Dwi Soetjipto Fokus Pengembangan Blok Masela dan Kilang LNG di Tanimbar
pada tanggal
03 Desember 2018

JAKARTA, LELEMUKU.COM - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yang baru saja dilantik, Dwi Soetjipto menyatakan akan berfokus pada pengembangan Blok Masela yang berada di Lapangan Abadi, Laut Arafura serta pembangunan Kilang LNG di Pulau Yamdena, Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), Provinsi Maluku.
Baca Juga
"Ada 11 pending matters yang harus diselesaikan, Masela dan proyek IDD termasuk di dalamnya. Kami akan selesaikan rencana kerja 2019, beberapa Plan of Development (POD) yang pending juga harus kami selesaikan," kata dia.
Soetjipto juga berupaya agar proyek Blok Masela bisa efisien. Sebab Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan sempat menyebut biaya investasi Blok Masela mencapai US$ 21 miliar atau setara Rp 304,5 triliun.
"Karena tantangannya disitu. Kemudian dengan efisiensi itu maka performen akan naik, dan kalau naik maka mereka memiliki kemampuan investasi," ungkapnya.
Soetjipto berharap selama empat tahun kepemimpinannya dapat memberikan yang terbaik bagi sektor migas, khususnya dalam meningkatkan produksi minyak dengan penemuan cadangan baru.
"Targetnya tentu berkontribusi sebaik-baiknya nya, i will do my best," pungkasnya.
Seperti diketahui, pengembangan Blok Masela di Lapangan Abadi telah diputuskan sebagai salah satu dari 37 Prioritas dalam Proyek Strategis Nasional (PSN), sebagaimana yang diatur dalam Perpres Nomor 58 Tahun 2017. Adapun, dari Lapangan Abadi, tercatat potensi cadangan gas hingga 6,97 triliun kaki kubik (TCF) dan kapasitas kilang hingga 9,5 juta ton per tahun (MTPA). (gus)
Blok Masela menjadi fokus SKK Migas selama empat tahun nanti karena blok ini merupakan ladang gas yang memiliki potensi besar dalam meningkatkan produksi gas di dalam negeri dengan nilai keuntungan yang besar.
Sebelumnya Jonan mengungkapkan, kajian awal atau Front End Engineering Design (pre-FEED) pengembangan Blok Masela telah selesai. Dari kajian tersebut, terdapat penurunan biaya pengembangan dari sebelumnya US$ 25 miliar hingga US$ 26 menjadi US$ 20 miliar hingga US$ 21 miliar.
"Masela ini sudah diskusi, mungkin nanti PoD pertamanya mudah-mudahan karena sudah pre-FEED selesai, dari US$ 25-26 miliar bisa kurang jadi US$ 20-21 miliar," kata Jonan di Hotel Raffles, Jakarta Selatan, Senin (26/11).
Dwi Soetjipto lahir di Surabaya, 10 November 1955, saat ini ia berdomisili di Jakarta. Ia mendapat gelar Insinyur dari Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya pada 1980 dan Master Manajemen di Universitas Andalas (1999) dan meraih gelar Doktor Ilmu Manajemen Kekhususan Manajemen Stratejik dari Universitas Indonesia (2009). Saat ini Soetjipto juga menjabat advisory board di Center For Strategic & International Studies (CSIS) for Southeast Asia Programs.
Sebelum menjadi Kepala SKK Migas, Soetjipto tercatat pernah menduduki beberapa posisi strategis di beberapa perusahaan yakni; direktur di PT Semen Padang (1995-2003), Presiden Direktur di PT Semen Padang (2003-2005), President Direktur di PT Semen Gresik (Persero) Tbk (2005- 2013), Presiden Direktur di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (2013-2014), Komisioner dari PT Indonesia Stock Exchange (2014-2015) dan Presiden Direktur dan CEO dari PT. Pertamina (Persero) dari 28 November 2014 hingga 3 Februari 2017.
Saat menjabat sebagai Direktur Utama PT Semen Indonesia, perusahaan induk usaha semen nasional dengan operasi pabrik terbesar di Asia Tenggara Soetjipto berhasil melakukan konsolidasi industri semen nasional sehingga dipandang sebagai bapak pemersatu industri semen Indonesia. (Albert Batlayeri)
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com selain "" di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.