Kematian Andreas Neksi Lambatir Harus Segera Diungkap
pada tanggal
04 Desember 2018
LARAT, LELEMUKU.COM – Keluarga besar dari almarhum Andreas Neksi Lambatir (42) warga Kota Larat, Kecamatan Tanimbar Utara (Tanut), Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), Provinsi Maluku yang tewas dan jenazahnya ditemukan pada Minggu (4/11) di Pantai Pasir Pendek, dekat areal Perusahaan SS, Desa Lelingluan meminta pihak kepolisian untuk segera mengungkap pelaku dibalik kasus tersebut.
Saudara perempuan korban, Yenni Inche Lambatir mengharapkan agar pihak Kepolisian Resor (Polres) MTB yang saat ini masih melakukan proses penyidikan kematian adiknya yang dinilai tidak wajar itu agar dapat segera mengungkap secara terbuka pelaku yang menyebabkan korban meninggal, sehingga keluarga besar dan warga Larat menjadi tenang dan iklas dengan peristiwa ini.
“Intinya semoga proses penyelidikan masih berjalan agar ada titik terang, biar kami juga tenang. Kami mengharapkan begitu,” kata dia saat didampingi oleh suaminya, Boni Ramli kepada Lelemuku.com di Kompleks Kampung Babar, Kota Larat pada Jumat (30/11).
Yenni menuturnya pihak keluarga sangat mengkhawatirkan jika kasus penemuan mayat adiknya yang sudah memakan waktu 1 bulan itu berlarut-larut tanpa kepastian siapa pelaku di balik kasus tersebut itu bisa mengakibatkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Sebab saat ini keluarga besar hidup ditengah rasa takut dan penuh kecurigaan.
“Ini kan sudah satu bulan, takutnya kalau ada gesekan-gesekan atau masukan-masukan diantara keluarga nanti kan bisa timbul masalah baru, yang bisa mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan. Mohon bantuan pihak Kepolisian agar jangan berlarut-larut,” tuturnya.
Ia mengakui pihak keluarga juga siap bekerja sama mengungkap dan menuntaskan tragedi yang memilukan keluarganya ini. Termasuk jika proses penyidikan adiknya itu berlanjut ke tahapan pemeriksaan medik visum dengan membuka kembali kuburan korban, yang saat jenazah dievakuasi ke RSUD dr. D Anatototi Larat belum sempat diperiksa. Sementara pihak keluarga sangat yakin jika korban meninggal akibat penganiayaan.
Banyak Kejanggalan
Selanjutnya Yenni menceritakan kejanggalan terkait peristiwa ini. Diawali sejak Senin (29/10) hingga Rabu (31/10) korban yang selalu bersama-sama dengan kelima temannya yakni SW, AS, YS, JM dan J dengan menggunakan tiga motor memancing ikan dari pukul 09.00 WIT hingga 15.00 WIT di Pasir Pendek yang lokasinya jauh dari Kota Larat.
Pada hari Kamis (1/11) korban bersama teman-temannya beristirahat dari kegiatan memancing dan beraktivitas di Kota Larat.
Kemudian pada Jumat (2/11) mereka berenam kembali melanjutkan aktivitas memancing mereka. Sama seperti hari-hari sebelumnya, korban bersama teman-temannya berangkat mancing pada pukul 09.00 WIT namun hingga pukul 15.00 WIT mereka belum kembali.
“Jam tiga kami tunggu-tunggu juga tidak pulang, saya tidak ada perasaan apa-apa. Hingga sore, saya pikir jangan sampai mungkin dia mengail dapat ikan-kah dan mungkin duduk dengan teman-temannya kah,” kenang Yenni.
Hingga pukul 18.30 WIT datang salah satu teman korban, AS dan bertanya kepada dirinya dan suami yang sedang berada di bengkel depan rumah mereka. AS bertanya tentang keberadaan korban, apakah sudah pulang atau belum. Mendengar pertanyaan itu, dia bersama suaminyapun menjawab belum pulang.
Lalu AS menjelaskan jika korban sudah pulang duluan bersama dengan SW dan kemungkinan mereka berselisih jalan. Kemudian setelah 30 menit tibalah teman korban yang lain. Lalu SW yang saat itu menggoceng korban menghampiri mereka dan bertanya yang sama tentang keberadaan korban.
“Selang setengah jam lagi teman korban yang gonceng dia ini, datang juga dua orang temannya. Tapi masing-masing dengan motor. Teman yang gonceng dia, SW ini turun dari motor dengan pelan-pelan. Dia tanya saya 'Apakah Neksi sudah pulang'. Lalu saya kembali tanya dia, 'kan Neksi pergi dengan kamu, kok dia belum pulang. Sedangkan kamu sudah pulang.' Kemudian dia jawab kalau mereka sempat panggil-panggil Neksi tetapi tidak ada balasan, jadi mereka berpikir neksi sudah pulang duluan,” tutur Yenni.
Setelah mendengar penjelaskan dari SW, Yenni pun langsung menghubungi semua keluarga untuk bersama-sama dengan kelima teman korban mencari korban di lokasi pemancingan tersebut dari pukul 21.00 WIT hingga Sabtu (3/11) pukul 05.00 WIT namun tidak ada hasil. Mereka pun kembali melakukan pencarian pada pukul 10.00 WIT tetapi hasilnya juga sama.
Pada Minggu (2/11) mereka bersama dengan polisi, Majelis Jemaat Gereja Protestan Maluku (GPM) Seyba Larat dan masyarakat Kota Larat, Desa Ridool dan Desa Ritabel kembali mencari. Pada Pukul 13.00 WIT korban berhasil ditemukan dalam keadaan tidak wajar dengan warna kulit hitam, rambut korban yang sudah terlepas dari kepala dan tubuh korban yang sudah dipenuhi belatung.
Selepas jenazah ditemukan, kelima teman almarhum tidak muncul dan menemani keluarga dalam proses membawa korban ke Kota Larat guna dievakuasi ke RSUD hingga ke rumah duka. Mereka kemudian menjadi saksi terkait ditemukannya jenazah korban dengan versi pengakuan dihadapan aparat hukum yang masing-masing berbeda kisahnya.
Hal ini menimbulkan tanda tanya dan kecurigaan, sehingga keluarga berharap polisi dapat objektif dan mampu mengungkap kasus ini segera dan secara profesional.
Polres MTB sendiri pada Jumat (16/11) lalu telah melakukan gelar perkara atas kasus tersebut, namun hingga awal Desember ini belum ada lagi penjelasan lebih lanjut dari kepolisian terkait perkembangan dan upaya lanjutan guna mengungkap penyebab kematian korban. (Albert Batlayeri)