Rai Mantra Buka Festival Ogoh- Ogoh Mini Kota Denpasar Ke-5 Tahun 2019
pada tanggal
07 Maret 2019
DENPASAR, LELEMUKU.COM - Festival ogoh- ogoh mini Kota Denpasar, Provinsi Bali kembali digelar oleh Sekehe Teruna Dharma Putra, Br. Beraban, Denpasar dan kini telah memasuki tahun kelima.
Pada minggu (3/3) festival yang melombakan puluhan miniatur ogoh- ogoh ini dibuka secara langsung Walikota Denpasar, I.B Rai Dharamwijaya Mantra didampingi Kadisbud IGN. Bagus Mataram serta sejumlah tokoh masyarakat adat setempat.
Walikota Denpasar, I.B Rai Dharmwijaya Mantra mengapresiasi kreativitas anak- anak muda Kota Denpasar yang dituangkan melalui karya miniatur ogoh- ogoh di Festival ogoh- ogoh mini Kota Denpasar ke-5 Tahun 2019.
"Kita menapaki hidup di jaman modern dengan segala tantangannya haruslah diimbangi dengan pemikiran yang cerdas pula. Didalam filosofi Agama Hindu yaitu Wiweka itu bagaimana dapat memilah segala hal yang kita terima. Saat ini pembangunan kebudayaan di Indonesia telah difokuskan oleh pemerintah pusat dimana telah dirancang indeks kebudayaan yang terukur sehingga kita tidak lagi gamang menentukan pelestarian budaya dan juga menyusun kebijakan terkait program pelestariannya. Dalam hal ini anak anak muda sebagai pionir dalam berkreativitas harus mampu mengajegkan nilai-nilai dalam kebudayaan Bali " ujar Rai Mantra.
Lebih lanjut dikatakan Walikota Rai Mantra, melihat bagaimana anak muda Kota Denpasar berkarya membuat ogoh-ogoh mini ini haruslah diberikan kebebasan berekspresi, namun juga untuk mengajegkan kebudayaan perlu diperhatikan nilai etika, estetika dan logika nya.
"Bangga melihat anak- anak muda di kota Denpasar sudah melaksanaan inti pengembangan kebudayaan. Jangan sekedar membuat karya namun juga harus dipelajari filosofinya. Setelah dibuat secara indah, lalu mampu menjelaskan makna dibalik karyanya. Anak muda Kota Denpasar boleh belajar dari modernisasi, namun jangan sampai modernitas itu malah melunturkan nilai kebudayaan asli kita. Seperti contohnya jangan gunakan sound system saat pangerupukan dan bisa diganti kreasi lain. Mari jaga pelaksanaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Caka 1941 , jaga budaya kita, kawal keamanan ketertiban karena Hari Suci Nyepi dan rangkaiannya merupakan momen pembelajaran bagi umat manusia untuk mendapatkan ketenangan hati yang tidak harus mahal mengikuti hawa nafsu namun hanya perlu melalui aktivitas kerohanian" ungkap Rai Mantra.
Ketua ST Dharma Putra, Br. Beraban Si Made Arya Mahendra didampingi Ketua Panitia, Made Indrayana ditemui usai acara mengatakan Festival ogoh- ogoh mini Kota Denpasar ke-5 Tahun 2019 ini tercetus untuk meningkatkan kreativitas generasi muda serta mengedukasi generasi muda di Kota Denpasar agar tetap ingat akar kebudayaan yang mereka miliki. Selain untuk memberikan wadah berkreativitas.
"Untuk tahun ini melibatkan 62 peserta dan memperebutkan piala bergilir walikota denpasar. Terkait kriteria, karena merupakan Festival Ogoh-ogoh Mini, maka tinggi karya tidak boleh lebih dari 1 meter. Selain itu untuk mendukung program Pemkot Denpasar mengurangi penggunaan kantong plastik, maka bahan dasar ogoh- ogoh mini diwajibkan berbahan organik dan juga kategori ogoh-ogoh stereofoam kami hilangkan" kata Arya Mahendra.
Salah satu peserta, Agung Dedi dengan karya ogoh- ogohnya yang berjudul Tumpek Wariga, Tumpek Uduh Mencoba mengangkat dampak kerusakan lingkungan dan menitikberatkan himbuan kepada manusia agar selalu mencintai dan menjaga keseimbangan alam.
"Melalui Karya Ogoh-ogoh mini ini saya ingin menyampaikan pesan bagi umat manusia agar senantiasa sadar untuk menghargai alam dan mencintai isinya. Eksploitasi berlebihan kepada alam tentu harus dihentikan sebelum alam memberi peringatan besar kepada kita semua", terangnya. (DiskominfoDenpasar)
Pada minggu (3/3) festival yang melombakan puluhan miniatur ogoh- ogoh ini dibuka secara langsung Walikota Denpasar, I.B Rai Dharamwijaya Mantra didampingi Kadisbud IGN. Bagus Mataram serta sejumlah tokoh masyarakat adat setempat.
Walikota Denpasar, I.B Rai Dharmwijaya Mantra mengapresiasi kreativitas anak- anak muda Kota Denpasar yang dituangkan melalui karya miniatur ogoh- ogoh di Festival ogoh- ogoh mini Kota Denpasar ke-5 Tahun 2019.
"Kita menapaki hidup di jaman modern dengan segala tantangannya haruslah diimbangi dengan pemikiran yang cerdas pula. Didalam filosofi Agama Hindu yaitu Wiweka itu bagaimana dapat memilah segala hal yang kita terima. Saat ini pembangunan kebudayaan di Indonesia telah difokuskan oleh pemerintah pusat dimana telah dirancang indeks kebudayaan yang terukur sehingga kita tidak lagi gamang menentukan pelestarian budaya dan juga menyusun kebijakan terkait program pelestariannya. Dalam hal ini anak anak muda sebagai pionir dalam berkreativitas harus mampu mengajegkan nilai-nilai dalam kebudayaan Bali " ujar Rai Mantra.
Lebih lanjut dikatakan Walikota Rai Mantra, melihat bagaimana anak muda Kota Denpasar berkarya membuat ogoh-ogoh mini ini haruslah diberikan kebebasan berekspresi, namun juga untuk mengajegkan kebudayaan perlu diperhatikan nilai etika, estetika dan logika nya.
"Bangga melihat anak- anak muda di kota Denpasar sudah melaksanaan inti pengembangan kebudayaan. Jangan sekedar membuat karya namun juga harus dipelajari filosofinya. Setelah dibuat secara indah, lalu mampu menjelaskan makna dibalik karyanya. Anak muda Kota Denpasar boleh belajar dari modernisasi, namun jangan sampai modernitas itu malah melunturkan nilai kebudayaan asli kita. Seperti contohnya jangan gunakan sound system saat pangerupukan dan bisa diganti kreasi lain. Mari jaga pelaksanaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Caka 1941 , jaga budaya kita, kawal keamanan ketertiban karena Hari Suci Nyepi dan rangkaiannya merupakan momen pembelajaran bagi umat manusia untuk mendapatkan ketenangan hati yang tidak harus mahal mengikuti hawa nafsu namun hanya perlu melalui aktivitas kerohanian" ungkap Rai Mantra.
Ketua ST Dharma Putra, Br. Beraban Si Made Arya Mahendra didampingi Ketua Panitia, Made Indrayana ditemui usai acara mengatakan Festival ogoh- ogoh mini Kota Denpasar ke-5 Tahun 2019 ini tercetus untuk meningkatkan kreativitas generasi muda serta mengedukasi generasi muda di Kota Denpasar agar tetap ingat akar kebudayaan yang mereka miliki. Selain untuk memberikan wadah berkreativitas.
"Untuk tahun ini melibatkan 62 peserta dan memperebutkan piala bergilir walikota denpasar. Terkait kriteria, karena merupakan Festival Ogoh-ogoh Mini, maka tinggi karya tidak boleh lebih dari 1 meter. Selain itu untuk mendukung program Pemkot Denpasar mengurangi penggunaan kantong plastik, maka bahan dasar ogoh- ogoh mini diwajibkan berbahan organik dan juga kategori ogoh-ogoh stereofoam kami hilangkan" kata Arya Mahendra.
Salah satu peserta, Agung Dedi dengan karya ogoh- ogohnya yang berjudul Tumpek Wariga, Tumpek Uduh Mencoba mengangkat dampak kerusakan lingkungan dan menitikberatkan himbuan kepada manusia agar selalu mencintai dan menjaga keseimbangan alam.
"Melalui Karya Ogoh-ogoh mini ini saya ingin menyampaikan pesan bagi umat manusia agar senantiasa sadar untuk menghargai alam dan mencintai isinya. Eksploitasi berlebihan kepada alam tentu harus dihentikan sebelum alam memberi peringatan besar kepada kita semua", terangnya. (DiskominfoDenpasar)