Tatang Sulaiman Ajak Generasi Muda Jadi Agen of Change
pada tanggal
20 September 2018
MAGELANG, LELEMUKU.COM - Guna menghadapi kompetisi global yang penuh dengan tantangan Generasi muda diharapkan mampu menjadi Agent of Change sekaligus berwawasan kebangsaan.
Hal tersebut diungkapkan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI Tatang Sulaiman pada seminar nasional yang bertemakan "Mempersiapkan Generasi Muda Dalam Membangun Peradaban Modern Guna Mendukung Pertahanan Negara", di Lembah Tidar Akademi Militer, Magelang, Kamis (20/9).
Menurut Alumni Akmil yang dilantik tepat 32 tahun lalu (20 September 1986), generasi muda saat sekarang sangat berbeda dengan era sebelumnya. Kemajuan teknologi informasi yang bergerak secara eksponensial telah merubah dunia menjadi semakin kecil dan tanpa batas, serta menggiring generasi muda kedalam paradoks kehidupan yang bisa menguntungkan juga menghancurkan masa depan dirinya maupun bangsanya.
“Di abad informasi dan globalisasi seperti saat ini, Ilmu pengetahuan dan akses terhadap informasi terbuka dari bermacam-macam sumber menjadikan cara pandang generasi muda jauh lebih luas serta menimbulkan paradoks seperti yang telah dirasakan sejak akhir abad ke-20," ujar Wakasad.
Menyadari fenomena era modern tersebut, mengutip pernyataan Ir. Sukarno dan Suharto serta Presiden Ir. Joko Widodo yang menekankan tentang peran generasi muda yang penuh tantangan di era persaingan global yang destruktif dan perkembangan teknologi yang bergerak sangat dinamis.
"Kita, rakyat dan negara Indonesia, mau tidak mau, suka atau tidak suka, senang atau tidak senang, pasti akan memasuki era yang penuh tantangan ini. Sebagai bangsa petarung, kita harus yakin menghadapinya”, tegas Wakasad.
Dihadapan 714 peserta baik Mahasiswa/i se-Jateng-DIY dan Taruna/i Akmil, AAL, AAU dan Akpol, Wakasad mengingatkan agar generasi muda selalu terhadap perkembangan lingkungan strategis, terutama sepak terjang negara yang memiliki kekuatan besar dibidang politik, ekonomi dan Hankam seperti Amerika Serikat dan Rusia serta China.
"Rivalitas antar negara adi daya tersebut semakin meruncing, dan inisiatif Amerika Serikat mengganti istilah Asia-Pasifik menjadi Indo-Pasifik menandakan adanya perubahan strategi dan proyeksi konflik masa depan yang mengarah ke sentral pertumbuhan paling menjanjikan yaitu di Asia Selatan, Asia Tenggara dan Asia Timur,” papar Wakasad.
Menurut mantan Pangdam IV/Diponegoro, di kawasan regional Asia masih banyak permasalahan yang tidak bisa dikesampingkan dapat mengancam kepentingan Indonesia, seperti krisis Laut Cina Selatan, terorisme, radikalisme, ISIS dan berbagai kejahatan transnasional termasuk fakta pertahanan yang dibangun negara tetangga.
Sedangkan di dalam negeri, ditengah badai internet dan media sosial, bangsa kita juga sedang mengalami euphoria demokratisasi yang tidak sehat dan juga penguatan faham radikalisme dan intoleransi yang dapat menghancurkan bangsa.
“Tantangan dan persoalan di era Revolusi Industri 4.0 ini mencerminkan tuntutan pekerjaan yang akan dihadapi generasi muda kini. Kekhawatiran utama dimasa depan kita adalah kemampuan untuk mempertahankan dan mengelola seluruh sumber daya bangsa. Saat ini kita harus cermati berbagai ancaman berbasis teknologi yang seperti thread, cyber thread, inequality thread dan lain sebaginya yang dapat memicu konflik perpecahan bangsa, " terang Wakasad.
"Kalian harus sadari dan pahami semua permasalahan bangsa serta terus membina diri untuk menjadi generasi yang berdaya saing global, karena nantinya dapat dijadikan dasar menentukan langkah-langkah strategis dalam mengelola semua potensi kekayaan negara kita yang demikian besar” ujar Wakasad.
Menurut Wakasad untuk menghadapi tersebut, generasi muda harus disiapkan sebagai aktor utama yang handal dalam pembangunan nasional yaitu sebagai agen perubahan sekaligus entrepreneur yang berwawasan kebangsaan yang tidak bisa hanya diperoleh dari pendidikan formal.
“Hal paling mendasar adalah pembangunan karakter untuk membentuk pribadi yang memiliki intelektualitas, nilai seni dan kreativitas, integritas serta keluhuran budi pekerti yang kuat untuk menghadapi setiap tantangan” urai Wakasad.
Dalam kesempatan tersebut Wakasad berharap agar generasi muda harus selalu memelihara rasa bangga dan keinginan untuk membawa perubahan serta menumbuhkembangkannya dalam bentuk idealisme yang teguh.
"Generasi muda harus mau berfikir luas namun bertindak secara sederhana atau think globally, act locally," sambung Wakasad.
Selain itu juga Letjen TNI Tatang Sulaiman menitipkan pesan dari Kasad Jenderal TNI Mulyono kepada generasi muda untuk senantiasa bersemangat dan tanpa lelah menempuh jalan yang sulit namun mulia, dari pada memilih jalan yang mudah namun hina, serta jangan menjadikan keragaman yang ada sebagai perbedaan.
“Jadikanlah keragaman itu pelengkap dan penyempurna yang memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa”, pungkas Wakasad.
Sebelumnya ditempat yang sama, Dirjen Pembelajaran dan kemahasiswaan Kemenristek Dikti Intan Ahmadi, Phd., selaku keynote speaker menekankan perlunya
literasi baru dalam menghadapi persaingan global, yaitu tidak hanya cukup membaca, menulis dan matematika saja melainkan juga literasi data, literasi teknologi, literasi manusia serta pembelajaran sepanjang hayat.
Setelah Wakasad, diskusi dilanjutkan dengan nara sumber Dr. P.M. Laksono, M.A. (Guru Besar PPS/ FIB UGM), dan Dr. Sri Rumgiyarsih, M.Sc.(Kaprodi S2/S3 Kependudukan UGM) dan moderator Dr. Iva Ariani, SS.,M.Hum.
Dalam seminar tersebut hadir Gubernur Akmil Mayjen TNI Eka Wiharsa, Wagub Akmil Brigjen TNI Wirana P.B. Kadispenad Brigjen TNI Candra Wijaya dan beberapa pejabat teras TNI AD lainnya. (Pendam)
Hal tersebut diungkapkan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI Tatang Sulaiman pada seminar nasional yang bertemakan "Mempersiapkan Generasi Muda Dalam Membangun Peradaban Modern Guna Mendukung Pertahanan Negara", di Lembah Tidar Akademi Militer, Magelang, Kamis (20/9).
Menurut Alumni Akmil yang dilantik tepat 32 tahun lalu (20 September 1986), generasi muda saat sekarang sangat berbeda dengan era sebelumnya. Kemajuan teknologi informasi yang bergerak secara eksponensial telah merubah dunia menjadi semakin kecil dan tanpa batas, serta menggiring generasi muda kedalam paradoks kehidupan yang bisa menguntungkan juga menghancurkan masa depan dirinya maupun bangsanya.
“Di abad informasi dan globalisasi seperti saat ini, Ilmu pengetahuan dan akses terhadap informasi terbuka dari bermacam-macam sumber menjadikan cara pandang generasi muda jauh lebih luas serta menimbulkan paradoks seperti yang telah dirasakan sejak akhir abad ke-20," ujar Wakasad.
Menyadari fenomena era modern tersebut, mengutip pernyataan Ir. Sukarno dan Suharto serta Presiden Ir. Joko Widodo yang menekankan tentang peran generasi muda yang penuh tantangan di era persaingan global yang destruktif dan perkembangan teknologi yang bergerak sangat dinamis.
"Kita, rakyat dan negara Indonesia, mau tidak mau, suka atau tidak suka, senang atau tidak senang, pasti akan memasuki era yang penuh tantangan ini. Sebagai bangsa petarung, kita harus yakin menghadapinya”, tegas Wakasad.
Dihadapan 714 peserta baik Mahasiswa/i se-Jateng-DIY dan Taruna/i Akmil, AAL, AAU dan Akpol, Wakasad mengingatkan agar generasi muda selalu terhadap perkembangan lingkungan strategis, terutama sepak terjang negara yang memiliki kekuatan besar dibidang politik, ekonomi dan Hankam seperti Amerika Serikat dan Rusia serta China.
"Rivalitas antar negara adi daya tersebut semakin meruncing, dan inisiatif Amerika Serikat mengganti istilah Asia-Pasifik menjadi Indo-Pasifik menandakan adanya perubahan strategi dan proyeksi konflik masa depan yang mengarah ke sentral pertumbuhan paling menjanjikan yaitu di Asia Selatan, Asia Tenggara dan Asia Timur,” papar Wakasad.
Menurut mantan Pangdam IV/Diponegoro, di kawasan regional Asia masih banyak permasalahan yang tidak bisa dikesampingkan dapat mengancam kepentingan Indonesia, seperti krisis Laut Cina Selatan, terorisme, radikalisme, ISIS dan berbagai kejahatan transnasional termasuk fakta pertahanan yang dibangun negara tetangga.
Sedangkan di dalam negeri, ditengah badai internet dan media sosial, bangsa kita juga sedang mengalami euphoria demokratisasi yang tidak sehat dan juga penguatan faham radikalisme dan intoleransi yang dapat menghancurkan bangsa.
“Tantangan dan persoalan di era Revolusi Industri 4.0 ini mencerminkan tuntutan pekerjaan yang akan dihadapi generasi muda kini. Kekhawatiran utama dimasa depan kita adalah kemampuan untuk mempertahankan dan mengelola seluruh sumber daya bangsa. Saat ini kita harus cermati berbagai ancaman berbasis teknologi yang seperti thread, cyber thread, inequality thread dan lain sebaginya yang dapat memicu konflik perpecahan bangsa, " terang Wakasad.
"Kalian harus sadari dan pahami semua permasalahan bangsa serta terus membina diri untuk menjadi generasi yang berdaya saing global, karena nantinya dapat dijadikan dasar menentukan langkah-langkah strategis dalam mengelola semua potensi kekayaan negara kita yang demikian besar” ujar Wakasad.
Menurut Wakasad untuk menghadapi tersebut, generasi muda harus disiapkan sebagai aktor utama yang handal dalam pembangunan nasional yaitu sebagai agen perubahan sekaligus entrepreneur yang berwawasan kebangsaan yang tidak bisa hanya diperoleh dari pendidikan formal.
“Hal paling mendasar adalah pembangunan karakter untuk membentuk pribadi yang memiliki intelektualitas, nilai seni dan kreativitas, integritas serta keluhuran budi pekerti yang kuat untuk menghadapi setiap tantangan” urai Wakasad.
Dalam kesempatan tersebut Wakasad berharap agar generasi muda harus selalu memelihara rasa bangga dan keinginan untuk membawa perubahan serta menumbuhkembangkannya dalam bentuk idealisme yang teguh.
"Generasi muda harus mau berfikir luas namun bertindak secara sederhana atau think globally, act locally," sambung Wakasad.
Selain itu juga Letjen TNI Tatang Sulaiman menitipkan pesan dari Kasad Jenderal TNI Mulyono kepada generasi muda untuk senantiasa bersemangat dan tanpa lelah menempuh jalan yang sulit namun mulia, dari pada memilih jalan yang mudah namun hina, serta jangan menjadikan keragaman yang ada sebagai perbedaan.
“Jadikanlah keragaman itu pelengkap dan penyempurna yang memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa”, pungkas Wakasad.
Sebelumnya ditempat yang sama, Dirjen Pembelajaran dan kemahasiswaan Kemenristek Dikti Intan Ahmadi, Phd., selaku keynote speaker menekankan perlunya
literasi baru dalam menghadapi persaingan global, yaitu tidak hanya cukup membaca, menulis dan matematika saja melainkan juga literasi data, literasi teknologi, literasi manusia serta pembelajaran sepanjang hayat.
Setelah Wakasad, diskusi dilanjutkan dengan nara sumber Dr. P.M. Laksono, M.A. (Guru Besar PPS/ FIB UGM), dan Dr. Sri Rumgiyarsih, M.Sc.(Kaprodi S2/S3 Kependudukan UGM) dan moderator Dr. Iva Ariani, SS.,M.Hum.
Dalam seminar tersebut hadir Gubernur Akmil Mayjen TNI Eka Wiharsa, Wagub Akmil Brigjen TNI Wirana P.B. Kadispenad Brigjen TNI Candra Wijaya dan beberapa pejabat teras TNI AD lainnya. (Pendam)