Mahfudz Syaubari Dukung Prabowo Subianto dengan Syi’ir Kebangsaan
pada tanggal
25 Februari 2019
MOJOKERTO, LELEMUKU.COM – Pengasuh Pondok Pesantren Riyadlul Jannah Mojokerto, KH Mahfudz Syaubari mengumandangkan Syi’ir Kebangsaan dihadapan Calon Presiden nomer urut 02 Prabowo Subianto saat bersilahturahmi bersama para ulama Jawa Timur dan para tokoh cendekiawan di lembaga pendidikan miliknya yakni Pondok Pesantren Riyadlul Jannah, Pacet, Mojokerto, Jawa Timur, Sabtu (23/2) malam.
Syi’ir Kebangsaan tersebut ditulis oleh Kiyai Mahfudz pada tahun 2014 lalu dengan dua bahasa yang berbeda, yakni bahasa arab dan bahasa Indonesia. Syi’ir Kebangsaan tersebut ia tulis untuk menguatkan semangat dan nilai nasionalisme seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang pangkat dan jabatan dengan berpedoman pada petunjuk dari Allah SWT, Tuhan yang maha esa.
“Dalam negeri kaya yang kita cintai, cinta tanah air harus mengembangkan kekayaan alam di berbagai bidang. Berdiri sendiri dan mempertahankan daulat kebangsaan dan kenegaraan. Lautan kita luas dalam nan lepas ayo dijaga biar tidak terampas. Subur tanahnya macam-macam isinya ayo dikelola jangan sia-sia. Pancasila asas bangsa bernegara, UUD 45 pijakan kita. NKRI wajib kita pertahankan, sumpah pemuda tuk tekad perjuangan. Bhineka Tunggal Ika persaudaraan, saling hormat menjaga hak kewajiban. Bersama-sama menggapai cita-cita sebagai bangsa adil makmur sentosa,” Kata Kyai Mahfudz dalam penggalan kalimat Syi’ir Kebangsaan yang ia bacakan dihadapkan Prabowo.
Dalam pidatonya, Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa dirinya sangat terkesan atas isi dan makna dari Syi’ir Kebangsaan tersebut. Ia menilai bahwa isi dari Syi’ir Kebangsaan karya Kyai Mahfudz sama seperti visi dan misinya untuk membangun dan mengembalikan kedaulatan bangsa Indonesia.
“Saya sangat terkesan waktu tadi Syi’ir dibacakan. Saya ikut bersama ketika Syi’ir kebangsaan dikumandangkan. Saya sangat terharu karena ini dibuat lima tahun yang lalu, kalau dengar ini, dan tanpa koordinasi pak, saya sebelumnya belum pernah terima ini, belum pernah dikasih ini, belum pernah mendengar Syi’ir kebangsaan ini. Tapi kalo dengar pidato kebangsaan saya saat di Jakarta Convention Center beberapa waktu lalu, saya kira itu hampir 90 persen ada di Syi’ir ini,” ungkap Prabowo.
“Nampaknya sudah ada yang atur, jadi Syi’ir nya dibuat disini lima tahun lalu, mungkin tidak tahu pakai frekuensi apa tapi masuk ke hati dan kalbu saya pak Kyai. Ini luar biasa,” tambah Prabowo menegaskan.
Capres yang berpasangan dengan Sandiaga Salahuddin Uno itu menuturkan, dengan pemaknaan dan penghayatan Syi’ir kebangsaan ini maka usaha-usaha yang ingin memecah belah umat beragama dan menggambarkan islam itu radikal, dan islam itu tidak nasionalis maka hal tersebut sudah otomatis terbantahkan dan justru menambah semangat nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Gerakan islam, tokoh-tokoh islam ratusan tahun selalu membela rakyat, selalu membela kedaulatan, selalu melawan penjajah dimana-mana. Bahkan tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan itu bisa dikatakan mereka sulit dipisahkan dari Kyai dan ulama,” paparnya.
Demikian juga dengan perang kemerdekaan Indonesia di tahun 1945, Prabowo menjelaskan bahwa meski pembacaan proklamasi kemerdekaannya berada di Jakarta, tetapi ujian mempertahankan kemerdekaannya berada di Surabaya Jawa Timur pada 10 November 1945.
“Dan itu peran dari para ulama dan sungguh sangat besar dengan resolusi jihad yang dikeluarkan oleh para ulama Nahdlatul Ulama une membangkitkan perlawanan rakyat. Jadi saya terima kasih malam ini pencerahan bagi saya, malam ini membangkitkan dan memperkokoh keyakinan saya memberi energi kepada saya,” tandasnya. (BPN)
Syi’ir Kebangsaan tersebut ditulis oleh Kiyai Mahfudz pada tahun 2014 lalu dengan dua bahasa yang berbeda, yakni bahasa arab dan bahasa Indonesia. Syi’ir Kebangsaan tersebut ia tulis untuk menguatkan semangat dan nilai nasionalisme seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang pangkat dan jabatan dengan berpedoman pada petunjuk dari Allah SWT, Tuhan yang maha esa.
“Dalam negeri kaya yang kita cintai, cinta tanah air harus mengembangkan kekayaan alam di berbagai bidang. Berdiri sendiri dan mempertahankan daulat kebangsaan dan kenegaraan. Lautan kita luas dalam nan lepas ayo dijaga biar tidak terampas. Subur tanahnya macam-macam isinya ayo dikelola jangan sia-sia. Pancasila asas bangsa bernegara, UUD 45 pijakan kita. NKRI wajib kita pertahankan, sumpah pemuda tuk tekad perjuangan. Bhineka Tunggal Ika persaudaraan, saling hormat menjaga hak kewajiban. Bersama-sama menggapai cita-cita sebagai bangsa adil makmur sentosa,” Kata Kyai Mahfudz dalam penggalan kalimat Syi’ir Kebangsaan yang ia bacakan dihadapkan Prabowo.
Dalam pidatonya, Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa dirinya sangat terkesan atas isi dan makna dari Syi’ir Kebangsaan tersebut. Ia menilai bahwa isi dari Syi’ir Kebangsaan karya Kyai Mahfudz sama seperti visi dan misinya untuk membangun dan mengembalikan kedaulatan bangsa Indonesia.
“Saya sangat terkesan waktu tadi Syi’ir dibacakan. Saya ikut bersama ketika Syi’ir kebangsaan dikumandangkan. Saya sangat terharu karena ini dibuat lima tahun yang lalu, kalau dengar ini, dan tanpa koordinasi pak, saya sebelumnya belum pernah terima ini, belum pernah dikasih ini, belum pernah mendengar Syi’ir kebangsaan ini. Tapi kalo dengar pidato kebangsaan saya saat di Jakarta Convention Center beberapa waktu lalu, saya kira itu hampir 90 persen ada di Syi’ir ini,” ungkap Prabowo.
“Nampaknya sudah ada yang atur, jadi Syi’ir nya dibuat disini lima tahun lalu, mungkin tidak tahu pakai frekuensi apa tapi masuk ke hati dan kalbu saya pak Kyai. Ini luar biasa,” tambah Prabowo menegaskan.
Capres yang berpasangan dengan Sandiaga Salahuddin Uno itu menuturkan, dengan pemaknaan dan penghayatan Syi’ir kebangsaan ini maka usaha-usaha yang ingin memecah belah umat beragama dan menggambarkan islam itu radikal, dan islam itu tidak nasionalis maka hal tersebut sudah otomatis terbantahkan dan justru menambah semangat nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Gerakan islam, tokoh-tokoh islam ratusan tahun selalu membela rakyat, selalu membela kedaulatan, selalu melawan penjajah dimana-mana. Bahkan tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan itu bisa dikatakan mereka sulit dipisahkan dari Kyai dan ulama,” paparnya.
Demikian juga dengan perang kemerdekaan Indonesia di tahun 1945, Prabowo menjelaskan bahwa meski pembacaan proklamasi kemerdekaannya berada di Jakarta, tetapi ujian mempertahankan kemerdekaannya berada di Surabaya Jawa Timur pada 10 November 1945.
“Dan itu peran dari para ulama dan sungguh sangat besar dengan resolusi jihad yang dikeluarkan oleh para ulama Nahdlatul Ulama une membangkitkan perlawanan rakyat. Jadi saya terima kasih malam ini pencerahan bagi saya, malam ini membangkitkan dan memperkokoh keyakinan saya memberi energi kepada saya,” tandasnya. (BPN)