Johanis Adekalla Viral, Warga Kepulauan Aru Kenang Reza Mangar
pada tanggal
19 Agustus 2018
DOBO, LELEMUKU.COM - Viralnya video dan foto terkait aksi spontanitas seorang anak berumur 14 tahun bernama Johanis Gama Marshal Lau, siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Silawan, Kota Atambua karena memanjat tiang bendera pada saat upacara detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke 73 di Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Jumat (17/8) membuat warga di Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku mengenang kisah yang sama.
Menurut Karel Ridolof Labok, salah satu warga Aru melalui facebooknya menyampaikan bahwa aksi Johanis yang mengambil tali bendera juga terjadi dan dilakukan oleh seorang anak bernama Reza saat upacara HUT ke 14 Kabupaten Kepulauan Aru pada Senin 18 Desember 2017 di Lapangan Yos Sudarso, Kota Dobo, ibukota kabupaten tersebut.
"Lihat Jobi, bocah SMP di perbatasan NKRI tepatnya Provinsi NTT yang viral di seluruh media nasional karena aksi heroiknya memanjat tiang bendera hingga sang saka merah putih bisa berkibar lagi saat upacara bendera dalam rangka peringatan HUT RI ke 73 tahun 2018 kemarin, Saya jadi teringat aksi yang sama pada oleh Resa Mangar, seorang bocah kampung di wilayah perbatasan NKRI, tepatnya di Kota Dobo," ungkap dia.
Dikatakan aksi heroik kedua bocah itu sama persis, yakni tali yang terlanjur lepas dari tangan pengibar bendera, lalu secara spontan Resa Mangar memanjat tiang bendera hingga ujung dan membawa turun kembali tali untuk mengaitkan bendera, sehingga upacara peringatan HUT kabupaten itu bisa dilanjutkan kembali.
"Resa sama dengan Joni, walau hanya berbeda dalam perilaku negara pada mereka berdua," ujar dia.
Labok menyatakan pada dua aksi tersebut Joni menjadi pahlawan sang saka merah putih saat upacara dipimpin oleh Wakil Bupati Belu. Sementara Reza hanya menjadi pahlawan saat upacara dipimpin oleh Bupati Kepulauan Aru, Dr. Johan Gonga dan Wakilnya Muin Sugalrey.
"Joni setelah aksi heroik itu, viral di media nasional, lalu diperlakukan negara secara "luar biasa", terbang ke Jakarta ketemu Mentri, Pangab TNI, dan Presiden, dapat beasiswa, dijamin masuk Tentara sesuai cita-cita," ujar dia.
Sementara Resa, tutur dia perlakuan biasa saja ia hanya disalami oleh dua pejabat yakni Sekda Aru Sekda Aru, Drs. Moh Djumpa dan Kadis Pemberdayaan Masyarakat Desa, M.H. Madubun. Selepas itu tidak ada apresiasi baik dari masyarakat di kabupaten tersebut, Provinsi Maluku dan juga dari masyarakat Indonesia.
"Resa setelah aksi heroik, viral hanya di media sosial lokal, lalu dapat jabat tangan dari Kepala Dinas, dan diperlakukan secara "biasa diluar", tidak terdengar kabarnya lagi hingga kini, kembali ke hidupnya yang tetap miskin bersama orang tuanya, entah cita-citanya bisa tercapai atau tidak," ungkap Labok.
Ia menilai perlakuan tidak adil kepada dua anak ini harus dapat disikapi, sebab hal ini akan menimbulkan kecemburuan sosial yang malah melemahkan semangat kesatuan dalam bingkai NKRI.
"Memang untuk dua bocah ini, negara harusnya hadir secara imbang," tuntut dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, usai dieluk-elukan menjadi pahlawan penyelamat bendera merah putih, Johny yang dikenal dengan nama Johannes Adekalla ini berangkat bersama ayahnya Victorino Fahik Marcal dan ibunya Lorensa Kai Ili serta rombongan perwira di provinsi tersebut dengan menggunakan Pesawat Batik Air nomor penerbangan ID-6541 pada Sabtu (18/8) dari Bandara El Tari Kupang menuju Jakarta guna memerima penghargaan dari Presiden Jokowi karena sudah memanjat tiang bendara untung mengambil tali yang terlepas saat dibentangkan pada pelaksanaan upacara di di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu Motaain antara RI dan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL).
Sampai di Jakarta, Joni bertemu dengan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi dan kemudian diajak menyaksikan opening ceremony Asian Games 2018.
"Saya kagum dengan semangat Joni. Ia adalah pahlawan yang sesungguhnya. Tanpa paksaan, tanpa persiapan, ia naik ke ujung tiang tertinggi. Saya juga berterima kasih kepada kedua orangtua Joni yang pasti sangat bangga dengan Joni," ungkap Imam.
Selain Menpora, dia juga bertemu dengan para menteri kabinet dan rencananya akan bertemu dengan Presiden Jokowi.(Albert Batlayeri)
Menurut Karel Ridolof Labok, salah satu warga Aru melalui facebooknya menyampaikan bahwa aksi Johanis yang mengambil tali bendera juga terjadi dan dilakukan oleh seorang anak bernama Reza saat upacara HUT ke 14 Kabupaten Kepulauan Aru pada Senin 18 Desember 2017 di Lapangan Yos Sudarso, Kota Dobo, ibukota kabupaten tersebut.
"Lihat Jobi, bocah SMP di perbatasan NKRI tepatnya Provinsi NTT yang viral di seluruh media nasional karena aksi heroiknya memanjat tiang bendera hingga sang saka merah putih bisa berkibar lagi saat upacara bendera dalam rangka peringatan HUT RI ke 73 tahun 2018 kemarin, Saya jadi teringat aksi yang sama pada oleh Resa Mangar, seorang bocah kampung di wilayah perbatasan NKRI, tepatnya di Kota Dobo," ungkap dia.
Dikatakan aksi heroik kedua bocah itu sama persis, yakni tali yang terlanjur lepas dari tangan pengibar bendera, lalu secara spontan Resa Mangar memanjat tiang bendera hingga ujung dan membawa turun kembali tali untuk mengaitkan bendera, sehingga upacara peringatan HUT kabupaten itu bisa dilanjutkan kembali.
"Resa sama dengan Joni, walau hanya berbeda dalam perilaku negara pada mereka berdua," ujar dia.
Labok menyatakan pada dua aksi tersebut Joni menjadi pahlawan sang saka merah putih saat upacara dipimpin oleh Wakil Bupati Belu. Sementara Reza hanya menjadi pahlawan saat upacara dipimpin oleh Bupati Kepulauan Aru, Dr. Johan Gonga dan Wakilnya Muin Sugalrey.
"Joni setelah aksi heroik itu, viral di media nasional, lalu diperlakukan negara secara "luar biasa", terbang ke Jakarta ketemu Mentri, Pangab TNI, dan Presiden, dapat beasiswa, dijamin masuk Tentara sesuai cita-cita," ujar dia.
Sementara Resa, tutur dia perlakuan biasa saja ia hanya disalami oleh dua pejabat yakni Sekda Aru Sekda Aru, Drs. Moh Djumpa dan Kadis Pemberdayaan Masyarakat Desa, M.H. Madubun. Selepas itu tidak ada apresiasi baik dari masyarakat di kabupaten tersebut, Provinsi Maluku dan juga dari masyarakat Indonesia.
"Resa setelah aksi heroik, viral hanya di media sosial lokal, lalu dapat jabat tangan dari Kepala Dinas, dan diperlakukan secara "biasa diluar", tidak terdengar kabarnya lagi hingga kini, kembali ke hidupnya yang tetap miskin bersama orang tuanya, entah cita-citanya bisa tercapai atau tidak," ungkap Labok.
Ia menilai perlakuan tidak adil kepada dua anak ini harus dapat disikapi, sebab hal ini akan menimbulkan kecemburuan sosial yang malah melemahkan semangat kesatuan dalam bingkai NKRI.
"Memang untuk dua bocah ini, negara harusnya hadir secara imbang," tuntut dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, usai dieluk-elukan menjadi pahlawan penyelamat bendera merah putih, Johny yang dikenal dengan nama Johannes Adekalla ini berangkat bersama ayahnya Victorino Fahik Marcal dan ibunya Lorensa Kai Ili serta rombongan perwira di provinsi tersebut dengan menggunakan Pesawat Batik Air nomor penerbangan ID-6541 pada Sabtu (18/8) dari Bandara El Tari Kupang menuju Jakarta guna memerima penghargaan dari Presiden Jokowi karena sudah memanjat tiang bendara untung mengambil tali yang terlepas saat dibentangkan pada pelaksanaan upacara di di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu Motaain antara RI dan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL).
Sampai di Jakarta, Joni bertemu dengan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi dan kemudian diajak menyaksikan opening ceremony Asian Games 2018.
"Saya kagum dengan semangat Joni. Ia adalah pahlawan yang sesungguhnya. Tanpa paksaan, tanpa persiapan, ia naik ke ujung tiang tertinggi. Saya juga berterima kasih kepada kedua orangtua Joni yang pasti sangat bangga dengan Joni," ungkap Imam.
Selain Menpora, dia juga bertemu dengan para menteri kabinet dan rencananya akan bertemu dengan Presiden Jokowi.(Albert Batlayeri)