Jokowi Minta Nahdlatul Ulama Rawat Persatuan dan Persaudaraan
pada tanggal
01 Februari 2019
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menitipkan kepada Nahdlatul Ulama (NU) untuk memelihara, merawat persatuan, persaudaraan, kerukunan sehingga nilai-nilai toleransi, nilai-nilai saling menghargai, nilai-nilai saling menghormati bisa terus dikembangkan.
“Saya menitipkan karena saya meyakini NU lah yang memiliki komitmen keagamaan sekaligus komitmen kebangsaan yang tidak perlu diragukan lagi,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada pembukaan Konsolidasi Jelang Satu Abad Nahdlatul Ulama dalam rangka Hari Lahir NU Ke-93, di Plenary Hall, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (31/1) siang.
Ditegaskan Kepala Negara, berbeda negara kita ini dengan negara-negara lain. Keberagaman, perbedaan-perbedaan, warna-warni negara kita betul-betul telah menjadi sunnatullah, hukum Allah yang diberikan kepada kita bangsa Indonesia.
“Inilah yang terus harus kita jaga, kita pelihara, kita rawat,” ujar Presiden Jokowi.
Banyak Mudharatnya
Sebelumnya pada awal sambutannya Presiden Jokowi mengatakan,perubahan-perubahan sekarang ini begitu sangat cepatnya. Landscape ekonomi global berubah, landscape politik global juga berubah, landscape sosial global juga berubah. Dan itu juga masuk ke negara,hampir semua negara sekarang ini dilanda perubahan-perubahan itu.
Di tingkat nasional kita, lanjut Presiden, juga sama, akan ada perubahan-perubahan landscape politik, ekonomi, dan sosial. Begitu juga di daerah-daerah.
“Inilah keterbukaan teknologi yang sulit kita cegah dan sulit kita hadapi, tetapi apapun, ini harus kita antisipasi dan kita respon,” kata Presiden.
Presiden menyoroti keberadaan media sosial yang sangat terbuka, diakuinya banyak memberikan manfaat tetapi juga banyak mudharatnya. Hal ini bisa dilihat akhir-akhir ini kekhawatiran kita semuanya di sosial media, saling hina, saling cela, saling ejek, fitnah betul-betul semakin menjadi-jadi.
“Yang patut kita garis bawahi adalah sekarang yang muda berani melakukan kepada yang lebih tua, yang yunior berani melakukan kepada yang lebih senior, saling hina, saling cela, saling ejek, dan fitnah-fitnah,” ungkap Kepala Negara.
Kepala Negara menilai, orang sudah banyak lupa nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai Islami, akhlakul karimah, lupa kepada etika-etika, lupa kepada budi pekerti, lupa kepada tata krama, lupa kepada sopan santun, lupa kepada komitmen-komitmen tentang ke-Indonesia-an.
Mengakhiri sambutannya, Presiden Jokowi tak lupa mengucapkan selamat harlah, hari lahir yang ke-93 kepada semuanya Nahdlatul Ulama.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menko Polhukam Wiranti, Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menpora Imam Nahrawi, Ketua Umum PBNU K.H. Said Aqil Siraj, dan jajaran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). (Setkab)
“Saya menitipkan karena saya meyakini NU lah yang memiliki komitmen keagamaan sekaligus komitmen kebangsaan yang tidak perlu diragukan lagi,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada pembukaan Konsolidasi Jelang Satu Abad Nahdlatul Ulama dalam rangka Hari Lahir NU Ke-93, di Plenary Hall, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (31/1) siang.
Ditegaskan Kepala Negara, berbeda negara kita ini dengan negara-negara lain. Keberagaman, perbedaan-perbedaan, warna-warni negara kita betul-betul telah menjadi sunnatullah, hukum Allah yang diberikan kepada kita bangsa Indonesia.
“Inilah yang terus harus kita jaga, kita pelihara, kita rawat,” ujar Presiden Jokowi.
Banyak Mudharatnya
Sebelumnya pada awal sambutannya Presiden Jokowi mengatakan,perubahan-perubahan sekarang ini begitu sangat cepatnya. Landscape ekonomi global berubah, landscape politik global juga berubah, landscape sosial global juga berubah. Dan itu juga masuk ke negara,hampir semua negara sekarang ini dilanda perubahan-perubahan itu.
Di tingkat nasional kita, lanjut Presiden, juga sama, akan ada perubahan-perubahan landscape politik, ekonomi, dan sosial. Begitu juga di daerah-daerah.
“Inilah keterbukaan teknologi yang sulit kita cegah dan sulit kita hadapi, tetapi apapun, ini harus kita antisipasi dan kita respon,” kata Presiden.
Presiden menyoroti keberadaan media sosial yang sangat terbuka, diakuinya banyak memberikan manfaat tetapi juga banyak mudharatnya. Hal ini bisa dilihat akhir-akhir ini kekhawatiran kita semuanya di sosial media, saling hina, saling cela, saling ejek, fitnah betul-betul semakin menjadi-jadi.
“Yang patut kita garis bawahi adalah sekarang yang muda berani melakukan kepada yang lebih tua, yang yunior berani melakukan kepada yang lebih senior, saling hina, saling cela, saling ejek, dan fitnah-fitnah,” ungkap Kepala Negara.
Kepala Negara menilai, orang sudah banyak lupa nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai Islami, akhlakul karimah, lupa kepada etika-etika, lupa kepada budi pekerti, lupa kepada tata krama, lupa kepada sopan santun, lupa kepada komitmen-komitmen tentang ke-Indonesia-an.
Mengakhiri sambutannya, Presiden Jokowi tak lupa mengucapkan selamat harlah, hari lahir yang ke-93 kepada semuanya Nahdlatul Ulama.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menko Polhukam Wiranti, Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menpora Imam Nahrawi, Ketua Umum PBNU K.H. Said Aqil Siraj, dan jajaran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). (Setkab)