Pelni Sikapi Kerusakan Kemudi KM Sabuk Nusantara 104 di Saumlaki
pada tanggal
11 Februari 2019
SAUMLAKI, LELEMUKU.COM – PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) (Persero) serius menyikapi kerusakan kemudi dari kapal perintis, KM Sabuk Nusantara 104 yang saat ini berada di Pelabuhan Saumlaki, Kecamatan Tanimbar Selatan (Tansel), Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku.
“Memang betul KM Sabuk Nusantara 104 ada masalah. Pertengahan perjalanan dari Dawelor ke Saumlaki kemudinya ada bermasalah dan saat ini sedang diperbaiki, sehingga kapal belum bisa berlayar. Hal ini terjadi dengan tidak disangka dan diluar kemampuan manusia. Kami juga tidak pernah menghendaki untuk terjadi begini,” ungkap Kepala Kantor PT. Pelni Sub Cabang Saumlaki, Obednego Manuhuwa kepada Lelemuku.com pada Senin (11/2).
Ia menyatakan pihaknya langsung membuat berita acara dan melaporkan ke manajemen Pelni pusat. Selanjutnya manajemen membuat surat kepada PT. Dumas Tanjung Perak Shipyards dari Surabaya sebagai supplier atau penyedia kapal tersebut untuk melakukan investigasi kerusakan pada kapal berjenis Coaster 1200 GT yang mampu menampung hingga 400 penumpang tersebut.
“Kami langsung aksi dengan membuat berita acara, direksi dan manajemen melalui bagian teknis langsung buat permintaan agar supplier datang ke Saumlaki. Tapi saya masih belum tahu kapan mereka ke sini, mungkin saat ini masih dilakukan koordinasi dengan pihak galangan,” jelasnya.
Manuhuwa menegaskan, pihaknya belum bisa memastikan kapan kapal yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tersebut dapat kembali beroperasi.
Ia juga menyatakan pihaknya tidak pernah melakukan penelantaran kepada para penumpang dan telah berkomunikasi dengan penumpang dan menjelaskan masalah yang terjadi serta upaya perbaikannya.
"Saya berharap seluruh penumpang dapat bersabar dan mempercayai sepenuhnya perbaikan ini kepada pihak Pelni. Sebab kami sudah berupaya melakukan perbaikan secepat mungkin," ungkap dia.
Dikatakan pelayanan maksimal ini dilakukan dengan perlayaran perdana kapal berberat 1200 ton ini dari Saumlaki menuju Dawelor, Tepa, Sermatang, Lakor, Moa dan Kisar di MBD) hingga Kupang di Nusa Tenggara Timur pada Minggu 3 Februari 2019 lalu meski faktor cuaca yang ekstrim melanda wilayah selatan Indonesia.
"Intinya Pelni tetap berikan yang terbaik untuk masyarakat dalam pelayanan. Trayek Nusantara Sabuk 104 kami belum bisa pastikan karena masih tunggu perbaikan atau insvestigasi dari pusat,” tutup dia.
Sebelumnya seperti diberitakan surat kabar harian, Ambon Ekspress pada websitenya, KM Sabuk Nusantara yang membawa sekitar 40-an penumpang, mengalami kerusakan kemudi.
Salah satu penumpang kapal, Roni Erensdeli, warga Desa Romkisar, Kecamatan Mdona Hyera, MBD pada Senin (11/2) menuturkan kondisi penumpang KM Sabuk Nusantara 104 sangat memprihatinkan karena sebagian dari mereka nyaris sudah tidak memiliki uang dan memilih tinggal diterminal, sambil menunggu kapal selesai diperbaiki.
“Sebagian dari kami tidur di pelabuhan, karena tidak punya keluarga. Kalau saya masih beruntung karena tinggal disalah satu keluarga, tapi untuk penumpang lain kondisinya sangat kasihan. Sudah seminggu lamanya kami menunggu perbaikan kapal untuk pulang ke kampung, tapi belum ada pemberitahuan dari pihak Pelni,” keluhnya.
Roni mengaku, naik dari Pelabuhan Sermatang dengan tujuan Saumlaki, sejak 3 Februari . Tiba di pelabuhan Saumlaki, Rabu 5 Pebruari, kapal ternyata tidak jadi berangkat.
Menurutnya, setelah sempat menunggu selama dua hari tanpa kejelasan, mereka mendapat informasi kalau kapal tersebut mengalami kerusakan pada kemudi, yang kemudian dikuatkan oleh nakhoda kapal saat dikonfirmasi.
“Nakhoda kapal membenarkan kalau kemudi kapal rusak, dan berjanji, Jumat 8 Pebruari, kami sudah bisa berangkat. Tapi ini sudah seminggu lamanya kami belum juga berangkat, dan tidak ada solusi yang diberikan untuk kami,” ungkapnya.
Roni juga mengatakan, tidak ada kapal pengganti lain yang melayari rute tersebut, sehingga tidak ada alternatif bagi penumpang kapal yang rata-rata memiliki ekonomi terbatas ini untuk pulang ke kampung halamannya. Sejumlah bahan makanan yang dibeli untuk persediaan dibawa pulang kekampung, juga kata Roni terancam rusak.
“Kami hanya minta perhatian dari pemerintah daerah, baik Provinsi maupun kabupaten untuk memperhatikan nasib kami. Minimal ada solusi atau alternatif lain yang diberikan, agar kami dapat kembali pulang. Jangan biarkan kami seperti ini,” pintanya. (Laura Sobuber/AmbonEkspress)
“Memang betul KM Sabuk Nusantara 104 ada masalah. Pertengahan perjalanan dari Dawelor ke Saumlaki kemudinya ada bermasalah dan saat ini sedang diperbaiki, sehingga kapal belum bisa berlayar. Hal ini terjadi dengan tidak disangka dan diluar kemampuan manusia. Kami juga tidak pernah menghendaki untuk terjadi begini,” ungkap Kepala Kantor PT. Pelni Sub Cabang Saumlaki, Obednego Manuhuwa kepada Lelemuku.com pada Senin (11/2).
Ia menyatakan pihaknya langsung membuat berita acara dan melaporkan ke manajemen Pelni pusat. Selanjutnya manajemen membuat surat kepada PT. Dumas Tanjung Perak Shipyards dari Surabaya sebagai supplier atau penyedia kapal tersebut untuk melakukan investigasi kerusakan pada kapal berjenis Coaster 1200 GT yang mampu menampung hingga 400 penumpang tersebut.
“Kami langsung aksi dengan membuat berita acara, direksi dan manajemen melalui bagian teknis langsung buat permintaan agar supplier datang ke Saumlaki. Tapi saya masih belum tahu kapan mereka ke sini, mungkin saat ini masih dilakukan koordinasi dengan pihak galangan,” jelasnya.
Manuhuwa menegaskan, pihaknya belum bisa memastikan kapan kapal yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tersebut dapat kembali beroperasi.
Ia juga menyatakan pihaknya tidak pernah melakukan penelantaran kepada para penumpang dan telah berkomunikasi dengan penumpang dan menjelaskan masalah yang terjadi serta upaya perbaikannya.
"Saya berharap seluruh penumpang dapat bersabar dan mempercayai sepenuhnya perbaikan ini kepada pihak Pelni. Sebab kami sudah berupaya melakukan perbaikan secepat mungkin," ungkap dia.
Dikatakan pelayanan maksimal ini dilakukan dengan perlayaran perdana kapal berberat 1200 ton ini dari Saumlaki menuju Dawelor, Tepa, Sermatang, Lakor, Moa dan Kisar di MBD) hingga Kupang di Nusa Tenggara Timur pada Minggu 3 Februari 2019 lalu meski faktor cuaca yang ekstrim melanda wilayah selatan Indonesia.
"Intinya Pelni tetap berikan yang terbaik untuk masyarakat dalam pelayanan. Trayek Nusantara Sabuk 104 kami belum bisa pastikan karena masih tunggu perbaikan atau insvestigasi dari pusat,” tutup dia.
Sebelumnya seperti diberitakan surat kabar harian, Ambon Ekspress pada websitenya, KM Sabuk Nusantara yang membawa sekitar 40-an penumpang, mengalami kerusakan kemudi.
Salah satu penumpang kapal, Roni Erensdeli, warga Desa Romkisar, Kecamatan Mdona Hyera, MBD pada Senin (11/2) menuturkan kondisi penumpang KM Sabuk Nusantara 104 sangat memprihatinkan karena sebagian dari mereka nyaris sudah tidak memiliki uang dan memilih tinggal diterminal, sambil menunggu kapal selesai diperbaiki.
“Sebagian dari kami tidur di pelabuhan, karena tidak punya keluarga. Kalau saya masih beruntung karena tinggal disalah satu keluarga, tapi untuk penumpang lain kondisinya sangat kasihan. Sudah seminggu lamanya kami menunggu perbaikan kapal untuk pulang ke kampung, tapi belum ada pemberitahuan dari pihak Pelni,” keluhnya.
Roni mengaku, naik dari Pelabuhan Sermatang dengan tujuan Saumlaki, sejak 3 Februari . Tiba di pelabuhan Saumlaki, Rabu 5 Pebruari, kapal ternyata tidak jadi berangkat.
Menurutnya, setelah sempat menunggu selama dua hari tanpa kejelasan, mereka mendapat informasi kalau kapal tersebut mengalami kerusakan pada kemudi, yang kemudian dikuatkan oleh nakhoda kapal saat dikonfirmasi.
“Nakhoda kapal membenarkan kalau kemudi kapal rusak, dan berjanji, Jumat 8 Pebruari, kami sudah bisa berangkat. Tapi ini sudah seminggu lamanya kami belum juga berangkat, dan tidak ada solusi yang diberikan untuk kami,” ungkapnya.
Roni juga mengatakan, tidak ada kapal pengganti lain yang melayari rute tersebut, sehingga tidak ada alternatif bagi penumpang kapal yang rata-rata memiliki ekonomi terbatas ini untuk pulang ke kampung halamannya. Sejumlah bahan makanan yang dibeli untuk persediaan dibawa pulang kekampung, juga kata Roni terancam rusak.
“Kami hanya minta perhatian dari pemerintah daerah, baik Provinsi maupun kabupaten untuk memperhatikan nasib kami. Minimal ada solusi atau alternatif lain yang diberikan, agar kami dapat kembali pulang. Jangan biarkan kami seperti ini,” pintanya. (Laura Sobuber/AmbonEkspress)