Disperindagnaker Kepulauan Tanimbar Rutin Pantau Harga Pasar
pada tanggal
17 Maret 2019
SAUMLAKI, LELEMUKU.COM – Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja (Perindagnaker) Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku selalu melakukan pemantauan harga pasar secara rutin di awal dan akhir bulan.
Menurut Kepala Disperindagnaker Kepulauan Tanimbar, Elisabeth I. Werembinan, SE., MT bahwa pihaknya selalu melakukan pemantauan harga barang dengan pengecekan stok dan harga rutin pada awal dan akhir bulan berjalan.
“Pemantauan harga pasar memang secara rutin kita lakukan terutama pengecekan stok dan harga di awal dan akhir bulan,” ujar dia kepada Lelemuku.com di ruang kerjanya pada Jumat (8/3).
Elisabeth mengungkapkan pantaun harga pasar dari Bulan Januari hingga Maret 2019 berintensitas lebih tinggi karena ditemukan ada gejolak harga yang normal karena masih sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag), khususnya pada harga beras premium yang biasanya dijual dengan harga Rp13.600 menjadi Rp14.000.
“Masih sesuai dengan Permendag terkait dengan harga enceran tertinggi harga beras untuk premium itu Rp13.600 yang terjadi di pasar memang ada beberapa merek sudah Rp14.000. Tetapi sebagian besar masih harga normal, ini masih dalam ambang batas toleransi dan untuk minyak tanah dan bensin akan ditentukan harganya juga,” ungkapnya.
Elisabeth menuturkan alasan naiknya harga barang dikarenakan ongkos angkut kontener yang tinggi. Sebelumnya harga kontener dengan tol laut tidak bersubsidi sebesar Rp14 Juta dan kini telah melonjak naik menjadi Rp20 Juta.
Ia mengatakan untuk menyikapi hal itu, pihaknya sudah meyampaikan keluhan tersebut kepada Kementerian Perdagangan (Kemendag) Republik Indonesia (RI) agar melakukan koordinasi dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) namun hingga saat ini belum mendapat tanggapan balasan.
“Itu penyebab utama adanya kenaikan harga karena harga kontener yang melonjak tiga kali lipat hampir dari kontener tol laut yang disubsidi. Kalau subsidi sebelumnya Rp.8 juta 500 ribu dan sekarang sudah Rp20 juta. Kalau bahwa empat kontener saja sudah Rp.100 juta, itupun belum barang masuk ke kapal yang harus dibayar, kasih turun disini juga bayar buruh dan sebagainya. Itu yang membuat harga barang di saumlaki naik,” tutur Kadis Elisabeth. (Laura Sobuber)
Menurut Kepala Disperindagnaker Kepulauan Tanimbar, Elisabeth I. Werembinan, SE., MT bahwa pihaknya selalu melakukan pemantauan harga barang dengan pengecekan stok dan harga rutin pada awal dan akhir bulan berjalan.
“Pemantauan harga pasar memang secara rutin kita lakukan terutama pengecekan stok dan harga di awal dan akhir bulan,” ujar dia kepada Lelemuku.com di ruang kerjanya pada Jumat (8/3).
Elisabeth mengungkapkan pantaun harga pasar dari Bulan Januari hingga Maret 2019 berintensitas lebih tinggi karena ditemukan ada gejolak harga yang normal karena masih sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag), khususnya pada harga beras premium yang biasanya dijual dengan harga Rp13.600 menjadi Rp14.000.
“Masih sesuai dengan Permendag terkait dengan harga enceran tertinggi harga beras untuk premium itu Rp13.600 yang terjadi di pasar memang ada beberapa merek sudah Rp14.000. Tetapi sebagian besar masih harga normal, ini masih dalam ambang batas toleransi dan untuk minyak tanah dan bensin akan ditentukan harganya juga,” ungkapnya.
Elisabeth menuturkan alasan naiknya harga barang dikarenakan ongkos angkut kontener yang tinggi. Sebelumnya harga kontener dengan tol laut tidak bersubsidi sebesar Rp14 Juta dan kini telah melonjak naik menjadi Rp20 Juta.
Ia mengatakan untuk menyikapi hal itu, pihaknya sudah meyampaikan keluhan tersebut kepada Kementerian Perdagangan (Kemendag) Republik Indonesia (RI) agar melakukan koordinasi dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) namun hingga saat ini belum mendapat tanggapan balasan.
“Itu penyebab utama adanya kenaikan harga karena harga kontener yang melonjak tiga kali lipat hampir dari kontener tol laut yang disubsidi. Kalau subsidi sebelumnya Rp.8 juta 500 ribu dan sekarang sudah Rp20 juta. Kalau bahwa empat kontener saja sudah Rp.100 juta, itupun belum barang masuk ke kapal yang harus dibayar, kasih turun disini juga bayar buruh dan sebagainya. Itu yang membuat harga barang di saumlaki naik,” tutur Kadis Elisabeth. (Laura Sobuber)