Jayapura, Biak Numfor dan Asmat Berstatus KLB Demam Berdarah Dengue
pada tanggal
14 Februari 2019
JAYAPURA, LELEMUKU.COM - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua melalui Dinas Kesehatan menyebut sekitar tiga kabupaten di Bumi Cenderawasih, kini layak dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD) karena telah mengalami peningkatan kasus diatas dua kali lipat.
Hal ini disampaikan Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Papua, Aaron Rumainum di Jayapura, Selasa (12/2).
“Dari pengamatan kami ada peningkatkan kasus dua kali lipat lebih di tiga daerah itu. Sehingga sudah bisa dikatakan KLB. Tiga daaerah itu yakni, Kota Jayapura, Kabupaten Biak Numfor dan Asmat,” terang ia.
Menurut ia, saat ini Dinas Kesehatan Provinsi Papua telah mencatat sebanyak 125 kasus demam berdarah dengue di terjadi sepanjang Januari – Februari (saat ini). Dari 125 kasus itu, dua penderita diantaranya meninggal dunia.
Adapun ratusan kasus DBD itu terjadi di Kabupaten Biak Numfor sebanyak 40 kasus, Merauke 22 kasus, Kota Jayapura 19 kasus, Nabire 8, Mimika 8 kasus, Asmat 11 kasus, Boven Digoel 16 kasus dan Kabupaten Sarmi 1 kasus.
“Penderitanya didominasi balita hingga anak-anak dengan rentang usia antara 2 hingga 15 tahun. Meningkatkan kasus DBD ini disebabkan pengaruh musim hujan yang terjadi di wilayah Papua sejak akhir tahun 2018. Bahkan, lanjutnya, tiga Provinsi di Indonesia yakni NTT, Sulawesi Utara dan Kalimantan Tengah telah menyatakan status KLB demam berdarah.
“Yang pasti, penyakit ini disebabkan nyamuk aedes aegypti yang membawa virus dengue penyebab demam berdarah menyukai daerah lembab. Nyamuk ini akan menghisap darah manusia untuk mematangkan telurnya, kemudian dalam dua hari telurnya akan keluar dan menetas lalu menjadi nyamuk dewasa dalam seminggu,” terang ia.
Dia tambahkan, saat ini sudah melakukan langkah penanganan dan pencegahan penyebarluasan DBD di delapan daerah itu. Di antaranya dengan mendistribusikan peralatan fogging dan alat Rapid Test untuk memeriksa demam berdarah secara cepat.
“Sebenarnya sejak desember kami sudah mulai melakukan penyemprotan fogging di Asmat, Nabire dan Merauke. Disamping itu, kami juga mendatangkan 100 alat Rapid Test dari Kementrian Kesehatan dan sudah dibagi ke delapan daerah itu.”
“Namun perkembangan penyakit ini karena cuaca hujan terus menerus tapi juga karena perilaku manusia. Namun kita terus berupaya menekan bahkan sudah menyurat ke Dinas Kesehatan di masing-masing daerah yang terserang DBD untuk melakukan upaya penanganan dan pencegahan penyebarluasan DBD,” pungkasnya. (DiskominfoPapua)
Hal ini disampaikan Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Papua, Aaron Rumainum di Jayapura, Selasa (12/2).
“Dari pengamatan kami ada peningkatkan kasus dua kali lipat lebih di tiga daerah itu. Sehingga sudah bisa dikatakan KLB. Tiga daaerah itu yakni, Kota Jayapura, Kabupaten Biak Numfor dan Asmat,” terang ia.
Menurut ia, saat ini Dinas Kesehatan Provinsi Papua telah mencatat sebanyak 125 kasus demam berdarah dengue di terjadi sepanjang Januari – Februari (saat ini). Dari 125 kasus itu, dua penderita diantaranya meninggal dunia.
Adapun ratusan kasus DBD itu terjadi di Kabupaten Biak Numfor sebanyak 40 kasus, Merauke 22 kasus, Kota Jayapura 19 kasus, Nabire 8, Mimika 8 kasus, Asmat 11 kasus, Boven Digoel 16 kasus dan Kabupaten Sarmi 1 kasus.
“Penderitanya didominasi balita hingga anak-anak dengan rentang usia antara 2 hingga 15 tahun. Meningkatkan kasus DBD ini disebabkan pengaruh musim hujan yang terjadi di wilayah Papua sejak akhir tahun 2018. Bahkan, lanjutnya, tiga Provinsi di Indonesia yakni NTT, Sulawesi Utara dan Kalimantan Tengah telah menyatakan status KLB demam berdarah.
“Yang pasti, penyakit ini disebabkan nyamuk aedes aegypti yang membawa virus dengue penyebab demam berdarah menyukai daerah lembab. Nyamuk ini akan menghisap darah manusia untuk mematangkan telurnya, kemudian dalam dua hari telurnya akan keluar dan menetas lalu menjadi nyamuk dewasa dalam seminggu,” terang ia.
Dia tambahkan, saat ini sudah melakukan langkah penanganan dan pencegahan penyebarluasan DBD di delapan daerah itu. Di antaranya dengan mendistribusikan peralatan fogging dan alat Rapid Test untuk memeriksa demam berdarah secara cepat.
“Sebenarnya sejak desember kami sudah mulai melakukan penyemprotan fogging di Asmat, Nabire dan Merauke. Disamping itu, kami juga mendatangkan 100 alat Rapid Test dari Kementrian Kesehatan dan sudah dibagi ke delapan daerah itu.”
“Namun perkembangan penyakit ini karena cuaca hujan terus menerus tapi juga karena perilaku manusia. Namun kita terus berupaya menekan bahkan sudah menyurat ke Dinas Kesehatan di masing-masing daerah yang terserang DBD untuk melakukan upaya penanganan dan pencegahan penyebarluasan DBD,” pungkasnya. (DiskominfoPapua)