Pantai Bagong, Semolek Perawan di Dekapan Pulau Taliabu
pada tanggal
26 November 2018
Catatan Perjalanan Sejenak Tim Penyusun Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) Pulau Taliabu Tahun 2018
Jika foto bisa berbicara lebih banyak dari pada kata-kata, maka tulisan berikut di balik konteks foto-foto berikut hanyalah remah-remah saja dari sedikit yang mampu diungkapkan. Sebenarnya ada kendala lain lagi. Tak banyak waktu untuk mengungkap lengkap di balik foto-foto ini. Sinyal data tak selancar kagumku kepadamu, sayang!
Baiklah. Ini tentang kunjungan ke lokasi wisata pantai Bakong di desa Mandiri, Pulau Taliabu. Lalu berlanjut ke Kasango, desa yang letaknya tak jauh dari lokasi wisata. Keduanya tak jauh dari Bobong, ibu kota Kabupaten Pulau Taliabu.
Menyaksikan dan mengalami pesona pantai ini, saya teringat ungkapan tentang gadis perawan dengan pesona yang meluluhlantakkan iman dan kesetiaan lelaki pengagumnya. Bagai mengangkang di hadapan, pantai ini seperti merayu-rayu.
Ada keunikan ia dekap, selain pantai. Bebatuan yang meriasi panorama pantai. Tepat di dinding tebing, tak jauh dari bibir ranum pantai itu, beberapa dari hamparan bebatuan itu mengeluarkan bunyi beraneka rupa jika dipukul. Dengan pukulan berirama, bunyinya bisa seperti angklung. Aneh, kan? Nah, bukan hanya itu. Banyak cerita mistis yang mengitari tempat wisata ini. Tapi, tidak usah takut. Kemistisan ceritanya hanya berlaku bagi pengunjung yg tak bersih lahir batin saja.
Kalau anda orang baik-baik, sejak niat dan kelakuan, datanglah ke sini tanpa perlu takut.”Hanya orang tak bersih saja, Bang, yang diganggu sama penunggunya,” tutur Alif, lelaki satu anak, yangg pewaris lahan itu.
Saya bersih, maka saya tak perlu khawatir akan diganggu. Hehe…
Kami berkunjung ke sana atas kebaikan hati Wakil Bupati Pulau Taliabu dan Sekda. Mereka, Pak Ramli dan Pak Agus Salim Ganiru, bersama beberapa staf pemda menjadi teman menikmati panorama pantai. Saya, Pak Dr M Ridha Ajam dan Pak Abdulrahman Safrudin tentu senang. Apalagi, setelah dari pantai ini, kami lanjut ke desa Kasango. Di sana, kami menikmati lezatnya ikan bakar dan kelapa muda. Gratis! Warga menghidangkan dengan tulus. Kami melahapnya dengan buas. Tak perlu ‘jaim’.
Jelang magrib, kami harus kembali ke Bobong. Sejenak bersantai di pantai, cukuplah untuk merehatkan penat. Pak Wabup dan Pak Sekda mesti memgerjakan beberapa hal. Besok kerja. Begitu juga kami bertiga.
Ada banyak cerita dari sana. Tapi tidak bisa lama-lama mengetik di sini. Kalau tiba-tiba jaringan data error, maka saya akan merasa sangat bersalah jika tak membagikan berita ini kepadamu, Sayang. Datanglah ke sini. Ajak saya jika perlu. Senja di sini indah. Temaramnya tak menggelapkan hati. Malah indahnya meresap sampai ke sukma.
Tidak percaya? Datang dan alamilah sendiri! Jangan lupa ajak saya dkk, Pak Wabup yg ramah dan suka bercanda. Begitu juga Pak Sekda yang hangat dan tak formal dalam situasi yang menuntut santai. Sudah pasti Pak Ridha Ajam dan Pak Udin bersedia juga. Sampai jumpa di pantai ini, yang rayuannya melebihi seribu perawan lugu. Tapi soal iman dan kesetiaan, rawatlah. Begitu saya melakukannya. (**)