International Council of Women Gelar Sidang dan Pertemuan Seribu Organisasi Perempuan
pada tanggal
14 September 2018
YOGYAKARTA, LELEMUKU.COM - Presiden International Council of Women (ICW) Kim Jung Sook, menyampaikan keyakinannya bahwa perempuan sebenarnya bisa mengubah dunia menjadi lebih baik bagi generasi mendatang, jika mereka mendapatkan pemberdayaan di segala bidang, baik sosial, budaya maupun pendidikan.
Sayangnya, masih banyak situasi kurang baik dihadapi perempuan. Hal ini disampaikannya dalam Sidang Umum ke-35 ICW di Yogyakarta.
“Saat ini baru ada 17 negara di dunia dipimpin oleh perempuan. Para perempuan masih dihadapkan dengan budaya “glass-ceiling” di tempat kerja. Sementara sekitar 14 persen perempuan masih menghadapi kekerasan seksual secara serius bahkan masih banyak dari mereka dipaksa melakukan perkawinan usia dini,” kata Kim Jung Sook dihadapan para peserta sidang.
Jumlah perempuan yang menduduki posisi strategis di perusahaan masih sangat terbatas. Di Timur Tengah, misalnya, baru 3,9 persen perempuan yang berada di posisi puncak. Sementara di Amerika Latin 6,4 persen, di Asia Pasifik 9 persen, di Eropa dan di Amerika Serikat masing-masing 20 dan 19 persen.
Kim berharap sidang umum ke-35 ICW membahas strategi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi perempuan.
Dalam kesempatan yang sama Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, pemerintah Indonesia menempatkan 8 perempuan dari 34 menteri di kabinet untuk bidang-bidang strategis merupakan bukti perhatiannya terhadap perempuan.
Berbagai pelatihan dan permodalan untuk usaha yang dikelola para perempuan menggunakan CSR BUMN, termasuk Balai Perekonomian Desa atau Balkondes berupa home-stay berbasis masyarakat di sekitar wisata candi Borobudur yang akan dikunjungi peserta sidang ICW, ujar Rini.
Rini mengutip data bahwa sebagian besar usaha, terutama skala kecil dan menengah dimiliki oleh perempuan.
“Penelitian Bank Dunia menunjukkan rasio kepemilikan bisnis oleh perempuan merupakan yang paling tinggi di dunia. Terutama untuk usaha menengah kecil dan mikro,” papar Rini.
“Data di Organisasi Buruh Internasional (ILO) menunjukkan, jumlah angkatan kerja perempuan di Indonesia juga meningkat, dari 35 persen pada 1990 menjadi 38 persen pada 2017,” kata Rini menambahkan.
Secara terpisah, dalam pertemuan seribu organisasi perempuan, Siti Choirina, Direktur Consumer Service PT Telkom memaparkan, usaha kecil menengah, UKM di Indonesia yang memanfaatkan teknologi digital untuk sebagian besar dimiliki perempuan.
“Partisipannya 81 persen perempuan, dan yang sudah men-digitalkan UKM nya itu mencapai 75 persen dan yang sudah go online angkanya mencapai 73 persen perempuan. Jadi konsep ketahanan ekonomi Indonesia yang di-drive (didorong) oleh perempuan it luar biasa,” kata Siti Choirina.
Sementara Ninis Kesuma Adriani,Direktur Keuangan dan Perencanaan Strategis PT Pegadaianmenyebut perusahaanjasa keuangan tertua di Indonesia itu sebagai sahabat perempuan karena sebagian besar kliennya perempuan.
“Sekitar 7 juta unit usaha yang sebagian besar mikro dan UKM adalah potensi bagi kami untuk terus memberikan pelayanan kepada pengusaha yang ada di mikro dan kecil,” kata Ninis. “Perempuan itu ternyata yang mendapatkan pinjaman untuk investasi ternyata prosentasenya lebih tinggi dari laki-laki”.
Presiden Joko Widodo dijadwalkan membuka secara resmi kedua pertemuan tersebut Jumat siang (14/9). (VOA)
Sayangnya, masih banyak situasi kurang baik dihadapi perempuan. Hal ini disampaikannya dalam Sidang Umum ke-35 ICW di Yogyakarta.
“Saat ini baru ada 17 negara di dunia dipimpin oleh perempuan. Para perempuan masih dihadapkan dengan budaya “glass-ceiling” di tempat kerja. Sementara sekitar 14 persen perempuan masih menghadapi kekerasan seksual secara serius bahkan masih banyak dari mereka dipaksa melakukan perkawinan usia dini,” kata Kim Jung Sook dihadapan para peserta sidang.
Jumlah perempuan yang menduduki posisi strategis di perusahaan masih sangat terbatas. Di Timur Tengah, misalnya, baru 3,9 persen perempuan yang berada di posisi puncak. Sementara di Amerika Latin 6,4 persen, di Asia Pasifik 9 persen, di Eropa dan di Amerika Serikat masing-masing 20 dan 19 persen.
Kim berharap sidang umum ke-35 ICW membahas strategi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi perempuan.
Dalam kesempatan yang sama Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, pemerintah Indonesia menempatkan 8 perempuan dari 34 menteri di kabinet untuk bidang-bidang strategis merupakan bukti perhatiannya terhadap perempuan.
Berbagai pelatihan dan permodalan untuk usaha yang dikelola para perempuan menggunakan CSR BUMN, termasuk Balai Perekonomian Desa atau Balkondes berupa home-stay berbasis masyarakat di sekitar wisata candi Borobudur yang akan dikunjungi peserta sidang ICW, ujar Rini.
Rini mengutip data bahwa sebagian besar usaha, terutama skala kecil dan menengah dimiliki oleh perempuan.
“Penelitian Bank Dunia menunjukkan rasio kepemilikan bisnis oleh perempuan merupakan yang paling tinggi di dunia. Terutama untuk usaha menengah kecil dan mikro,” papar Rini.
“Data di Organisasi Buruh Internasional (ILO) menunjukkan, jumlah angkatan kerja perempuan di Indonesia juga meningkat, dari 35 persen pada 1990 menjadi 38 persen pada 2017,” kata Rini menambahkan.
Secara terpisah, dalam pertemuan seribu organisasi perempuan, Siti Choirina, Direktur Consumer Service PT Telkom memaparkan, usaha kecil menengah, UKM di Indonesia yang memanfaatkan teknologi digital untuk sebagian besar dimiliki perempuan.
“Partisipannya 81 persen perempuan, dan yang sudah men-digitalkan UKM nya itu mencapai 75 persen dan yang sudah go online angkanya mencapai 73 persen perempuan. Jadi konsep ketahanan ekonomi Indonesia yang di-drive (didorong) oleh perempuan it luar biasa,” kata Siti Choirina.
Sementara Ninis Kesuma Adriani,Direktur Keuangan dan Perencanaan Strategis PT Pegadaianmenyebut perusahaanjasa keuangan tertua di Indonesia itu sebagai sahabat perempuan karena sebagian besar kliennya perempuan.
“Sekitar 7 juta unit usaha yang sebagian besar mikro dan UKM adalah potensi bagi kami untuk terus memberikan pelayanan kepada pengusaha yang ada di mikro dan kecil,” kata Ninis. “Perempuan itu ternyata yang mendapatkan pinjaman untuk investasi ternyata prosentasenya lebih tinggi dari laki-laki”.
Presiden Joko Widodo dijadwalkan membuka secara resmi kedua pertemuan tersebut Jumat siang (14/9). (VOA)