Hari Perempuan Internasional Soroti Korban, Aktivis dan Pahlawan
pada tanggal
08 Maret 2019
WASHINGTON, LELEMUKU.COM - Berbagai organisasi kemasyarakatan dan pemerintah di berbagai penjuru dunia bersiap-siap merayakan Hari Perempuan Internasional, Jumat ini (8/3).
Hari Perempuan Internasional merupakan perayaan atas keberhasilan perempuan dalam bidang sosial, ekonomi, budaya dan politik di seluruh dunia, sekaligus untuk menyerukan kesetaraan gender, yang telah berlangsung lebih dari 100 tahun.
Peringatan ini jatuh setiap 8 Maret, dan mempersatukan pemerintah, organisasi-organisasi perempuan, kalangan bisnis dan amal. Berbagai kota, besar dan kecil, memperingatinya dengan pawai, konferensi, proyek seni dan budaya, serta ceramah.
Perayaan ini dimulai pada tahun 1908, sewaktu 15 ribu perempuan pekerja konveksi mogok kerja dan berpawai melalui jalan-jalan kota New York, menuntut jam kerja yang lebih pendek, upah yang lebih baik dan hak pilih.
Pada tahun 1910, seorang perempuan Jerman bernama Clara Zetkin mengusulkan ditetapkannya Hari Perempuan pada konferensi internasional yang dihadiri 100 perempuan. Gagasan itu diterima dengan suara bulat.
Pada tahun 1911, hari ini dirayakan untuk pertama kalinya di Austria, Denmark, Jerman dan Swiss. Lebih dari 1 juta perempuan dan lelaki mengikuti demonstrasi untuk mendukung hak-hak perempuan untuk bekerja, memilih, belajar dan menduduki jabatan publik.
PBB secara resmi mengakui Hari Perempuan Internasional untuk pertama kali pada tahun 1975. Pada tahun 2011, Presiden Amerika ketika itu, Barack Obama, bertindak selangkah lebih jauh dengan menetapkan Maret sebagai Bulan Sejarah Perempuan.
Karena hari ini tidak spesifik untuk suatu negara, kelompok atau organisasi, fokus perayaan setiap tahun sangat bervariasi, tetapi semuanya berpusat pada isu-isu luar biasa banyak yang dihadapi perempuan di seluruh dunia. (VOA)
Hari Perempuan Internasional merupakan perayaan atas keberhasilan perempuan dalam bidang sosial, ekonomi, budaya dan politik di seluruh dunia, sekaligus untuk menyerukan kesetaraan gender, yang telah berlangsung lebih dari 100 tahun.
Peringatan ini jatuh setiap 8 Maret, dan mempersatukan pemerintah, organisasi-organisasi perempuan, kalangan bisnis dan amal. Berbagai kota, besar dan kecil, memperingatinya dengan pawai, konferensi, proyek seni dan budaya, serta ceramah.
Perayaan ini dimulai pada tahun 1908, sewaktu 15 ribu perempuan pekerja konveksi mogok kerja dan berpawai melalui jalan-jalan kota New York, menuntut jam kerja yang lebih pendek, upah yang lebih baik dan hak pilih.
Pada tahun 1910, seorang perempuan Jerman bernama Clara Zetkin mengusulkan ditetapkannya Hari Perempuan pada konferensi internasional yang dihadiri 100 perempuan. Gagasan itu diterima dengan suara bulat.
Pada tahun 1911, hari ini dirayakan untuk pertama kalinya di Austria, Denmark, Jerman dan Swiss. Lebih dari 1 juta perempuan dan lelaki mengikuti demonstrasi untuk mendukung hak-hak perempuan untuk bekerja, memilih, belajar dan menduduki jabatan publik.
PBB secara resmi mengakui Hari Perempuan Internasional untuk pertama kali pada tahun 1975. Pada tahun 2011, Presiden Amerika ketika itu, Barack Obama, bertindak selangkah lebih jauh dengan menetapkan Maret sebagai Bulan Sejarah Perempuan.
Karena hari ini tidak spesifik untuk suatu negara, kelompok atau organisasi, fokus perayaan setiap tahun sangat bervariasi, tetapi semuanya berpusat pada isu-isu luar biasa banyak yang dihadapi perempuan di seluruh dunia. (VOA)