Dukungan ke Prabowo-Sandiaga Menguat di Ijtima Ulama II
pada tanggal
14 September 2018
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Nama Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Prabowo Subianto, sudah muncul sejak pelaksanaan Ijtima Ulama Pertama yang digelar Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama di Jakarta, akhir Juli lalu.
Ketika itu, formulasinya adalah memasangkan Prabowo dengan Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salim Segaf al-Jufri atau memasangkan Prabowo dengan Ustad Abdul Somad. Ijtima Ulama pertama berlangsung sebelum pendaftaran pasangan calon presiden dan calon wakil presiden ke kantor Komisi Pemilihan Umum.
Namun dalam perkembangannya Prabowo menggandeng Wakil Gubernur Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno sedangkan calon presiden petahana Joko Widodo berduet dengan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Kiai Ma’ruf Amin.
Menyikapi hal itu, GNPF Ulama menyatakan bakal menggelar Ijtima Ulama Kedua. Dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (13/9), Ketua Umum GNPF Ulama Yusuf Muhammad Martak menjelaskan Ijtima Ulama kedua ini merupakan kelanjutan dari acara serupa yang dilangsungkan Juli lalu.
Yusuf Martak menambahkan kubu Prabowo tidak dapat melaksanakan rekomendasi Ijtima Ulama pertama karena tidak ada kesepakatan di antara partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Keumatan, yaitu Partai Gerindra, PKS, dan Partai Amanat Nasional (PAN), mengenai pasangan Prabowo-Salim. Sementara Abdul Somad menolak mendampingi Prabowo karena ingin tetap fokus berdakwah.
Menurut Yusuf Martak, agenda utama dalam Ijtima Ulama Kedua adalah membahas mengenai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
“Ijtima itu diadakan dengan semangat yaitu adanya pergantian presiden di dalam pemilihan presiden 2019. Jadi, sudah jelas. Jangan nanti ada pertanyaan apakah mungkin bergeser dukungan ke pasangan calon yang lain,” kata Yusuf Martak.
Lebih lanjut Yusuf Martak mengungkapkan Ijtima Ulama Kedua akan menghasilkan sejauh mana komitmen danbentuk dukungan yang akan diberikan kepada pasangan Prabowo-Sandiaga. Ijtima Ulama kedua juga akan meminta duet Prabowo-Sandiaga untuk menandatangani sebuah pakta integritas.
Yusuf Martak mengatakan jumlah peserta yang diundang sekitar seribu orang termasuk pimpinan partai koalisi seperti Gerindra, PKS, PAN dan Partai demokrat.
Dia menambahkan Ijtima Ulama kedua ini akan berlangsung pada 16 September mendatang dan kemungkinan besar akan dihadiri oleh Prabowo dan Sandiaga.
Imam Besar Front Pembela Islam Rizieq Syihab, lanjut Yusuf Martak, dijadwalkan untuk memberikan melalui telekonferensi dari Kota Makkah, Arab Saudi. Hal ini juga dilakukannya dalam Ijtima Ulama Pertama.
Kepada wartawan usai jumpa pers, Ketua Umum FPI Sobri Lubis, membantah kabar bahwa Rizieq Syihab menolak bertemu dengan Ma’ruf Amin yang ketika itu sedang beribadah haji. Dia mengatakan pertemuan antara kedua tokoh Islam itu tidak terwujud karena Ma'ruf tidak datang menemui Rizieq Syihab di kediamannya di Makkah.
Menurut Sobri, Rizieq Syihab akan menerima siapa saja tamu yang datang, baik itu dari Kubu Prabowo atau petahana Joko Widodo.
Ditanya tentang pakta integritas yang harus ditandatangani oleh pasangan Prabowo-Sandiaga, menurut Sobri, isinya adalah mengenai apa-apa yang tidak dijalankan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini . Dia berharap presiden baru tahun depan dapat membawa Indonesia lebih baik.
“Yang bikin kegaduhan selama ini apa-apa saja di tengah masyarakat? Di antaranya PKI yang dibiarkan merajalela, penista agama, kriminalisasi ulama. Yang seperti-seperti itu," kata Sobri.
"Kemudian juga masalah ekonomi yang tidak berpihak kepada pribumi. Hal-hal seperti itu, kanyang tidak dilaksanakan oleh rezim sekarang, kita rezim yang akan datang dibantu dengan rakyat untuk berani menjalankan dengan sebaik-baiknya," ujarnya.
Sobri menambahkan seluruh partai koalisi akan diundang dalam Ijtima Ulama Kedua.
Seperti Yusuf Martak, Ketua Panitia Pelaksana Ijtima Ulama Kedua Muhammad Nur Sukma masih merahasiakan tempat pelaksanaannnya.
Sebelumnya Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Kantor Staf Presiden, Ali Mochtar Ngabalin, mengatakan tidak biasanya Ijtima Ulama menyebutkan nama atau memberikan dukungan dalam Pilpres 2019. Menurut Ngabalin, Ijtima Ulama biasanya hanya menyodorkan kriteria pemimpin yang baik.
“Ijtima ulama itu menyodorkan persyaratan-persyaratan seperti amanah, sidik. Hampir kita tidak menemukan ijtima ulama menyebutkan nama, itu bisa dipertanyakan kualitas teman-teman itu," kata Ali Ngabalin.
"Ulama adalah pewaris nabi dia berdiri di atas seluruh kepentingan pemangku umat. Pak Jokowi kan adalah Muslim yang taat,yang baik sekarang pemimpin negara, artinya jika ingin menyodorkan siapa yang mau memimpin meski menyodorkan kriteria-kriteria,” ujarnya.
Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno menyatakan ia belum dapat memastikan apakah akan memasukan ulama dalam tim kampanye. Namun menurutnya yang terpenting adalah selalu mendengar masukan dari para ulama untuk dapat mengatasi berbagai persoalan bangsa.
Menurutnya, nasehat dari para ulama selalu menjadi perhatian Prabowo-Sandi dalam mengambil sikap. Ia juga menyatakan sudah seharusnya semua pihak dapat mendengarkan masukan dari para ulama karena dapat memberikan kesejukan. (VOA)