Pekerja Asing Berperan Penting Sukseskan Startup di Silicon Valley
pada tanggal
17 Februari 2019
WASHINTON, LELEMUKU.COM - Silicon Valley, California yang menjadi markas Apple, Facebook dan Google, merupakan salah satu kekuatan ekonomi AS, memproduksi perusahaan-perusahaan teknologi dengan pengaruh global.
Tapi di balik merek-merek Amerika yang berpengaruh ini, ada banyak pekerja asing yang memainkan peranan penting dalam bidang teknologi.
Pushpa Ithal mungkin tidak seperti CEO Silicon Valley kebanyakan -- dia perempuan, lahir di luar Amerika, dan seorang ibu. Namun, dia adalah satu dari banyak perempuan kelahiran luar negeri dengan karir teknologi yang sukses di Silicon Valley, di mana perusahaan-perusahaan semakin bergantung pada pekerja seperti dirinya.
"Silicon Valley terkenal di seluruh dunia... menciptakan, membangun produk-produk hebat yang digunakan ratusan juta orang," jelasnya.
Silicon Valley, pusat global bagi inovasi teknologi tinggi, bisa saja disebut sebagai 'immigrant valley' karena dipimpin oleh banyak pekerja kelahiran asing, banyak diantaranya berlatar belakang sederhana. Dan setelah bekerja keras untuk bisa kemari, banyak yang punya ambisi untuk melakukan sesuatu yang lain dari pekerjaan sehari-hari.
"Kemudian saya berpikir... Apakah kamu mau mengambil risiko dan pindah ke sebuah perusahaan rintisan. Dan saya katakan saya sudah jauh-jauh datang kesini, saya siap ambil risiko. Itu semakin memacu diri saya," kata PushpaIthal.
Dalam bidang ilmu komputer, orang-orang yang lahir di luar AS, jumlah mencapai 70 persen pekerja. Dan hampir 80 persen perempuan dalam bidang komputer dan matematika adalah orang asing. Kebanyakan dari India dan China.
"Di negara-negara seperti India atau China di mana peran-peran perempuan seringkali kurang dianggap. Silicon Valley menawarkan jalan keluar. Teknik, pada khususnya, adalah jalur menuju ekonomi yang berkesinambungan," kataAnnaLee Saxenian, Dekan Fakultas Informasi UC Berkeley.
Meskipun industri teknologi masih didominasi laki-laki, semakin banyak perempuan asing yang meraih kesuksesan disini dan dinaikkan jabatannya. Lingling Shi, kelahiran China, mengatakan kuliah dalam bidang teknologi adalah tiketnya menuju keberhasilan di AS.
"Ilmu komputer, bagi sebagian besar dari kami, lebih mudah untuk mengajukan kartu hijau. Jujur saja, itu bukan minat saya yang utama," jelas Lingling Shi.
Kehidupan berkeluarga adalah satu faktor yang membedakan perempuan asing dengan perempuan Amerika. Meskipun pekerjaannya sangat menuntut, mereka kemungkinan besar menikah, dan juga mempunyai anak.
"Menurut saya, bagi orang Tionghoa, keluarga adalah yang paling penting. Sesukses apapun, orangtua saya tidak akan bahagia kalau saya tidak punya anak," lanjutnya.
"Perempuan-perempuan dari India dan China terikat semacam ekspektasi dan norma budaya yang mengharuskan mereka segeram berkeluarga -- dan mereka tetap sukses dalam karir. Perempuan-perempuan ini benar-benar perempuan super dalam tugas-tugas yang mereka kerjakan," imbuhAnnaLee Saxenian.
Tekanan dan Dukungan.
"Biasanya dalam keluarga Asia, orangtua akan datang pada saat kita akan melahirkan bayi, dan mereka akan menemani selama setengah sampai setahun," lanjutnya.
Dukungan semacam itu bisa membuat perbedaan nyata, kata Rachel Massaro, Periset Senior pada Institut Silicon Valley urusan Studi Regional.
"Mereka akan mencapai peran kepemimpinan lebih cepat dibandingkan kolega Amerika yang tidak punya dukungan yang mereka butuhkan."
Mereka mungkin belum terkenal ataupun ada di sampul majalah bisnis, tapi para imigran ini kemungkinan akan menjadi bakat-bakat baru yang menggerakkan gelombang inovasi teknologi baru. (VOA)
Tapi di balik merek-merek Amerika yang berpengaruh ini, ada banyak pekerja asing yang memainkan peranan penting dalam bidang teknologi.
Pushpa Ithal mungkin tidak seperti CEO Silicon Valley kebanyakan -- dia perempuan, lahir di luar Amerika, dan seorang ibu. Namun, dia adalah satu dari banyak perempuan kelahiran luar negeri dengan karir teknologi yang sukses di Silicon Valley, di mana perusahaan-perusahaan semakin bergantung pada pekerja seperti dirinya.
"Silicon Valley terkenal di seluruh dunia... menciptakan, membangun produk-produk hebat yang digunakan ratusan juta orang," jelasnya.
Silicon Valley, pusat global bagi inovasi teknologi tinggi, bisa saja disebut sebagai 'immigrant valley' karena dipimpin oleh banyak pekerja kelahiran asing, banyak diantaranya berlatar belakang sederhana. Dan setelah bekerja keras untuk bisa kemari, banyak yang punya ambisi untuk melakukan sesuatu yang lain dari pekerjaan sehari-hari.
"Kemudian saya berpikir... Apakah kamu mau mengambil risiko dan pindah ke sebuah perusahaan rintisan. Dan saya katakan saya sudah jauh-jauh datang kesini, saya siap ambil risiko. Itu semakin memacu diri saya," kata PushpaIthal.
Dalam bidang ilmu komputer, orang-orang yang lahir di luar AS, jumlah mencapai 70 persen pekerja. Dan hampir 80 persen perempuan dalam bidang komputer dan matematika adalah orang asing. Kebanyakan dari India dan China.
"Di negara-negara seperti India atau China di mana peran-peran perempuan seringkali kurang dianggap. Silicon Valley menawarkan jalan keluar. Teknik, pada khususnya, adalah jalur menuju ekonomi yang berkesinambungan," kataAnnaLee Saxenian, Dekan Fakultas Informasi UC Berkeley.
Meskipun industri teknologi masih didominasi laki-laki, semakin banyak perempuan asing yang meraih kesuksesan disini dan dinaikkan jabatannya. Lingling Shi, kelahiran China, mengatakan kuliah dalam bidang teknologi adalah tiketnya menuju keberhasilan di AS.
"Ilmu komputer, bagi sebagian besar dari kami, lebih mudah untuk mengajukan kartu hijau. Jujur saja, itu bukan minat saya yang utama," jelas Lingling Shi.
Kehidupan berkeluarga adalah satu faktor yang membedakan perempuan asing dengan perempuan Amerika. Meskipun pekerjaannya sangat menuntut, mereka kemungkinan besar menikah, dan juga mempunyai anak.
"Menurut saya, bagi orang Tionghoa, keluarga adalah yang paling penting. Sesukses apapun, orangtua saya tidak akan bahagia kalau saya tidak punya anak," lanjutnya.
"Perempuan-perempuan dari India dan China terikat semacam ekspektasi dan norma budaya yang mengharuskan mereka segeram berkeluarga -- dan mereka tetap sukses dalam karir. Perempuan-perempuan ini benar-benar perempuan super dalam tugas-tugas yang mereka kerjakan," imbuhAnnaLee Saxenian.
Tekanan dan Dukungan.
"Biasanya dalam keluarga Asia, orangtua akan datang pada saat kita akan melahirkan bayi, dan mereka akan menemani selama setengah sampai setahun," lanjutnya.
Dukungan semacam itu bisa membuat perbedaan nyata, kata Rachel Massaro, Periset Senior pada Institut Silicon Valley urusan Studi Regional.
"Mereka akan mencapai peran kepemimpinan lebih cepat dibandingkan kolega Amerika yang tidak punya dukungan yang mereka butuhkan."
Mereka mungkin belum terkenal ataupun ada di sampul majalah bisnis, tapi para imigran ini kemungkinan akan menjadi bakat-bakat baru yang menggerakkan gelombang inovasi teknologi baru. (VOA)