Pertamina RU II Dumai Tingkatkan Ketahanan Stok BBM Nasional
pada tanggal
15 Februari 2019
DUMAI, LELEMUKU.COM - PT Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) II Dumai kembangkan sistem baru guna memangkas angka Berthing Occupancy Ratio (BOR) atau tingkat pemakaian dermaga melalui modifikasi jalur dari tangki timbun BBM di Kilang menuju kapal. Pengapalan perdana produk BBM solar menggunakan sistem loading baru ini dilaksanakan di dermaga (Jetty) 1 RU II Dumai, Kota Dumai, Provinsi Riau pada Minggu (10/2).
General Manager Pertamina RU II Dumai Nandang Kurnaedi pimpin langsung kegiatan ini bersama-sama dengan Kapten dan awak kapal Bull Flores sebagai yang pertama kali merasakan inovasi ini. Launching program ditandai dengan pengalungan karangan bunga dari GM Pertamina RU II kepada Kapten Kapal Bull Flores.
Di sela-sela kegiatan Nandang menyatakan upaya ini dilakukan guna mengoptimalkan upaya Pertamina dalam mewujudkan efisiensi dan efektifitas di berbagai lini usaha. Sebagai kilang yang memasok hingga 20 % kebutuhan energi nasional, inovasi se kecil apapun dapat berdampak besar bagi bisnis Pertamina.
"Hari ini Alhamdulillah loading BBM jenis solar menuju kapal dengan sistem yang dikembangkan oleh RU II Dumai dapat berjalan lancar. Jika sebelumnya loading rate berada di angka 1200 KL/jam, kini dapat mencapai angka 2010 KL/jam. Penghematan waktu bisa kami genjot hingga 60 persen", ungkap Nandang.
Lebih lanjut Nandang menjelaskan loading rate atau dapat diterjemahkan sebagai kecepatan pompa dalam memompa BBM dari tangki yang berada di darat menuju kapal dapat ditingkatkan melalui modifikasi jalur existing serta penambahan jalur baru ex produk kerosene.
Dengan demikian, Integrated Port Time (IPT) atau waktu yang dibutuhkan kapal untuk berlabuh di Jetty Pertamina dapat diturunkan. Occupancy jetty pun menurun dari semula 90 % kini berada di angka 75 % sehingga dapat dioptimalkan untuk keperluan operasional kapal lainnya.
"Penuruan IPT memiliki imbas yang beragam di berbagai aspek, khususnya efisiensi waktu dan pendanaan. Belum lagi dengan lebih cepatnya produk jadi disalurkan ke kapal, kilang dapat memproduksi lebih banyak BBM untuk mengisi ruang kosong di dalam tangki penyimpanan produk", imbuh Nandang.
Terkait produksi BBM di Kilang Nandang menambahkan jika sebelumnya produksi BBM jenis solar di RU II Dumai berkisar di angka 2600 ribu barel per bulan, dengan adanya tambahan ruang kosong di tangki penyimpanan, kini RU II dapat menggenjot produksi solar menjadi 3300 ribu barel per bulannya. Angka ini tentunya berpengaruh signifikan bagi ketersediaan BBM bagi masyarakat Indonesia.
"Sebagai negara yang memiliki tingkat penggunaan BBM yang tinggi, kami percaya inovasi ini dapat meningkatkan ketahanan energi nasional. Ke depannya, inovasi-inovasi serupa yang low effort namun high impact seperti ini akan terus kami kembangkan", pungkas Nandang. (Pertamina)
General Manager Pertamina RU II Dumai Nandang Kurnaedi pimpin langsung kegiatan ini bersama-sama dengan Kapten dan awak kapal Bull Flores sebagai yang pertama kali merasakan inovasi ini. Launching program ditandai dengan pengalungan karangan bunga dari GM Pertamina RU II kepada Kapten Kapal Bull Flores.
Di sela-sela kegiatan Nandang menyatakan upaya ini dilakukan guna mengoptimalkan upaya Pertamina dalam mewujudkan efisiensi dan efektifitas di berbagai lini usaha. Sebagai kilang yang memasok hingga 20 % kebutuhan energi nasional, inovasi se kecil apapun dapat berdampak besar bagi bisnis Pertamina.
"Hari ini Alhamdulillah loading BBM jenis solar menuju kapal dengan sistem yang dikembangkan oleh RU II Dumai dapat berjalan lancar. Jika sebelumnya loading rate berada di angka 1200 KL/jam, kini dapat mencapai angka 2010 KL/jam. Penghematan waktu bisa kami genjot hingga 60 persen", ungkap Nandang.
Lebih lanjut Nandang menjelaskan loading rate atau dapat diterjemahkan sebagai kecepatan pompa dalam memompa BBM dari tangki yang berada di darat menuju kapal dapat ditingkatkan melalui modifikasi jalur existing serta penambahan jalur baru ex produk kerosene.
Dengan demikian, Integrated Port Time (IPT) atau waktu yang dibutuhkan kapal untuk berlabuh di Jetty Pertamina dapat diturunkan. Occupancy jetty pun menurun dari semula 90 % kini berada di angka 75 % sehingga dapat dioptimalkan untuk keperluan operasional kapal lainnya.
"Penuruan IPT memiliki imbas yang beragam di berbagai aspek, khususnya efisiensi waktu dan pendanaan. Belum lagi dengan lebih cepatnya produk jadi disalurkan ke kapal, kilang dapat memproduksi lebih banyak BBM untuk mengisi ruang kosong di dalam tangki penyimpanan produk", imbuh Nandang.
Terkait produksi BBM di Kilang Nandang menambahkan jika sebelumnya produksi BBM jenis solar di RU II Dumai berkisar di angka 2600 ribu barel per bulan, dengan adanya tambahan ruang kosong di tangki penyimpanan, kini RU II dapat menggenjot produksi solar menjadi 3300 ribu barel per bulannya. Angka ini tentunya berpengaruh signifikan bagi ketersediaan BBM bagi masyarakat Indonesia.
"Sebagai negara yang memiliki tingkat penggunaan BBM yang tinggi, kami percaya inovasi ini dapat meningkatkan ketahanan energi nasional. Ke depannya, inovasi-inovasi serupa yang low effort namun high impact seperti ini akan terus kami kembangkan", pungkas Nandang. (Pertamina)