Biskuit “Build That Wall” Paksa Pedagang Roti untuk Minta Maaf
pada tanggal
30 Januari 2019
WASHINGTON, LELEMUKU.COM - Seorang pedagang roti di negara bagian Washington meminta maaf atas biskuit Hari Valentine yang berbau politis yang menimbulkan keributan di media sosial.
Sebagaimana dilaporkan oleh KING-TV, Ken Bellingham, pemilik Edmonds Bakery, telah kebanjiran telepon dari para pelanggan yang merasa terganggu atas biskuit berbentuk hati dengan tulisan “Build That Wall.” That wall di sini merujuk kepada kampanye Presiden Donald Trump yang berjanji untuk membangun dinding pembatas di perbatasan selatan Amerika Serikat.
Biskuit ini hanyalah salah satu dari biskuit dengan hiasan pesan seperti “Addicted to Love” dan “Cool Beans.” Bellingham mengatakan tulisan di biskuit itu dimaksudkan hanya sekedar sebagai candaan bukan sebagai sebuah pernyataan politik.
Seorang wanita, Ana Carrera, memposting foto biskuit tersebut di Facebook, dengan menyatakan sebagai seorang keturunan Meksiko ia merasa tersinggung dengan tulisan pada biskuit tersebut.
Bellingham mengatakan seseorang menempelkan tanda di tokonya yang menyerukan untuk memboikot toko kuenya. (VOA)
Sebagaimana dilaporkan oleh KING-TV, Ken Bellingham, pemilik Edmonds Bakery, telah kebanjiran telepon dari para pelanggan yang merasa terganggu atas biskuit berbentuk hati dengan tulisan “Build That Wall.” That wall di sini merujuk kepada kampanye Presiden Donald Trump yang berjanji untuk membangun dinding pembatas di perbatasan selatan Amerika Serikat.
Biskuit ini hanyalah salah satu dari biskuit dengan hiasan pesan seperti “Addicted to Love” dan “Cool Beans.” Bellingham mengatakan tulisan di biskuit itu dimaksudkan hanya sekedar sebagai candaan bukan sebagai sebuah pernyataan politik.
Seorang wanita, Ana Carrera, memposting foto biskuit tersebut di Facebook, dengan menyatakan sebagai seorang keturunan Meksiko ia merasa tersinggung dengan tulisan pada biskuit tersebut.
Bellingham mengatakan seseorang menempelkan tanda di tokonya yang menyerukan untuk memboikot toko kuenya. (VOA)