Pemimpin Inggris dan Irlandia akan Bertemu di Tengah Ketegangan Brexit
pada tanggal
10 Februari 2019
LONDON, LELEMUKU.COM - Pemimpin Inggris dan Irlandia, Jumat (8/2) bertemu untuk membahas pebatasan Irlandia di tengah-tengah ketegangan antara Inggris dan Uni Eropa terkait Brexit, atau keluarnya Inggris dari blok tersebut.
Perdana Menteri Inggris Theresa May dijadwalkan bersantap malam dengan perdana menteri Irlandia Leo Varadkar di Dublin untuk menekankan argumennya mengenai perubahan-perubahan terhadap perjanjian Brexit dengan Uni Eropa. Parlemen Inggris menolak perjanjian tersebut bulan lalu, terutama atas alasan mengenai suatu ketentuan yang dimaksudkan untuk memastikan perbatasan yang terbuka antara Irlandia Utara, bagian dari Inggris, dan Irlandia, negara anggota Uni Eropa.
Inggris dijadwalkan meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret, dan upaya Inggris untuk melakukan perubahan pada saat-saat terakhir telah membuat jengkel para pemimpin Uni Eropa, yang bersikeras bahwa perjanjian penarikan keanggotaan yang mengikat secara hukum tidak dapat diubah.
Ketegangan Brexit kian tinggi pekan ini sewaktu Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mempertanyakan tentang, dalam kata-katanya, “tempat khusus di neraka” yang mungkin tersedia bagi mereka di Inggris yang telah mendukung Brexit tanpa mengetahui cara mewujudkannya. Pernyataan itu membuat berang para pendukung Brexit di Inggris, dan May menegur Tusk karena telah menimbulkan “kecemasan.”
Tusk berbicara menjelang pembicaraan antara May dan para pemimpin Uni Eropa pada hari Kamis yang oleh kedua pihak disebut “meyakinkan.”
Kedua pihak tidak ada yang mengubah sikap, tetapi mereka setidaknya setuju untuk terus melakukan pembicaraan. May dan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker menyatakan akan bertemu kembali sebelum akhir bulan ini, setelah lebih banyak lagi pembicaraan antara para pejabat mereka. (VOA)
Perdana Menteri Inggris Theresa May dijadwalkan bersantap malam dengan perdana menteri Irlandia Leo Varadkar di Dublin untuk menekankan argumennya mengenai perubahan-perubahan terhadap perjanjian Brexit dengan Uni Eropa. Parlemen Inggris menolak perjanjian tersebut bulan lalu, terutama atas alasan mengenai suatu ketentuan yang dimaksudkan untuk memastikan perbatasan yang terbuka antara Irlandia Utara, bagian dari Inggris, dan Irlandia, negara anggota Uni Eropa.
Inggris dijadwalkan meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret, dan upaya Inggris untuk melakukan perubahan pada saat-saat terakhir telah membuat jengkel para pemimpin Uni Eropa, yang bersikeras bahwa perjanjian penarikan keanggotaan yang mengikat secara hukum tidak dapat diubah.
Ketegangan Brexit kian tinggi pekan ini sewaktu Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mempertanyakan tentang, dalam kata-katanya, “tempat khusus di neraka” yang mungkin tersedia bagi mereka di Inggris yang telah mendukung Brexit tanpa mengetahui cara mewujudkannya. Pernyataan itu membuat berang para pendukung Brexit di Inggris, dan May menegur Tusk karena telah menimbulkan “kecemasan.”
Tusk berbicara menjelang pembicaraan antara May dan para pemimpin Uni Eropa pada hari Kamis yang oleh kedua pihak disebut “meyakinkan.”
Kedua pihak tidak ada yang mengubah sikap, tetapi mereka setidaknya setuju untuk terus melakukan pembicaraan. May dan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker menyatakan akan bertemu kembali sebelum akhir bulan ini, setelah lebih banyak lagi pembicaraan antara para pejabat mereka. (VOA)