Kelompok Separatis Bersenjata Sebarkan Hoax Tentang Nduga
pada tanggal
01 Maret 2019
JAYAPURA, LELEMUKU.COM - Kepala Penerangan Komando Daerah Militer (Kapendam) XVII/ Cenderawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi menyatakan pendukung kelompok separatis bersenjata dari luar Indonesia telah menyebarkan informasi palsu terkait kondisi di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua. Meski pada kenyataannya kondisi di Nduga masih aman dan terkendali.
"Seseorang yang mengaku bernama Sabby Sambon menyatakan dirinya sebagai juru bicara kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB). Konon kabarnya yang bersangkutan saat ini berkedudukan di Vanuatu, kembali menyebarkan isu hoax yang viral di media sosial bahwa telah terjadi kontak tembak di Nduga antara aparat keamanan TNI/Polri dan gerombolan KKSB dan menimbulkan jatuh korban di pihak aparat keamanan," ungkap Aidi dalam rilis media pada Kamis (28/3).
Ia menyatakan, Sambon menyebarkan isu bahwa kelompok tersebut telah melancarkan "Serangan Malam" pada Selasa (26/2) pukul 23:20 WIT dan telah terjadi kontak senjata di Distrik Yal, Kabupaten Nduga antara kelompok bersenjata dengan TNI-Polri. Isu ini disebarkan melalui media sosial dan dipercaya sebagai informasi yang sah.
"Menurut Sambon, kontak Senjata antara KKSB dengan Militer Indonesia berlanjut hingga pagi tanggal 27 Februari 2019. Laporan ini telah dilaporkan langsung oleh Komandan Operasi TPNPB KODAP III Ndugama Pemne Kogeya dari Wilayah Konflik Perang di Ndugama dan dilanjutkan ke Markas Pusat KOMNAS TPNPB bahwa sampai hari ini tanggal 27 Februari 2019 kontak senjata sedang berlangsung. Pagi ini pukul 7.30, satu unit hellikopter berwarna putih sedang masuk ke Distrik Yal untuk evakuasi korban penembakan anggota Militer dan Polisi Indonesia," ungkap Aidi mengutip pernyataan Sambon.
2 Ultimatum
KKSB juga, jelas Aidi, telah mengeluarkan 2 ultimatum antara lain menyuruh Komandan POS TNI-Polri dan anggota menurunkan bendera merah putih dalam waktu dekat, dan warga sipil non-Papua cepat meninggalkan wilayah Nduga, sebelum mereka melakukan serangan selanjutnya.
"Menanggapi issue hoax tersebut pihak TNI Polri telah melaksanakan pengecekan langsung di lapangan dan menyatakan bahwa info tentang kontak tembak tersebut adalah hoax dan tidak mendasar," jelas Aidi.
Fakta yang sebenarnya, kata Aidi adalah pada Selasa (26/1) sekitar pukul 14.40 WIT bertempat di Kampung Yal, Distrik Yal, gerombolan bersenjata pimpinan Egianus Kogoya telah melakukan pembakaran satu unit Excavator milik PT. Istaka Karya yang sudah tidak beroperasi lagi.
"Sebelum melakukan pembakaran Excavator milik PT. Istaka Karya, kelompok KKSB tersebut melepaskan tembakan sebanyak 2 kali. Dalam aksi tersebut sama sekali tidak terjadi kontak tembak apalagi sampai jatuh korban," ujar dia.
Kapendam Cenderawasih ini menyatakan, isu ini sengaja digulirkan oleh kelompok separatis bersenjata di Nduga untuk menciptakan terror kepada masyarakat. Karena hasil identifikasi aparat keamanan bahwa gerombolan separatis pimpinan Egianus Kogoya di Nduga sudah terjepit dan kekurangan bahan makanan.
"Karena hampir seluruh kampung sudah dikuasai oleh aparat keamanan. KSSB selalu menggunakan rakyat sebagai tameng dengan cara mengintimidasi rakyat dan memaksa untuk mengungsi," ujar dia.
Selanjutnya, menanggapi 2 ultimatum yang diberikan oleh KKSB di Nduga, ia menyatakan TNI dan Polri tidak mundur, sebab Kabupaten Nduga adalah bagian dari wilayah kedaulatan NKRI sebagaimana wilayah lainnya di seluruh Nusantara.
"NKRI tidak akan mundur apalagi tunduk hanya karena adanya ultimatum dari kelompok gerombolan Separatis. TNI/Polri akan memberikan perlindungan keamanan kepada seluruh warga negara Indonesia termasuk di Nduga," ujar dia.
Nduga Normal
KKSB juga selalu berupaya membentuk opini dengan memutar balikkan fakta seolah-olah TNI/Polri yang melakukan kejahatan kemanusiaan dengan isu ribuan rakyat mengungsi dan kelaparan di hutan. Padahal kehidupan sosial dan roda perekonomian di Kabupaten Nduga berjalan dengan normal.
"Rakyat yang kembali ke kampung pasca terjadinya pembantaian terhadap puluhan Karyawan PT. Istaka Karya pada 2 Desember 2018 lalu telah mendapatkan perlindungan dan bantuan bahan makanan serta layanan kesehatan dari aparat keamanan maupun pemda setempat," kata dia.
Ia menambahkan, kelompok separatis bersenjata selalu memutar balikkan fakta bahwa TNI melaksanakan pelanggaran HAM. Namun faktanya gerombolan separatis itulah pelaku pelanggaran HAM berat yang selalu melancarkan teror kepada penduduk sipil tanpa memandang asal-usul daerah, baik Papua maupun Non-Papua.
"Mereka melakukan serangan kepada siapa saja tampa membedakan yang mana combatan atau non-combatan. Karena mereka adalah kelompok liar yang tidak berpendidikan dan tidak mengerti hukum," kata dia.
Aidi mengimbau kepada seluruh warga sipil di Nduga dan Papua pada umumnya agar tidak takut terhadap ancaman dari kelompok tersebut.
"Karena memang tujuan mereka menciptakan keresahan dan rasa takut kepada masyarakat. Namun seluruh warga harus tetap waspada dalam melaksanakan aktifitas dan selalu berkoordinasi dengan aparat keamanan. Warga Masyarakat harus aktif untuk menjaga keamanan lingkungan secara swadaya dan memberikan informasi kepada aparat keamanan tentang kedudukan dan aktifitas gerombolan separatis," ujar dia.
Ditegaskan Negara Republik Indonesia dengan pengawalan TNI dan Polri akan tetap melanjutkan pembangunan infrastruktur di Nduga untuk mejamin kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tak terkecuali di daerah pedalaman Papua termasuk di Nduga.
"TNI akan menambah pasukan untuk mengamankan proses pembangunan tersebut," imbuh dia. (Albert Batlayeri)
Suasana pembangunan jalan Trans Papua di Nduga oleh PT. Istaka Karya |
"Seseorang yang mengaku bernama Sabby Sambon menyatakan dirinya sebagai juru bicara kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB). Konon kabarnya yang bersangkutan saat ini berkedudukan di Vanuatu, kembali menyebarkan isu hoax yang viral di media sosial bahwa telah terjadi kontak tembak di Nduga antara aparat keamanan TNI/Polri dan gerombolan KKSB dan menimbulkan jatuh korban di pihak aparat keamanan," ungkap Aidi dalam rilis media pada Kamis (28/3).
Ia menyatakan, Sambon menyebarkan isu bahwa kelompok tersebut telah melancarkan "Serangan Malam" pada Selasa (26/2) pukul 23:20 WIT dan telah terjadi kontak senjata di Distrik Yal, Kabupaten Nduga antara kelompok bersenjata dengan TNI-Polri. Isu ini disebarkan melalui media sosial dan dipercaya sebagai informasi yang sah.
"Menurut Sambon, kontak Senjata antara KKSB dengan Militer Indonesia berlanjut hingga pagi tanggal 27 Februari 2019. Laporan ini telah dilaporkan langsung oleh Komandan Operasi TPNPB KODAP III Ndugama Pemne Kogeya dari Wilayah Konflik Perang di Ndugama dan dilanjutkan ke Markas Pusat KOMNAS TPNPB bahwa sampai hari ini tanggal 27 Februari 2019 kontak senjata sedang berlangsung. Pagi ini pukul 7.30, satu unit hellikopter berwarna putih sedang masuk ke Distrik Yal untuk evakuasi korban penembakan anggota Militer dan Polisi Indonesia," ungkap Aidi mengutip pernyataan Sambon.
2 Ultimatum
KKSB juga, jelas Aidi, telah mengeluarkan 2 ultimatum antara lain menyuruh Komandan POS TNI-Polri dan anggota menurunkan bendera merah putih dalam waktu dekat, dan warga sipil non-Papua cepat meninggalkan wilayah Nduga, sebelum mereka melakukan serangan selanjutnya.
"Menanggapi issue hoax tersebut pihak TNI Polri telah melaksanakan pengecekan langsung di lapangan dan menyatakan bahwa info tentang kontak tembak tersebut adalah hoax dan tidak mendasar," jelas Aidi.
Fakta yang sebenarnya, kata Aidi adalah pada Selasa (26/1) sekitar pukul 14.40 WIT bertempat di Kampung Yal, Distrik Yal, gerombolan bersenjata pimpinan Egianus Kogoya telah melakukan pembakaran satu unit Excavator milik PT. Istaka Karya yang sudah tidak beroperasi lagi.
"Sebelum melakukan pembakaran Excavator milik PT. Istaka Karya, kelompok KKSB tersebut melepaskan tembakan sebanyak 2 kali. Dalam aksi tersebut sama sekali tidak terjadi kontak tembak apalagi sampai jatuh korban," ujar dia.
Kapendam Cenderawasih ini menyatakan, isu ini sengaja digulirkan oleh kelompok separatis bersenjata di Nduga untuk menciptakan terror kepada masyarakat. Karena hasil identifikasi aparat keamanan bahwa gerombolan separatis pimpinan Egianus Kogoya di Nduga sudah terjepit dan kekurangan bahan makanan.
"Karena hampir seluruh kampung sudah dikuasai oleh aparat keamanan. KSSB selalu menggunakan rakyat sebagai tameng dengan cara mengintimidasi rakyat dan memaksa untuk mengungsi," ujar dia.
Selanjutnya, menanggapi 2 ultimatum yang diberikan oleh KKSB di Nduga, ia menyatakan TNI dan Polri tidak mundur, sebab Kabupaten Nduga adalah bagian dari wilayah kedaulatan NKRI sebagaimana wilayah lainnya di seluruh Nusantara.
"NKRI tidak akan mundur apalagi tunduk hanya karena adanya ultimatum dari kelompok gerombolan Separatis. TNI/Polri akan memberikan perlindungan keamanan kepada seluruh warga negara Indonesia termasuk di Nduga," ujar dia.
KKSB juga selalu berupaya membentuk opini dengan memutar balikkan fakta seolah-olah TNI/Polri yang melakukan kejahatan kemanusiaan dengan isu ribuan rakyat mengungsi dan kelaparan di hutan. Padahal kehidupan sosial dan roda perekonomian di Kabupaten Nduga berjalan dengan normal.
"Rakyat yang kembali ke kampung pasca terjadinya pembantaian terhadap puluhan Karyawan PT. Istaka Karya pada 2 Desember 2018 lalu telah mendapatkan perlindungan dan bantuan bahan makanan serta layanan kesehatan dari aparat keamanan maupun pemda setempat," kata dia.
Ia menambahkan, kelompok separatis bersenjata selalu memutar balikkan fakta bahwa TNI melaksanakan pelanggaran HAM. Namun faktanya gerombolan separatis itulah pelaku pelanggaran HAM berat yang selalu melancarkan teror kepada penduduk sipil tanpa memandang asal-usul daerah, baik Papua maupun Non-Papua.
"Mereka melakukan serangan kepada siapa saja tampa membedakan yang mana combatan atau non-combatan. Karena mereka adalah kelompok liar yang tidak berpendidikan dan tidak mengerti hukum," kata dia.
Aidi mengimbau kepada seluruh warga sipil di Nduga dan Papua pada umumnya agar tidak takut terhadap ancaman dari kelompok tersebut.
"Karena memang tujuan mereka menciptakan keresahan dan rasa takut kepada masyarakat. Namun seluruh warga harus tetap waspada dalam melaksanakan aktifitas dan selalu berkoordinasi dengan aparat keamanan. Warga Masyarakat harus aktif untuk menjaga keamanan lingkungan secara swadaya dan memberikan informasi kepada aparat keamanan tentang kedudukan dan aktifitas gerombolan separatis," ujar dia.
Ditegaskan Negara Republik Indonesia dengan pengawalan TNI dan Polri akan tetap melanjutkan pembangunan infrastruktur di Nduga untuk mejamin kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tak terkecuali di daerah pedalaman Papua termasuk di Nduga.
"TNI akan menambah pasukan untuk mengamankan proses pembangunan tersebut," imbuh dia. (Albert Batlayeri)