AIDS di Papua tembus angka 35 ribu kasus. (DiskominfoPapua)
Hal demikian disampaikan Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Papua, Constan Karma, di Jayapura, Senin (16/7).
Selain membuka stand pameran, lanjut dia, Pemprov Papua bakal diberi kesempatan untuk berbicara didepan seluruh peserta dari berbagai negara, terkait pelaksanaan sirkumsisi di bumi cenderawasih selama tujuh menit.
“Yang pasti ini merupakan satu kehormatan bisa berbicara dihadapan seluruh negara peserta konferensi HIV/AIDS, dimana untuk benua Asia, kita yang pertama. Intinya, ini sangat menarik sebab Papua menjadi yang kedua setelah Afrika yang menerapkan program sirkumsisi,” jelasnya.
Sementara dalam konferensi yang digelar tiga tahun sekali tersebut, Pemprov Papua didampingi empat kepala daerah, yakni Bupati Sarmi, Merauke, Tolikara dan Walikota Jayapura. Tak ketinggalan aktivis yang konsen di bidang pencegahan HIV/AIDS.
Diharapkan melalui kegiatan konferensi tersebut, Pemprov Papua dapat mendengar dan berdiskusi terkait hal-hal baru dalam penanganan dan pencegahan HIV/AIDS.
“Sebab kita akan bertemu para ahli dunia karena isu HIV/AIDS ini kan ada di setiap negara di seluruh belahan dunia termasuk Indonesia (Papua). Makanya, kita harap ada hasil atau masukan positif yang bisa kita bawa pulang ke Papua untuk diterapkan dalam upaya penanganan HIV/AIDS,” ucap dia.
Sementara ditanya soal akomodasi, Karma mengakui butuh dana yang sangat besar. Meski begitu, pihaknya berharap menilai ada banyak hal positif yang dapat dibawa pulang dari konferensi untuk nantinya diterapkan di provinsi ini.
“Sebab kehadiran Pemerintah Provinsi Papua di konferensi ini juga sangat penting guna mendapatkan hal hal baru terkait metode penanggulangan yang baru dikembangkan oleh para ahli.”
“Intinya tak bisa Papua melakukan penanggulangan HIV dengan cara kita sendiri. Kita harus mendengarkan pandangan dari para ahli supaya bisa lebih maksimal saat mencegah dan melakukan penanganannya,” terang dia.
Sebelumnya, Papua menjadi peringkat pertama untuk provinsi dengan kasus HIV/Aids tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Papua hingga Mei 2018 jumlah kasus HIV/AIDS di Papua tembus angka 35 ribu kasus. (DiskominfoPapua)