Cegah Bentrok Lanjutan, Aparat Amankan Perbatasan Antara Desa Latu dan Hualoy
pada tanggal
21 Februari 2019
AMBON, LELEMUKU.COM - Kondisi pasca bentrok antar warga Desa Latu dan Desa Hualoy, Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Provinsi Maluku di Desa Tumalehu, perbatasan antara dua desa tersebut pada Rabu (20/2) mulai kondusif .
Menurut informasi yang diterima Lelemuku.com, pengamanan aparat pasca saling serang antar desa bertetangga yang terjadi dari pukul 04.30 WIT hingga siang harinya ini dijaga aparat keamanan.
Pasukan dari Komando Distrik Militer (Kodim) 1502/Masohi melalui Koramil 1502/08 Kairatu dipimpin oleh Kapten Arm. Isamil Lestaluhu, Satgas BKO Yonif 711/Raksatama dipimpin oleh Letda Inf. Ida Bagus Sukoco dan Kepolisian Resor (Polres) SBB dipimpin oleh Ipda Ibrahim Lestaluhu Amalatu amankan wilayah perbatasan dua desa tersebut guna mengantisipasi bentrok susulan dari dua pihak.
Sementara jalan Trans Pulau Seram antara Kabupaten SBB dan Maluku Tengah (Malteng) yang ditutup akibat bentrokan sudah dibuka dan bisa dilintasi.
Selama bentrok terjadi warga dua desa membawa senjata tajam dan menggunakan bom rakitan. Akibatnya beberapa bangunan di dua desa terbakar, terdiri dari 1 unit gedung Sekolah Dasar (SD) Negeri Hualoy, 1 unit gedung SD Negeri Tomalehu , 1 gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) Tomalehu, 2 unit rumah guru dan 2 unit rumah warga Desa Tumalehu.
Selanjutnya 1 orang meninggal atas nama Yaher Pelu, 2 orang terluka atas nama Jubar Riring (30) warga Latu dan Hamdani Patty (37) warga Latu dilarikan ke RSUD Piru.
Menurut Kabid Humas Polda Maluku, Kombes Pol Muhammad Roem Ohoirat, bentrokan pecah karena jumlah warga lebih banyak dari personil Kepolisian dan TNI.
Seperti diberitakan TerasMaluku.com, ia mengakui setelah ketegangan antar warga Latu dan Hualoy awal Januari 2019, Polda Maluku mendirikan pos pengamanan di kedua desa itu dengan menempatkan satu peleton personil Kepolisian.
Namun, jumlah personil Kepolisian di pos pengamanan terbabatas, kalah jumlah dengan warga bertikai, sehingga aparat Kepolisian dan juga TNI tidak bisa berbuat banyak.
“Di Latu dan Hualoy itu ada pos pengamanan kita, dengan jumlah personilnya satu peleton. Namun karena jumlah warga yang bertikai banyak sekali sehingga anggota tidak bisa berbuat apa-apa, hanya mengeluarkan tembakan peringatan untuk membubarkan warga,” kata Ohoirat di Kota Ambon.
Ia mengatakan pemicu bentrokan antar warga ini merupakan kelanjutan dari ketegangan antar warga Latu dan Hualoy di Stain, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon pada 3 Januari 2019. Saat itu warga Hualoy dibacok dan dikeroyok sejumlah warga. Pelaku pembacokan diduga warga Latu.
Warga Hualoy juga sempat memblokir jalan Trans Pulau Seram di desa mereka sebagai bentuk protes karena terduga otak pelaku pembacokan warga Hualoy yang diketahui warga Latu belum tertangkap. Setelah warga Hualoy membuka barikade jalan, warga Latu juga memblokir ruas Jalan Trans Pulau Seram yang kemudian dibuka lagi.
Ohoirat juga meminta warga kedua negeri itu untuk menahan diri, tidak ada terprovokasi lagi. Karena menurutnya, warga kedua negeri saling bersaudara. Apalagi saat ini menjelang Pemilu Legislatif dan Pilpres 2019.
“Kami mengimbau warga Latu dan Hualoy untuk menahan diri, jangan terprovokasi dari pihak-pihak tidak bertanggungjawab, hentikan konflik. Tidak ada yang menang dan kalah dari konflik ini, dan yang terjadi dua-dua jadi korban,” kata Ohoirat. (Albert Batlayeri/TerasMaluku)
Menurut informasi yang diterima Lelemuku.com, pengamanan aparat pasca saling serang antar desa bertetangga yang terjadi dari pukul 04.30 WIT hingga siang harinya ini dijaga aparat keamanan.
Pasukan dari Komando Distrik Militer (Kodim) 1502/Masohi melalui Koramil 1502/08 Kairatu dipimpin oleh Kapten Arm. Isamil Lestaluhu, Satgas BKO Yonif 711/Raksatama dipimpin oleh Letda Inf. Ida Bagus Sukoco dan Kepolisian Resor (Polres) SBB dipimpin oleh Ipda Ibrahim Lestaluhu Amalatu amankan wilayah perbatasan dua desa tersebut guna mengantisipasi bentrok susulan dari dua pihak.
Sementara jalan Trans Pulau Seram antara Kabupaten SBB dan Maluku Tengah (Malteng) yang ditutup akibat bentrokan sudah dibuka dan bisa dilintasi.
Selama bentrok terjadi warga dua desa membawa senjata tajam dan menggunakan bom rakitan. Akibatnya beberapa bangunan di dua desa terbakar, terdiri dari 1 unit gedung Sekolah Dasar (SD) Negeri Hualoy, 1 unit gedung SD Negeri Tomalehu , 1 gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) Tomalehu, 2 unit rumah guru dan 2 unit rumah warga Desa Tumalehu.
Selanjutnya 1 orang meninggal atas nama Yaher Pelu, 2 orang terluka atas nama Jubar Riring (30) warga Latu dan Hamdani Patty (37) warga Latu dilarikan ke RSUD Piru.
Menurut Kabid Humas Polda Maluku, Kombes Pol Muhammad Roem Ohoirat, bentrokan pecah karena jumlah warga lebih banyak dari personil Kepolisian dan TNI.
Seperti diberitakan TerasMaluku.com, ia mengakui setelah ketegangan antar warga Latu dan Hualoy awal Januari 2019, Polda Maluku mendirikan pos pengamanan di kedua desa itu dengan menempatkan satu peleton personil Kepolisian.
Namun, jumlah personil Kepolisian di pos pengamanan terbabatas, kalah jumlah dengan warga bertikai, sehingga aparat Kepolisian dan juga TNI tidak bisa berbuat banyak.
“Di Latu dan Hualoy itu ada pos pengamanan kita, dengan jumlah personilnya satu peleton. Namun karena jumlah warga yang bertikai banyak sekali sehingga anggota tidak bisa berbuat apa-apa, hanya mengeluarkan tembakan peringatan untuk membubarkan warga,” kata Ohoirat di Kota Ambon.
Ia mengatakan pemicu bentrokan antar warga ini merupakan kelanjutan dari ketegangan antar warga Latu dan Hualoy di Stain, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon pada 3 Januari 2019. Saat itu warga Hualoy dibacok dan dikeroyok sejumlah warga. Pelaku pembacokan diduga warga Latu.
Warga Hualoy juga sempat memblokir jalan Trans Pulau Seram di desa mereka sebagai bentuk protes karena terduga otak pelaku pembacokan warga Hualoy yang diketahui warga Latu belum tertangkap. Setelah warga Hualoy membuka barikade jalan, warga Latu juga memblokir ruas Jalan Trans Pulau Seram yang kemudian dibuka lagi.
Ohoirat juga meminta warga kedua negeri itu untuk menahan diri, tidak ada terprovokasi lagi. Karena menurutnya, warga kedua negeri saling bersaudara. Apalagi saat ini menjelang Pemilu Legislatif dan Pilpres 2019.
“Kami mengimbau warga Latu dan Hualoy untuk menahan diri, jangan terprovokasi dari pihak-pihak tidak bertanggungjawab, hentikan konflik. Tidak ada yang menang dan kalah dari konflik ini, dan yang terjadi dua-dua jadi korban,” kata Ohoirat. (Albert Batlayeri/TerasMaluku)