Provinsi Papua Kini Darurat HIV-AIDS
pada tanggal
08 Desember 2018
JAYAPURA, LELEMUKU.COM - Bumi Cenderawasih kini sedang berada dalam posisi “darurat kasus virus kekebalan tubuh yang berujung pada sindrom penurunan kekebalan tubuh atau HIV-AIDS”. Bagaimana tidak, data Dinas Kesehatan Provinsi Papua menyebut, hingga September 2018, angka kasus HIV dan AIDS kini menembus 38.874 kasus.
“Papua sedang dalam "darurat AIDS" sehingga harus ada upaya untuk menekan kasus ini, agar tidak banyak orang lain yang tertular lagi,” terang Asisten Bidang Pemerintahan Setda Provinsi Papua Doren Wakerkwa, di Jayapura, Kamis.
Ia mengimbau perlu segera ada upaya pertobatan massal dari seluruh umat yang ada diatas tanah ini, supaya penyebaran penyakit mematikan itu dapat ditekan. Dalam artian, sikap dan perilaku hidup sehat perlu digalakkan serta tak ketinggalan berupaya setia kepada pasangannya.
“Ya, langkah-langkah seperti ini menjadi salah satu upaya termudah untuk terhindar dari virus mematikan ini. Untuk itu, kita juga berharap ada sinergitas antara instansi dan lembaga terkait, agar bisa mensosialisasikan bahaya penyebaran virus ini. Sehingga angka prevalensi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dapat terus menurun,” terang dia.
Doren juga mengimbau masyarakat di wilayahnya untuk lebih dini memeriksakan diri ke rumah sakit, guna mengantisipasi penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Aqcuuired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).
Sebab ada kebiasaan masyarakat yang pada akhirnya berani memeriksakan diri ke rumah sakit apabila penyakit yang dideritanya sudah stadium akhir. “Nah kebiasaan seperti inilah yang pada akhirnya menyebabkan banyak orang Papua masuk ke rumah sakit bukannya keluar menjadi sembuh, justru sebaliknya (tambah parah bahkan meninggal)”.
“Makanya saya minta supaya masyarakat jangan menunggu hingga penyakitnya sudah stadium empat atau parah baru memeriksakan diri dan pergi ke rumah sakit. Sebab ke rumah sakit dalam kondisi seperti itu tetap tidak dapat tertolong,” katanya.
Dia juga mengimbau masyarakat untuk bisa menghindari minuman beralkohol dan narkoba yang paling banyak menjadi “pintu masuk” HIV/AIDS. Mengapa demikian, karena minuman beralkohol dan narkoba biasanya menyulut seks bebas yang pada akhirnya menjadi faktor penyebar penyakit mematikan ini.
“Sehingga sekali lagi memang perlu ada sinergitas antara dinas kesehatan, rumah sakit hingga Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) setempat untuk mensosialisasikan betapa pentingnya memeriksakan kesehatan lebih dini guna menghindari penularan virus HIV/AIDS”.
“Sebab penting sekali kita mencegah lebih dini penyebaran virus mematikan ini,” harapnya. (DiskominfoPapua)
“Papua sedang dalam "darurat AIDS" sehingga harus ada upaya untuk menekan kasus ini, agar tidak banyak orang lain yang tertular lagi,” terang Asisten Bidang Pemerintahan Setda Provinsi Papua Doren Wakerkwa, di Jayapura, Kamis.
Ia mengimbau perlu segera ada upaya pertobatan massal dari seluruh umat yang ada diatas tanah ini, supaya penyebaran penyakit mematikan itu dapat ditekan. Dalam artian, sikap dan perilaku hidup sehat perlu digalakkan serta tak ketinggalan berupaya setia kepada pasangannya.
“Ya, langkah-langkah seperti ini menjadi salah satu upaya termudah untuk terhindar dari virus mematikan ini. Untuk itu, kita juga berharap ada sinergitas antara instansi dan lembaga terkait, agar bisa mensosialisasikan bahaya penyebaran virus ini. Sehingga angka prevalensi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dapat terus menurun,” terang dia.
Doren juga mengimbau masyarakat di wilayahnya untuk lebih dini memeriksakan diri ke rumah sakit, guna mengantisipasi penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Aqcuuired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).
Sebab ada kebiasaan masyarakat yang pada akhirnya berani memeriksakan diri ke rumah sakit apabila penyakit yang dideritanya sudah stadium akhir. “Nah kebiasaan seperti inilah yang pada akhirnya menyebabkan banyak orang Papua masuk ke rumah sakit bukannya keluar menjadi sembuh, justru sebaliknya (tambah parah bahkan meninggal)”.
“Makanya saya minta supaya masyarakat jangan menunggu hingga penyakitnya sudah stadium empat atau parah baru memeriksakan diri dan pergi ke rumah sakit. Sebab ke rumah sakit dalam kondisi seperti itu tetap tidak dapat tertolong,” katanya.
Dia juga mengimbau masyarakat untuk bisa menghindari minuman beralkohol dan narkoba yang paling banyak menjadi “pintu masuk” HIV/AIDS. Mengapa demikian, karena minuman beralkohol dan narkoba biasanya menyulut seks bebas yang pada akhirnya menjadi faktor penyebar penyakit mematikan ini.
“Sehingga sekali lagi memang perlu ada sinergitas antara dinas kesehatan, rumah sakit hingga Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) setempat untuk mensosialisasikan betapa pentingnya memeriksakan kesehatan lebih dini guna menghindari penularan virus HIV/AIDS”.
“Sebab penting sekali kita mencegah lebih dini penyebaran virus mematikan ini,” harapnya. (DiskominfoPapua)