Berantas Tuberkolosis Hingga 2030, WHO Luncurkan Obat Lewat Mulut
pada tanggal
29 Maret 2019
WASHINGTON, LELEMUKU.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meluncurkan obat yang diberikan lewat mulut, yang katanya lebih manjur untuk mengobati penderita Tuberkulosis atau TB yang kebal obat-obatan. Menjelang peringatan Hari TB Sedunia 24 Maret lalu, WHO menyerukan untuk memberantas penyakit itu selambatnya tahun 2030.
Tuberkulosis atau TB telah menjangkiti manusia selama ribuan tahun. TB tetap menjadi penyakit menular paling mematikan di dunia, menewaskan hampir 4.500 orang per hari dan menjangkiti 10 juta orang per tahun.
Meskipun statistik itu suram, banyak kemajuan telah dibuat dalam diagnosis, pencegahan dan pengobatan penyakit itu. WHO mengatakan, 54 juta jiwa telah diselamatkan sejak tahun 2000. Namun WHO memperingatkan keberhasilan itu berisiko akan hilang dengan munculnya TB yang kebal terhadap beberapa obat atau MDR-TB.
Perawatan untuk MDR-TB sekarang ini meliputi perawatan selama dua tahun dengan suntikan yang sakit dan memicu banyak efek samping yang buruk.
WHO mengatakan, peluncuran program perawatan baru yang diberikan melalui mulut akan lebih manjur dalam mengendalikan penyebaran TB yang sangat mematikan.
Direktur Program TB Dunia WHO, Tereza Kasaeva mengatakan kepada VOA, pengobatan lewat mulut yang disarankan WHO itu jauh lebih sedikit dampak sampingnya.
“Tentu saja, pasti akan jauh lebih mudah dan tidak perlu sering mengunjungi dokter atau petugas kesehatan untuk mendapat suntikan. Tidak diragukan lagi, seperti yang kita lihat dari data, kemanjuran pengobatan itu akan jauh lebih tinggi,” kataKasaeva.
Pemerintah Afrika Selatan telah mengumumkan rencananya untuk menggunakan perawatan bebas injeksi itu. Kasaeva mengatakan, biaya perawatan obat yang diberikan lewat mulut itu sekitar $2.000, yang sebagian besar tidak terjangkau bagi negara-negara miskin.
Dia mengatakan Afrika Selatan sedang melakukan pembicaraan dengan perusahaan farmasi untuk menurunkan harga menjadi $ 400.
WHO mengatakan Afrika Selatan adalah salah satu dari 20 negara yang paling terkena dampak TB-MDR. Lainnya termasuk Rusia, China, India, Nigeria, Pakistan, dan Vietnam. (VOA)
Tuberkulosis atau TB telah menjangkiti manusia selama ribuan tahun. TB tetap menjadi penyakit menular paling mematikan di dunia, menewaskan hampir 4.500 orang per hari dan menjangkiti 10 juta orang per tahun.
Meskipun statistik itu suram, banyak kemajuan telah dibuat dalam diagnosis, pencegahan dan pengobatan penyakit itu. WHO mengatakan, 54 juta jiwa telah diselamatkan sejak tahun 2000. Namun WHO memperingatkan keberhasilan itu berisiko akan hilang dengan munculnya TB yang kebal terhadap beberapa obat atau MDR-TB.
Perawatan untuk MDR-TB sekarang ini meliputi perawatan selama dua tahun dengan suntikan yang sakit dan memicu banyak efek samping yang buruk.
WHO mengatakan, peluncuran program perawatan baru yang diberikan melalui mulut akan lebih manjur dalam mengendalikan penyebaran TB yang sangat mematikan.
Direktur Program TB Dunia WHO, Tereza Kasaeva mengatakan kepada VOA, pengobatan lewat mulut yang disarankan WHO itu jauh lebih sedikit dampak sampingnya.
“Tentu saja, pasti akan jauh lebih mudah dan tidak perlu sering mengunjungi dokter atau petugas kesehatan untuk mendapat suntikan. Tidak diragukan lagi, seperti yang kita lihat dari data, kemanjuran pengobatan itu akan jauh lebih tinggi,” kataKasaeva.
Pemerintah Afrika Selatan telah mengumumkan rencananya untuk menggunakan perawatan bebas injeksi itu. Kasaeva mengatakan, biaya perawatan obat yang diberikan lewat mulut itu sekitar $2.000, yang sebagian besar tidak terjangkau bagi negara-negara miskin.
Dia mengatakan Afrika Selatan sedang melakukan pembicaraan dengan perusahaan farmasi untuk menurunkan harga menjadi $ 400.
WHO mengatakan Afrika Selatan adalah salah satu dari 20 negara yang paling terkena dampak TB-MDR. Lainnya termasuk Rusia, China, India, Nigeria, Pakistan, dan Vietnam. (VOA)