BMKG Nilai Equinox Bukan Penyebab Peningkatan Suhu Ekstrim
pada tanggal
27 Maret 2019
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa isu equinox menjadi penyebab peningkatan suhu yang ekstrim dan dianggap menjadi penyebab "Sun Stroke" atau tersengat panas matahari dan dehidrasi yang berlebihan adalah isu yang keliru dan salah paham.
"Jadi sobat sekalian pada tahun 2019 ini, titik terdekat Bumi dari Matahari (perihelion) terjadi pada 3 Januari 2019 pukul 12:19 WIB sejauh 147.099.760 km. Adapun titik terjauh Bumi dari Matahari (aphelion) terjadi pada 5 Juli 2019 pukul 05:10 WIB dengan jarak 152.104.285 km. Karena itu, pada saat ekuinoks bukanlah jarak terdekat atau terjauh Matahari dari Bumi," ujar mereka dalam postingan di Instagram pada Selasa (26/03/2013).
Dikatakan fenomena ini adalah fenomena alami yang sering dialami setiap tahunnya. Dikatakan fenomena ini tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis dan merugikan manusia.
"Ekuinoks adalah saat Matahari tepat berada di khatulistiwa atau equator. Mengingat posisi Indonesia yang berada di wilayah khatulistiwa, saat Matahari di sekitar ekuinoks tersebut, pencahayaannya di wilayah Indonesia akan lebih maksimal dibandingkan dengan saat lainnya; misalnya saat solstise," ujar mereka.
Dikatakan equinox bukanlah terkait gelombang panas yang terjadi di beberapa negara diluar garis khatulistiwa, sebab equinox bukan satu-satunya penyebab perubahan suhu di dunia, tetapi berbagai faktor lain yang mendukung adanya perubahan ini.
"Efeknya, perubahan suhu di wilayah Indonesia dimungkinkan untuk terjadi. Hanya saja, banyak faktor yang mempengaruhi perubahan suhu di pemukaan Bumi. Karena itu, tidak bisa semata-mata disebabkan oleh posisi Matahari, khususnya fenomena ekuinoks saja," tulis BMKG. (Albert Batlayeri)
"Jadi sobat sekalian pada tahun 2019 ini, titik terdekat Bumi dari Matahari (perihelion) terjadi pada 3 Januari 2019 pukul 12:19 WIB sejauh 147.099.760 km. Adapun titik terjauh Bumi dari Matahari (aphelion) terjadi pada 5 Juli 2019 pukul 05:10 WIB dengan jarak 152.104.285 km. Karena itu, pada saat ekuinoks bukanlah jarak terdekat atau terjauh Matahari dari Bumi," ujar mereka dalam postingan di Instagram pada Selasa (26/03/2013).
Dikatakan fenomena ini adalah fenomena alami yang sering dialami setiap tahunnya. Dikatakan fenomena ini tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis dan merugikan manusia.
"Ekuinoks adalah saat Matahari tepat berada di khatulistiwa atau equator. Mengingat posisi Indonesia yang berada di wilayah khatulistiwa, saat Matahari di sekitar ekuinoks tersebut, pencahayaannya di wilayah Indonesia akan lebih maksimal dibandingkan dengan saat lainnya; misalnya saat solstise," ujar mereka.
Dikatakan equinox bukanlah terkait gelombang panas yang terjadi di beberapa negara diluar garis khatulistiwa, sebab equinox bukan satu-satunya penyebab perubahan suhu di dunia, tetapi berbagai faktor lain yang mendukung adanya perubahan ini.
"Efeknya, perubahan suhu di wilayah Indonesia dimungkinkan untuk terjadi. Hanya saja, banyak faktor yang mempengaruhi perubahan suhu di pemukaan Bumi. Karena itu, tidak bisa semata-mata disebabkan oleh posisi Matahari, khususnya fenomena ekuinoks saja," tulis BMKG. (Albert Batlayeri)