Patung Lama Christina Martha Tijahahu Masih Terlantar di Museum Siwalima
pada tanggal
01 September 2018
AMBON, LELEMUKU.COM - Patung Pahlawan Nasional asal Negeri Abubu, Kecamatan Nusa Laut, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Christina Martha Tijahahu atau Ina Ata yang lama di Museum Siwalima Ambon, di Air Salobar, Kecamatan Nusaniwe masih terlantar dan diletakkan diareal berumput museum tersebut.
Menurut salah satu warganet Kota Ambon, Dessy Lorwens Talle yang mengunggah foto patung lama yang diganti saat perayaan 200 tahun kematian Ina Ata pada 8 Januari 2018 lalu itu. Pemerintah terkesan tutup mata dan tidak menempatkan patung tersebut pada lokasi yang tepat.
"Tolong pemerintah Kota Ambon tindak lanjuti ini. Walaupun ini adalah benda mati, tapi dia memiliki jiwa. Jiwa seorang Pejuang. Karena tanpa tokoh ini, kita sebagai anak-anak Maluku tidak akan mengenal dan merasakan sakitnya berjuang demi mempertahankan provinsi ini dan kota ini," ujarnya pada halaman facebooknya pada Jumat (31/8).
Ia menyatakan patung 2 meter dari sosok perempuan pemberani yang sempat maju paling depan melawan Belanda itu terkesan diabaikan begitu saja oleh pihak-pihak terkait.
Sementara itu warganet lainnya menanggapi nasib malang patung ini dengan mengharapkan pihak terkait patut menyikapi hal ini.
"Itu patung lama dari Abubu, trus diserahkan ke museum karena Abubu sudah dapat patung baru. Mau kasih badiri juga butuh anggaran," ujar Wattimena Regio.
"Sebaiknya hal ini diinformasikan kepada pemerintah Provinsi Maluku melalui Pengelola Museum Siwalima maupun Balai Pelestarian Nilai Budaya Maluku karena mereka yang berwenang untuk itu," kata Joy Reiner Adriaansz.
Patung Christina yang berwarna hijau ini mulai pudar karena terkena cuaca langsung. Sementara balok penyangga patung masih tetap terpasang.
Menurut terasmaluku.com pada Kamis (5/7) lalu beberapa petugas museum menyatakan, patung yang baru datang beberapa bulan lalu itu ditempatkan dilokasi tersebut karena pihak museum masih kesulitan menempatkan sejumlah barang lantaran belum tersedia tempat pameran yang layak.
“Sementara di situ duku. Nanti mau ditempatkan dekat Pattimura tapi belum tahu,” seru seorang petugas Museum. Perbaikan di sejumlah ruang pamer menyulitkan petugas menata barang pajangan dengan teratur.
Selain di Abubu, Patung Ina Ata juga terletak di puncak Karang Panjang, Kota Ambon. Patung itu menjadi salah satu ikon dan spot wajib dikunjungi jika datang di Ambon. Sebab kisah Christina sang pemberani yang memukul mundur Belanda itu jadi cerita penting bagi warga Maluku.
Patung ini sendiri diganti setelah Gubernur Maluku Said Assagaf meresmikan sebuah patung baru di kampung halamannya Abubu dengan ukuran lebih besar. Patung Ina Ata yang lama lantas diboyong ke Museum Siwalima Ambon yang ada di Air Salobar Kecamatan Nusaniwe untuk kemudian dipajang bersama patung pahlawan nasional Thomas Matulessy yang lama.
Sayangnya usai dikirim ke museum patung Christina hanya ditempatkan di areal berumput di belakang gedung pameran sementara. Patung warna hijau pudar setinggi sekitar dua meter itu masih terbungkus sebagian dengan kayu dan perekat coklat di bagian kaki. Pengunjung museum yang melintas bahkan banyak yang tak menyadari jika itu merupakan patung yang kondisinya masih baik.
Ina Ata merupahkan pahlawan yang ditahan dalam suatu operasi pembersihan kolonial Belanda. Ia beserta 39 orang lainnya tertangkap dan dibawa dengan kapal Eversten ke Pulau Jawa untuk dipekerjakan secara paksa di perkebunan kopi.
Selama di atas kapal, kondisi kesehatan Martha Christina Tiahahu memburuk. Dia menolak makan dan pengobatan.
Akhirnya pada 2 Januari 1818, selepas Tanjung Alang, Pulau Ambon, Martha Christina Tiahahu menghembuskan nafas yang terakhir. Jenazah Martha Christina Tiahahu disemayamkan dengan penghormatan militer ke laut Banda.
Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 012/TK/Tahun 1969 tertanggal 20 Mei 1969, Martha Christina Tiahahu yang lahir pada 4 Januari 1980 secara resmi diakui sebagai pahlawan nasional. (Albert Batlayeri)
Menurut salah satu warganet Kota Ambon, Dessy Lorwens Talle yang mengunggah foto patung lama yang diganti saat perayaan 200 tahun kematian Ina Ata pada 8 Januari 2018 lalu itu. Pemerintah terkesan tutup mata dan tidak menempatkan patung tersebut pada lokasi yang tepat.
"Tolong pemerintah Kota Ambon tindak lanjuti ini. Walaupun ini adalah benda mati, tapi dia memiliki jiwa. Jiwa seorang Pejuang. Karena tanpa tokoh ini, kita sebagai anak-anak Maluku tidak akan mengenal dan merasakan sakitnya berjuang demi mempertahankan provinsi ini dan kota ini," ujarnya pada halaman facebooknya pada Jumat (31/8).
Ia menyatakan patung 2 meter dari sosok perempuan pemberani yang sempat maju paling depan melawan Belanda itu terkesan diabaikan begitu saja oleh pihak-pihak terkait.
Sementara itu warganet lainnya menanggapi nasib malang patung ini dengan mengharapkan pihak terkait patut menyikapi hal ini.
"Itu patung lama dari Abubu, trus diserahkan ke museum karena Abubu sudah dapat patung baru. Mau kasih badiri juga butuh anggaran," ujar Wattimena Regio.
"Sebaiknya hal ini diinformasikan kepada pemerintah Provinsi Maluku melalui Pengelola Museum Siwalima maupun Balai Pelestarian Nilai Budaya Maluku karena mereka yang berwenang untuk itu," kata Joy Reiner Adriaansz.
Patung Christina yang berwarna hijau ini mulai pudar karena terkena cuaca langsung. Sementara balok penyangga patung masih tetap terpasang.
Menurut terasmaluku.com pada Kamis (5/7) lalu beberapa petugas museum menyatakan, patung yang baru datang beberapa bulan lalu itu ditempatkan dilokasi tersebut karena pihak museum masih kesulitan menempatkan sejumlah barang lantaran belum tersedia tempat pameran yang layak.
“Sementara di situ duku. Nanti mau ditempatkan dekat Pattimura tapi belum tahu,” seru seorang petugas Museum. Perbaikan di sejumlah ruang pamer menyulitkan petugas menata barang pajangan dengan teratur.
Selain di Abubu, Patung Ina Ata juga terletak di puncak Karang Panjang, Kota Ambon. Patung itu menjadi salah satu ikon dan spot wajib dikunjungi jika datang di Ambon. Sebab kisah Christina sang pemberani yang memukul mundur Belanda itu jadi cerita penting bagi warga Maluku.
Patung ini sendiri diganti setelah Gubernur Maluku Said Assagaf meresmikan sebuah patung baru di kampung halamannya Abubu dengan ukuran lebih besar. Patung Ina Ata yang lama lantas diboyong ke Museum Siwalima Ambon yang ada di Air Salobar Kecamatan Nusaniwe untuk kemudian dipajang bersama patung pahlawan nasional Thomas Matulessy yang lama.
Sayangnya usai dikirim ke museum patung Christina hanya ditempatkan di areal berumput di belakang gedung pameran sementara. Patung warna hijau pudar setinggi sekitar dua meter itu masih terbungkus sebagian dengan kayu dan perekat coklat di bagian kaki. Pengunjung museum yang melintas bahkan banyak yang tak menyadari jika itu merupakan patung yang kondisinya masih baik.
Ina Ata merupahkan pahlawan yang ditahan dalam suatu operasi pembersihan kolonial Belanda. Ia beserta 39 orang lainnya tertangkap dan dibawa dengan kapal Eversten ke Pulau Jawa untuk dipekerjakan secara paksa di perkebunan kopi.
Selama di atas kapal, kondisi kesehatan Martha Christina Tiahahu memburuk. Dia menolak makan dan pengobatan.
Akhirnya pada 2 Januari 1818, selepas Tanjung Alang, Pulau Ambon, Martha Christina Tiahahu menghembuskan nafas yang terakhir. Jenazah Martha Christina Tiahahu disemayamkan dengan penghormatan militer ke laut Banda.
Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 012/TK/Tahun 1969 tertanggal 20 Mei 1969, Martha Christina Tiahahu yang lahir pada 4 Januari 1980 secara resmi diakui sebagai pahlawan nasional. (Albert Batlayeri)