Inpex Selesaikan Pre-FEED Blok Masela
pada tanggal
05 Oktober 2018
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Perusahaan Migas, Inpex Masela telah menyelesaikan Kajian desain awal atau Pre Front End Engineering Design (pre-FEED) untuk Blok Masela di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), Provinsi Maluku.
Menurut Acting Senior Manager Communication and Relation Department Inpex Masela, Mohammad Berly berharap pembahasan kajian pre-FEED yang telah rampung itu dapat dilanjutkan ke tahapan berikutnya.
"Saat ini kami tengah me-review hasil pekerjaan pre-FEED, maka pre-FEED akan segera selesai," kata seperti dikutip dari Katadata pada Selasa (2/10).
Dikatakan hasil kajian itu pun sudah dikirimkan ke Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan sedang difinalisasi.
Selanjutnya Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan finalisasi telah dilakukan pada Selasa (2/10) dan kemudian diajukan ke Kementerian ESDM.
Pre-FEED itu mulai dikerjakan April 2018 lalu dengan beberapa target diantaranya desain awal fasilitas LNG Darat Abadi Masela yakni desain kilang LNG, pipa, fasilitas terapung produksi, penyimpanan, offloading, sumur bawah laut, estimasi biaya proyek, estimasi jadwal proyek yang lebih detil dan lokasi kilang LNG.
Setelah per-FEED disetujui, Inpex akan mengajukan revisi rencana pembangunan atau Plan of Development (PoD) yang rencananya dilakukan pada November 2018 mendatang.
SKK Migas akan memberikan persetujuan PoD tersebut paling lambat dua bulan setelah pengajuan. Sehingga produksi Blok Masela bisa lebih cepat.
Sementara itu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan mengupayakan percepatan proyek pembangunan Blok Masela untuk menahan potensi defisit dan meningkatkan produksi gas dalam negeri.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan pihaknya akan mendesak percepatan PoD Blok Masela agar segera dirampungkan dan dibangun, sehingga dapat beroperasi paling cepat 2027.
"Mau secepat-cepatnya (diproses Pre-FEED), PoD dipaksa cepat masuk," kata Arcandra di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (2/10).
Berdasarkan buku Neraca Gas Bumi Indonesia periode 2018 hingga 2027 yang baru diluncurkan Kementerian ESDM, Blok Masela berproduksi tahun 2027. Puncak produksi Blok Masela diperkirakan akan mencapai 1.200 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
Bersama beberapa blok migas lainnya, tercatat target lifting gas di tanah air bisa mencapai 8.048 MMSCFD. Tahun ini lifting gas diperkirakan mencapai 7.452 MMSCFD dan di tahun 2025 akan terjadi puncak lifting sebesar 8.661 MMSCFD.
Untuk mencapai proyeksi tersebut setidaknya harus didukung dengan kondisi terealisasinya beberapa proyek gas bumi di antaranya:
Pertama beroperasinya Lapangan Alur Siwah, Rambong, dan Lapangan Julu Rayeu (Medco Blok A) pada 2018. Proyek Blok A ini bisa mencapai produksi puncak sebesar 67,4 MMSCFD.
Kedua beroperasinya Lapangan MDA & MBH, serta MDK (HCML) dengan total produksi puncak 120 MMSCFD, Jambaran Tiung Biru, Lapangan Badik, dan West Badik (PHE Nunukan) pada 2019. Jambaran Tiung Biru bisa memproduksi paling tinggi 330 MMSCFD.
Ketiga mempercepat proyek BP Berau Expansion (LNG Train 3) berproduksi pada tahun 2020. Produksi puncaknya 709 MMSCFD.
Keeempat Lapangan Merakes (Eni Sepinggan) dan ASAP Kido Merah (Genting Oil) pada 2021. Produksi puncak Lapangan Merakes mencapai 391 MMscfd. Sedangkan ASAP Kido 170 MMSCFD.
Kelima Lapangan Gendalo, Gandang, dan Gehem (IDD Project) yang beroperasi pada tahun 2022.
Keenam, beroperasinya Lapangan Abadi (Inpex Masela) pada tahun 2027 dengan puncaknya 1.200 MMSCFD.
Terakhir beroperasinya Blok East Natuna di tahun 2027 yang diperkirakan memiliki potensi yang besar, cadangan gasnya mencapai 46 tcf.
Sebelumnya, seperti diketahui, pengembangan Lapangan Abadi di Blok Masela telah diputuskan sebagai salah satu dari 37 Prioritas dalam Proyek Strategis Nasional (PSN), sebagaimana yang diatur dalam Perpres Nomor 58 Tahun 2017.
Adapun dari Lapangan Abadi, tercatat potensi cadangan gas hingga 6,97 triliun kaki kubik (TCF) dan kapasitas kilang hingga 9,5 juta ton per tahun (MTPA). (Katadata/Medcom)