Jokowi Ajak Masyarakat Berhati-Hati Hadapi Isu dan Fitnah
pada tanggal
09 Februari 2019
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, bahwa saat ini banyak isu-isu maupun fitnah yang bertebaran di masyarakat. Untuk itu, Presiden mengajak masyarakat untuk berhati-hati dalam menghadapi masalah tersebut.
Soal kriminalisasi ulama misalnya, Presiden meminta kalau memang ada agar disampaikan kepadanya ulamanya (yang dikriminalisasi) siapa? “Kalau ada yang tidak bersalah kemudian dimasukkan sel, lha itu namanya kriminalisasi,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada silaturahmi dengan Muslimat NU dan para ulama, di Pondok Pesantren Al-Ittihad, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (8/2) siang.
Presiden menegaskan, tidak ada itu (kriminalisasi ulama, red). Ia menilai, isu-isu seperti ini sengaja dibuat supaya yang di bawah resah.
Ada lagi isu Presiden Jokowi itu simpatisan PKI. Padahal, Presiden mengingatkan, PKI itu dibubarkan tahun 1965-1966, sementara dirinya lahir tahun 1961. Artinya, umurnya baru 4 tahun.
“Wong saya masih balita, masa sudah jadi PKI. Logikanya enggak masuk,” ucap Presiden seraya menambahkan, tetapi ada yang percaya karena sudah panas termakan oleh fitnah-fitnah seperti itu.
Ada lagi, lanjut Presiden Jokowi, isu dirinya itu antek asing. Sementara pada masa kepemimpinannya, Blok Mahakam yang merupakan blok minyak besar Indonesia, dan telah 50 tahun dikelola oleh yang Inpex dan Total dari Jepang dan Prancis, pada 2015 yang lalu sudah diambil alih pemerinah dan diberikan kepada Pertamina
Kemudian Blok Chevron, Blok Rokan yang dikelola Chevron dari Amerika, lanjut Presiden, pada 2018 kemarin sudah dimenangkan lagi oleh Pertamina 100%.
Terakhir, akhir 2018 kemarin, Freeport tambang tembaga yang ada di Papua, tegas Presiden Jokowi, sudah mayoritas 51% dikendalikan oleh yang namanya PT Inalum, oleh negara kita.
“Ini malah dibilang saya antek asing. Saya asingnya dimana?” kata Presiden Jokowi dengan nada bertanya.
Bahaya
Kepala Negara menegaskan, yang namanya isu dan fitnah, kalau kita tidak menyaring, tidak tanya kanan, tidak tanya kiri, langsung masuk, jadinya sangat-sangat berbahaya bagi negara ini, perselisihan, konflik akan terjadi.
Karena itu, Kepala Negara mengaku beruntung bisa bertemu dengan ibu-ibu Muslimat NU Kabupaten Cianjur. Ia meminta agar apa yang saya sampaikan ini juga disampaikan kepada kanan kiri ibu-ibu muslimat NU. “Jangan gampang termakan oleh isu-isu, jangan gampang termakan oleh fitnah-fitnah,” tuturnya.
Kalau ada pilihan Bupati, pilihan Gubernur, pilihan Wali Kota, pilihan Presiden, menurut Presiden Jokowi, itu gampang banget. Misalnya pilihan Bupati, ada calonnya tiga, dilihat saja. Punya pengalaman enggak dalam pemerintahan? Dilihat saja prestasinya apa? Sebelumnya punya prestasi ndak? Dilihat programnya baik atau tidak baik untuk rakyat, untuk daerahnya? ide dan gagasannya apa? dilihat, sudah.
“Jangan dengerin yang nanya fitnah-fitnah, isu-isu yang berkembang. Kalau sudah menjelang…ini kan 2 bulan lagi ini, bulan politik ini, isinya pasti isu simpang siur ke mana-mana,” tutur Presiden Jokowi.
Sebelumnya Presiden Jokowi menyampaikan penghargaan atas Deklarasi Anti Hoaks, Fitnah dan Ghibah, yang dibacakan Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) dalam acara tersebut.
Tampak hadir dalam acara tersebut antara lain Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Mensesneg Pratikno, Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa, dan Pimpinan Ponpes Al-Ittihad KH. Kamali Abdul Ghani. (Setkab)
Soal kriminalisasi ulama misalnya, Presiden meminta kalau memang ada agar disampaikan kepadanya ulamanya (yang dikriminalisasi) siapa? “Kalau ada yang tidak bersalah kemudian dimasukkan sel, lha itu namanya kriminalisasi,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada silaturahmi dengan Muslimat NU dan para ulama, di Pondok Pesantren Al-Ittihad, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (8/2) siang.
Presiden menegaskan, tidak ada itu (kriminalisasi ulama, red). Ia menilai, isu-isu seperti ini sengaja dibuat supaya yang di bawah resah.
Ada lagi isu Presiden Jokowi itu simpatisan PKI. Padahal, Presiden mengingatkan, PKI itu dibubarkan tahun 1965-1966, sementara dirinya lahir tahun 1961. Artinya, umurnya baru 4 tahun.
“Wong saya masih balita, masa sudah jadi PKI. Logikanya enggak masuk,” ucap Presiden seraya menambahkan, tetapi ada yang percaya karena sudah panas termakan oleh fitnah-fitnah seperti itu.
Ada lagi, lanjut Presiden Jokowi, isu dirinya itu antek asing. Sementara pada masa kepemimpinannya, Blok Mahakam yang merupakan blok minyak besar Indonesia, dan telah 50 tahun dikelola oleh yang Inpex dan Total dari Jepang dan Prancis, pada 2015 yang lalu sudah diambil alih pemerinah dan diberikan kepada Pertamina
Kemudian Blok Chevron, Blok Rokan yang dikelola Chevron dari Amerika, lanjut Presiden, pada 2018 kemarin sudah dimenangkan lagi oleh Pertamina 100%.
Terakhir, akhir 2018 kemarin, Freeport tambang tembaga yang ada di Papua, tegas Presiden Jokowi, sudah mayoritas 51% dikendalikan oleh yang namanya PT Inalum, oleh negara kita.
“Ini malah dibilang saya antek asing. Saya asingnya dimana?” kata Presiden Jokowi dengan nada bertanya.
Bahaya
Kepala Negara menegaskan, yang namanya isu dan fitnah, kalau kita tidak menyaring, tidak tanya kanan, tidak tanya kiri, langsung masuk, jadinya sangat-sangat berbahaya bagi negara ini, perselisihan, konflik akan terjadi.
Karena itu, Kepala Negara mengaku beruntung bisa bertemu dengan ibu-ibu Muslimat NU Kabupaten Cianjur. Ia meminta agar apa yang saya sampaikan ini juga disampaikan kepada kanan kiri ibu-ibu muslimat NU. “Jangan gampang termakan oleh isu-isu, jangan gampang termakan oleh fitnah-fitnah,” tuturnya.
Kalau ada pilihan Bupati, pilihan Gubernur, pilihan Wali Kota, pilihan Presiden, menurut Presiden Jokowi, itu gampang banget. Misalnya pilihan Bupati, ada calonnya tiga, dilihat saja. Punya pengalaman enggak dalam pemerintahan? Dilihat saja prestasinya apa? Sebelumnya punya prestasi ndak? Dilihat programnya baik atau tidak baik untuk rakyat, untuk daerahnya? ide dan gagasannya apa? dilihat, sudah.
“Jangan dengerin yang nanya fitnah-fitnah, isu-isu yang berkembang. Kalau sudah menjelang…ini kan 2 bulan lagi ini, bulan politik ini, isinya pasti isu simpang siur ke mana-mana,” tutur Presiden Jokowi.
Sebelumnya Presiden Jokowi menyampaikan penghargaan atas Deklarasi Anti Hoaks, Fitnah dan Ghibah, yang dibacakan Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) dalam acara tersebut.
Tampak hadir dalam acara tersebut antara lain Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Mensesneg Pratikno, Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa, dan Pimpinan Ponpes Al-Ittihad KH. Kamali Abdul Ghani. (Setkab)