Kelompok Batlolonar Harap Inpex Bantu Pasarkan Hasil Tenunan ATBM
pada tanggal
27 November 2018
SAUMLAKI, LELEMUKU.COM – Kelompok Batlolonar yang terdiri dari 15 orang Ibu-Ibu dari Desa Amsada, Kecamatan Wertamrian, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), Provinsi Maluku mengharapkan Perusahaan Minyak dan Gas (Migas) asal Jepang, Inpex Corporation yang mengelola Kilang LNG Blok Masela dapat membantu untuk memasarkan hasil tenunan dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Menurut Sekretaris Kelompok tersebut, Sekondina Angwarmase yang sangat antusias mengikuti Program Pelatihan Tenun Tanimbar Tahun 2018 yang difasilitasi oleh Inpex Masela sejak 3 November 2018 lalu bahwa pihaknya sangat mengharapkan bantuan dari Perusahaan Migas tersebut untuk membantu pihaknya hingga pada pemasaran produk-produk tenunan mereka.
“Kini kami sudah pusatkan seluruh pikiran dan tenaga ke Rumah Batlolonar ini, jadi kami mohon Inpex membantu kami dalam pemasaran saja karena usaha-usaha di MTB terakhirnya masalah pemasaran adalah kendala terbesar kami,” ujar dia saat didampingi oleh Bendahara Kelompok tersebut, Clara Sarbunan kepada Lelemuku.com di Rumah Batlolonar ATBM pada Sabtu (25/11).
Ia mengungkapkan untuk Program Pelatihan Tenun Tanimbar Tahun 2018, Inpex Masela menyiapkan 3 orang pelatih dari Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat (Jabar) yaitu Amin dan Deni yang melatih cara membuat Tenunan Brokat Songket, sedangkan untuk teknik tenun ikat yang asli akan diajarkan oleh Kista.
“Rumah Batlolonar ini baru saja diresmikan oleh Inpex Masela, Bank Indonesia dan Pemda MTB pada Jumat (23/11) lalu. Saat ini kami sudah dilatih oleh ketiga pelatih yang disiapkan oleh Inpex, awalnya kami pikir pakai ATBM susah, karena kan biasanya kami menggunakan godokan tenun tradisioanal, tetapi saat kami mulai berlatih ternyata alat itu gampang untuk digunakan,” ungkap sekretaris kelompok itu.
Sekondina pun menuturkan ada beberapa perbedaan mendasar antara menenun dengan menggunakan ATBM dan alat godokan tradisional yang sudah sering digunakan oleh masyarakat Kepulauan Tanimbar, diantaranya proses membuatan kain tenun yang lebih cepat dengan hasil kain yang lebih tipis sehingga mudah untuk diproses menjadi produk modern yang baru seperti syall, pakaian, tas dan sepatu.
“Jadi nanti yang kami jual adalah syall dan kain tenun ikat yang panjangnya mencapai 20 meter, kami optimis dengan waktu yang diberikan Inpex untuk latihan selama 6 bulan kami sudah akan menguasai teknik menggunakan ATBM dan menghasilkan produk yang siap untuk dijual,” tuturnya. (Laura Sobuber)