Biaya Pengembangan Blok Masela Masih Dievaluasi SKK Migas
pada tanggal
23 November 2018
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan perusahaan minyak dan gas (Migas) Asal Jepang, Inpex Corporation telah menyelesakan kajian desain awal atau Pre-Front End Engineering Design (FEED) Blok Masela di Lapangan Abadi, Laut Arafura dan Pulau Yamdena, Kepulauan Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), Provinsi Maluku.
Namun, sampai saat ini, kajian itu masih dievaluasi oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terkait biaya yang diajukan untuk menggarap proyek tersebut.
“Lagi dilihat cost structure-nya. Kami lihat benar atau tidak angkanya,” kata dia di Jakarta, Kamis (22/11).
Berdasarkan informasi yang diperoleh Katadata, sebenarnya Pre-Feed yang diajukan Inpex sudah disetujui, tapi dengan beberapa catatan. Mereka harus memperbaikinya ketika masuk tahap FEED. Selain itu, Kementerian ESDM juga sudah membahas proposal pengembangan lapangan atau Plan of Development (PoD).
Sebelumnya, Menteri ESDM Ignasius Jonan pernah mengungkapkan besaran biaya pengembangan Blok Masela mencapai US$ 16 miliar.
"Blok Masela cost-nya US$ 16 miliar," kata dia dalam sarasehan dan diskusi nasional migas di Jakarta, Rabu, (8/8).
Jika dibandingkan dengan biaya sebelumnya, maka biaya pengembangan blok Masela sebesar US$ 16 miliar itu lebih tinggi daripada perkiraan awal. Tahun 2016 lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan biaya Masela ditekan dari US$ 22 miliar ke US$ 15 miliar. Angka itu berdasarkan perhitungan dari Arcandra Tahar saat menjabat Menteri ESDM.
“Itu yang dilaporkan Pak Arcandra ke saya,” kata Luhut di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (16/8/2016).
Biaya sebesar US$ 16 miliar tersebut juga lebih tinggi dibandingkan yang diajukan Inpex dengan memakai skema terapung di laut (FLNG), nilainya mencapai US$ 14,8 miliar. Namun lebih rendah dari perhitungan awal jika kilang dibangun ke Aru maupun ke Tanimbar dengan investasi masing-masing sebesar US$ 22,3 miliar dan US$ 19,3 miliar.
Selama ini biaya pengembangan Masela juga memiliki berbagai versi. Salah satunya biaya proyek Masela yang dikeluarkan oleh Kantor Staf Presiden (KSP) bebebapa tahun lalu.
KSP pernah membuat perhitungan yang berbeda. Nilai investasi untuk skema FLNG sebesar US$ 18,2 miliar, sedangkan untuk skema kilang darat dan pipa ke Aru lebih rendah, yaitu US$ 13,25 miliar. Adapun, skema kilang darat dan pipa ke Tanimbar US$ 11,85 miliar.
Sementara itu, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto menargetkan persetujuan proposal pengembangan (PoD) Blok Masela bisa diberikan tahun ini. Sedangkan, Inpex berjanji mengajukan PoD secepatnya setelah melakukan studi penilaian risiko (study risk assessment), studi Analisis Dampak Lingkungan (Amdal), dan tahap klasifikasi lokasi potensial fasilitas produksi di darat untuk mendukung proyek Masela.
"Inpex janji cepat mengajukan yakni bulan depan, " kata dia di Jakarta, Senin (29/10).
Selain mempercepat pengembangan Blok Masela. Pemerintah juga memberikan tambahan kontrak ke Inpex selama tujuh tahun. Sehingga target first gas-nya pada 2027 dapa tercapai.
Perpanjangan itu diberikan karena adanya perubahan skema pengembangan. Awalnya, Inpex Corporation, mengajukan pengelolaan menggunakan skema kilang apung di laut. Sedangkan pemerintah memutuskan menggunakan skema kilang di darat.
“Tujuh tahun sudah kami berikan," kata Djoko. (Albert Batlayeri)