Saatnya Dengar Yang Muda
pada tanggal
28 Maret 2019
Program “Dengar Yang Muda” merupakan inisiatif dari Staf Khusus Presiden Diaz Hendropriyono untuk mewujudkan kehadiran pemerintah bagi anak muda. Melalui program #dengar yang muda ini, pemerintah berkomitmen untuk mengambil peran dalam mengembangkan potensi generasi muda dan terbuka untuk selalu dengar yang muda.
Diaz Henropriyono mengatakan bahwa sudah saatnya anak muda Inonesia berani untuk bertindak apabila ada ajakan dari luar secara negatif, khususnya yang ingin merongrong kesatuan dan persatuan Bangsa dan Negara Indonesia.
“Kita hidup di Indonesia dan tentunya mencintai negara kita”. Sebagai generasi penerus, anak muda harus berani menyuarakan toleransi, persatuan dan kesatuan serta menolak radikalisme di lingkungan kita. Saatnya kita beraksi dengan melakukan hal hal yang positif bagi bangsa dan negara kita melalui “Dengar Yang Muda”.
Berbagai program kegiatan, khususnya yang menyasar kalangan generasi milenial, akan dijalankan kedepannya. Seri pertama dari rangkaian program #dengar yang muda adalah seminar dan mentoring session dengan tema “ Toleransi Jadi Aksi “, yang diikuti oleh 300 pelajar SMA yang mewakili 27 Sekolah Menengah Atas se Jakarta.
Toleransi jadi aksi adalah sebagai rangkaian pertama #dengaryangmuda, dan ini bertujuan untuk mengikis semua sikap diskriminatif dan menanamkan pentingnya menciptakan suasana yang damai bagi perkembangan generasi milenial Indonesia. Kegiatan ini dibuka oleh Staf Khusus Presiden (SKP) Diaz Hendropriyono, dengan keynote speech Cak Lontong.
Komitmen dan Pesan Presiden
Bentuk komitmen dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk terus mendengarkan aspirasi dan masukan dari kaum muda, Staf Khusus Presiden Diaz Hendropriyono mengadakan sebuah acara “Dengar Yang Muda” dengan mengangkat tema “Pemerintahan Jokowi-JK di Mata Pemuda”, bertempat di Gedung III Sekretariat Negara RI, Jakarta Pusat (12/2/2018).
Belasan komunitas dan organisasi kepemudaan turut hadir, diantaranya : Relawan Muda Jakarta (REMAJA), Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Komunitas Banteng Muda (KBM), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Himpunan Advokat Muda Indonesia (HAMI), Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI), Generasi Muda (GM) Kosgoro, Generasi Muda Forum komunikasi Putra-Putri Purnawirawan Indonesia (GM FKPPI), dan Yayasan Soedirman.
Pesan Presiden agar anak anak Indonesia terus bermimpi untuk berprestasi demi bangsa dan sekaligus kami ingin mencegah radikalisme dan menumbuhkan toleransi dikalangan generasi milenial.
Diaz Hendropriyono mengatakan bahwa acara acara seperti ini, merupakan salah satu upaya pemerintah dalam merangkul generasi milenial sebagai agent of change untuk bersama membangun Indonesia. “Kita mengundang para pemuda dari berbagai organisasi pemuda, kita bukan mempromosikan program Bapak Presiden semata, tetapi ingin meminta masukan kepada para pemuda hal hal yang bisa kita lakukan untuk satu tahun ke depan”.
Masukan para pemuda harus didengar, dengan begitu maka generasi muda dapat bergerak bersama membangun Indonesia, mengingat generasi muda mewakili bangsa ini dalam skala besar. “Jadi intinya, kita ingin membuka peluang atau kritik dari para pemuda yang negatif ataupun masukan masukan yang positif. Saya rasa masukan dari mereka perlu didengar, karena bagaimana pun mereka juga mewakili bangsa dan negara ini dalam persentase yang besar”, pungkas Diaz.
Untuk itu, Presiden mengingatkan dan berpesan kepada para pelajar untuk menggunakan media sosial dengan bijak dan mendorong agar menggunakan media sosial untuk menyebarkan dan berbagi hal hal yang positif. “Saya ingin mengingatkan mengenai penggunaan media sosial”, kata Presiden saat berbincang dengan Ketua OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), Pramuka, Rois perwakilan SMA-SMK se Jawa Barat, di lapangan Dirgantara Majalengka, Jawa Barat (24/5/2018).
“Jangan sampai saling mencela, jangan sampai saling menghujat, jangan sampai saling menjelekkan, jangan sampai saling memfitnah. Media sosial harusnya kita gunakan hal hal yang positif,”. Presiden menuturkan bahwa media sosial bisa dimanfaatkan oleh para pelajar secara maksimal untuk mengembangkan diri dan menambah ilmu pengetahuan. Selain itu, Presiden berharap agar para pemimpin muda ini, menyampaikannya kepada seluruh siswa di sekolahnya masing masing mengenai pesan ini.
Diakui Presiden, bahwa anak anak muda sekarang ini memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan apapun. Sangat banyak sekali peluang peluang itu, karena sekarang terjadi yang namanya perubahan ekonomi global, perubahan ekonomi nasional dan perubahan perubahan lanskap sosial, lanskap politik dan juga lanskap ekonomi sehingga perilaku perilaku semua juga berubah.
Presiden berpesan kepada anak anak muda peserta Festival Terampil 2019, jangan merasa rendah saat bekerja, memulai, melihat, memiliki pengalaman, baru mencoba sendiri untuk memiliki usaha. “Ngga perlu tergesa gesa. Tetapi menurut saya masa depan itu hanya milik orang orang yang berani, milik orang orang yang mau bekerja keras,” pungkas Presiden.
Perlunya toleransi bagi generasi milenial
Belakangan ini, persoalan intoleransi lagi jadi sorotan, karena masalah ini sudah merasuki sebagian kalangan generasi muda (Milenial). Hal ini menjadi keprihatinan Staf Khusus Presiden Diaz Hendropriyono. “Sikap intoleransi bakal menghambat generasi muda berkarya dan berkontribusi positif bagi Indonesia. Masalah ini disampaikannya dalam acara seminar bertajuk #ToleransiJadiAksi, acara pertama dari rangkaian seminar #DengarYangMuda, yang diadakan di Gandaria City (16/2/2017).
Diaz Hendropriyono tidak sekadar mengingatkan agar generasi milenial berupaya melawan toleransi, namun juga membantu mereka meningkatkan produktivitas dengan memberikan alternatif kegiatan. Begitu juga, sederet selebritas yang mengisi acara ini menyoroti hal yang serupa, dan mereka menekankan agar energi generasi milenial perlu semakin diarahkan ke arah positif dan produktif. Generasi milenial bisa memanfaatkan media konvensional maupun media sosial.
Pendapat dua orang selebriti, Nadine Chandrawinata dan Ayushita bahwa media sosial sebaiknya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan positif, ketimbang menyampaikan pesan negatif, seperti toleransi.
Kehadiran selebritas ini membuat kaum muda yang hadir pada antusias. Terbukti mereka begitu semangat menjawab berbagai pertanyaan dari presenter Imam Darto, yang bertindak sebagai pembawa acara. Malahan mereka banyak juga yang bertanya soal berbagai pencapaian pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi), termasuk kebijakan BBM satu harga, penurunanharga semen di Papua, dan pembangunan jalan tol Trans Papua.
Selain acara Tolkshow #DengarYangMuda, juga mengadakan mentoring session. Tujuannya untuk memberikan bekal dan mengembangkan potensi positif bagi generasi muda agar mereka mempunyai kegiatan secara aktif di media sosial atau berbisnis dengan memanfaatkan media daring. Hal ini yang disampaikan oleh pemilik “Kopi Tuku” Andanu Prasetyo, Fashion Blogger Larasyerininta, dan Vlogger Gofar Hilman.
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Jenderal Agum Gumelar, dalam pidatonya mengingatkan kepada para mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa agar mempunyai idealisme dan sikap toleransi, sehingga tidak terpengaruh dengan paham radikal. “Generasi muda harus memiliki idealisme. Kalau sekarang adanya paham radikal, jangan kita tolerir paham tersebut, jika kita ingin jadi bangsa yang besar,” ujar Agum Gemelar. Pada acara diskusi bertempat di ruang serba guna Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Penulis berpendapat bahwa peran generasi muda (milenial) sangat diperlukan sekali, mengingat kemampuan generasi muda zaman Now ini sangat luar biasa, baik itu aktivitasnya maupun kreativitasnya. Mereka berkarya diberbagai disiplin ilmu pengetahuan yang menjadikan nama baik Indonesia semakin harum namanya hingga manca negara.
Generasi muda harus mampu mengembangkan daya inovasi dan kreasi semaksimal mungkin, serta mampu mengikuti perkembangan zaman yang terus berubah dari hari ke harinya dan berubah ke arah yang lebih baik. Selain itu, generasi muda memiliki peran yang besar dalam mewujudkan Indonesia yang maju dan sejahtera. Kunci keberhasilan Indonesia terletak pada pemudanya.
Pemuda tidak lagi dilihat sebagai masa depan, namun sebagai agen perubahan (Agent of Change) masa kini yang terlibat aktif dalam pembangunan yang berkelanjutan. Untuk itu, peningkatan mutu dan kualitas pemuda Indonesia tidak dapat ditunda lagi.
Mengingat Indonesia merupakan bangsa yang besar, maka diperlukan peran generasi muda yang berkualitas, guna meningkatkan derajat bangsa di mata dunia. Generasi milenial ini harus optimis dan siap menyongsong Indonesia Emas pada 2045 mendatang. Jadikanlah Indonesia yang terhebat di mata dunia, dan generasi mudalah yang mampu untuk melakukannya.
Jadi berbagai acara “Dengar Yang Muda” tepat sekali dilaksanakan sebagai wadah untuk menampung aspirasi generasi milenial (Zaman Now) dalam menyalurkan bakat dan kemampuannya, sehingga ke depan mereka bisa lebih berkreasi dan berinovasi yang luar biasa.
Kita tentunya sangat berharap dengan komitmen yang tinggi dari pemangku kepentingan terhadap generasi muda (milenial) dalam memanfaatkan momentum “Dengar Yang Muda” yang gaungnya sudah booming, sebagai aset untuk memajukan bangsa dan negara Indonesia. Semoga.
Oleh : Alfurkon Setiawan
Penulis adalah : Asisten SKP-DH
Diaz Henropriyono mengatakan bahwa sudah saatnya anak muda Inonesia berani untuk bertindak apabila ada ajakan dari luar secara negatif, khususnya yang ingin merongrong kesatuan dan persatuan Bangsa dan Negara Indonesia.
“Kita hidup di Indonesia dan tentunya mencintai negara kita”. Sebagai generasi penerus, anak muda harus berani menyuarakan toleransi, persatuan dan kesatuan serta menolak radikalisme di lingkungan kita. Saatnya kita beraksi dengan melakukan hal hal yang positif bagi bangsa dan negara kita melalui “Dengar Yang Muda”.
Berbagai program kegiatan, khususnya yang menyasar kalangan generasi milenial, akan dijalankan kedepannya. Seri pertama dari rangkaian program #dengar yang muda adalah seminar dan mentoring session dengan tema “ Toleransi Jadi Aksi “, yang diikuti oleh 300 pelajar SMA yang mewakili 27 Sekolah Menengah Atas se Jakarta.
Toleransi jadi aksi adalah sebagai rangkaian pertama #dengaryangmuda, dan ini bertujuan untuk mengikis semua sikap diskriminatif dan menanamkan pentingnya menciptakan suasana yang damai bagi perkembangan generasi milenial Indonesia. Kegiatan ini dibuka oleh Staf Khusus Presiden (SKP) Diaz Hendropriyono, dengan keynote speech Cak Lontong.
Komitmen dan Pesan Presiden
Bentuk komitmen dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk terus mendengarkan aspirasi dan masukan dari kaum muda, Staf Khusus Presiden Diaz Hendropriyono mengadakan sebuah acara “Dengar Yang Muda” dengan mengangkat tema “Pemerintahan Jokowi-JK di Mata Pemuda”, bertempat di Gedung III Sekretariat Negara RI, Jakarta Pusat (12/2/2018).
Belasan komunitas dan organisasi kepemudaan turut hadir, diantaranya : Relawan Muda Jakarta (REMAJA), Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Komunitas Banteng Muda (KBM), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Himpunan Advokat Muda Indonesia (HAMI), Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI), Generasi Muda (GM) Kosgoro, Generasi Muda Forum komunikasi Putra-Putri Purnawirawan Indonesia (GM FKPPI), dan Yayasan Soedirman.
Pesan Presiden agar anak anak Indonesia terus bermimpi untuk berprestasi demi bangsa dan sekaligus kami ingin mencegah radikalisme dan menumbuhkan toleransi dikalangan generasi milenial.
Diaz Hendropriyono mengatakan bahwa acara acara seperti ini, merupakan salah satu upaya pemerintah dalam merangkul generasi milenial sebagai agent of change untuk bersama membangun Indonesia. “Kita mengundang para pemuda dari berbagai organisasi pemuda, kita bukan mempromosikan program Bapak Presiden semata, tetapi ingin meminta masukan kepada para pemuda hal hal yang bisa kita lakukan untuk satu tahun ke depan”.
Masukan para pemuda harus didengar, dengan begitu maka generasi muda dapat bergerak bersama membangun Indonesia, mengingat generasi muda mewakili bangsa ini dalam skala besar. “Jadi intinya, kita ingin membuka peluang atau kritik dari para pemuda yang negatif ataupun masukan masukan yang positif. Saya rasa masukan dari mereka perlu didengar, karena bagaimana pun mereka juga mewakili bangsa dan negara ini dalam persentase yang besar”, pungkas Diaz.
Untuk itu, Presiden mengingatkan dan berpesan kepada para pelajar untuk menggunakan media sosial dengan bijak dan mendorong agar menggunakan media sosial untuk menyebarkan dan berbagi hal hal yang positif. “Saya ingin mengingatkan mengenai penggunaan media sosial”, kata Presiden saat berbincang dengan Ketua OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), Pramuka, Rois perwakilan SMA-SMK se Jawa Barat, di lapangan Dirgantara Majalengka, Jawa Barat (24/5/2018).
“Jangan sampai saling mencela, jangan sampai saling menghujat, jangan sampai saling menjelekkan, jangan sampai saling memfitnah. Media sosial harusnya kita gunakan hal hal yang positif,”. Presiden menuturkan bahwa media sosial bisa dimanfaatkan oleh para pelajar secara maksimal untuk mengembangkan diri dan menambah ilmu pengetahuan. Selain itu, Presiden berharap agar para pemimpin muda ini, menyampaikannya kepada seluruh siswa di sekolahnya masing masing mengenai pesan ini.
Diakui Presiden, bahwa anak anak muda sekarang ini memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan apapun. Sangat banyak sekali peluang peluang itu, karena sekarang terjadi yang namanya perubahan ekonomi global, perubahan ekonomi nasional dan perubahan perubahan lanskap sosial, lanskap politik dan juga lanskap ekonomi sehingga perilaku perilaku semua juga berubah.
Presiden berpesan kepada anak anak muda peserta Festival Terampil 2019, jangan merasa rendah saat bekerja, memulai, melihat, memiliki pengalaman, baru mencoba sendiri untuk memiliki usaha. “Ngga perlu tergesa gesa. Tetapi menurut saya masa depan itu hanya milik orang orang yang berani, milik orang orang yang mau bekerja keras,” pungkas Presiden.
Perlunya toleransi bagi generasi milenial
Belakangan ini, persoalan intoleransi lagi jadi sorotan, karena masalah ini sudah merasuki sebagian kalangan generasi muda (Milenial). Hal ini menjadi keprihatinan Staf Khusus Presiden Diaz Hendropriyono. “Sikap intoleransi bakal menghambat generasi muda berkarya dan berkontribusi positif bagi Indonesia. Masalah ini disampaikannya dalam acara seminar bertajuk #ToleransiJadiAksi, acara pertama dari rangkaian seminar #DengarYangMuda, yang diadakan di Gandaria City (16/2/2017).
Diaz Hendropriyono tidak sekadar mengingatkan agar generasi milenial berupaya melawan toleransi, namun juga membantu mereka meningkatkan produktivitas dengan memberikan alternatif kegiatan. Begitu juga, sederet selebritas yang mengisi acara ini menyoroti hal yang serupa, dan mereka menekankan agar energi generasi milenial perlu semakin diarahkan ke arah positif dan produktif. Generasi milenial bisa memanfaatkan media konvensional maupun media sosial.
Pendapat dua orang selebriti, Nadine Chandrawinata dan Ayushita bahwa media sosial sebaiknya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan positif, ketimbang menyampaikan pesan negatif, seperti toleransi.
Kehadiran selebritas ini membuat kaum muda yang hadir pada antusias. Terbukti mereka begitu semangat menjawab berbagai pertanyaan dari presenter Imam Darto, yang bertindak sebagai pembawa acara. Malahan mereka banyak juga yang bertanya soal berbagai pencapaian pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi), termasuk kebijakan BBM satu harga, penurunanharga semen di Papua, dan pembangunan jalan tol Trans Papua.
Selain acara Tolkshow #DengarYangMuda, juga mengadakan mentoring session. Tujuannya untuk memberikan bekal dan mengembangkan potensi positif bagi generasi muda agar mereka mempunyai kegiatan secara aktif di media sosial atau berbisnis dengan memanfaatkan media daring. Hal ini yang disampaikan oleh pemilik “Kopi Tuku” Andanu Prasetyo, Fashion Blogger Larasyerininta, dan Vlogger Gofar Hilman.
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Jenderal Agum Gumelar, dalam pidatonya mengingatkan kepada para mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa agar mempunyai idealisme dan sikap toleransi, sehingga tidak terpengaruh dengan paham radikal. “Generasi muda harus memiliki idealisme. Kalau sekarang adanya paham radikal, jangan kita tolerir paham tersebut, jika kita ingin jadi bangsa yang besar,” ujar Agum Gemelar. Pada acara diskusi bertempat di ruang serba guna Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Penulis berpendapat bahwa peran generasi muda (milenial) sangat diperlukan sekali, mengingat kemampuan generasi muda zaman Now ini sangat luar biasa, baik itu aktivitasnya maupun kreativitasnya. Mereka berkarya diberbagai disiplin ilmu pengetahuan yang menjadikan nama baik Indonesia semakin harum namanya hingga manca negara.
Generasi muda harus mampu mengembangkan daya inovasi dan kreasi semaksimal mungkin, serta mampu mengikuti perkembangan zaman yang terus berubah dari hari ke harinya dan berubah ke arah yang lebih baik. Selain itu, generasi muda memiliki peran yang besar dalam mewujudkan Indonesia yang maju dan sejahtera. Kunci keberhasilan Indonesia terletak pada pemudanya.
Pemuda tidak lagi dilihat sebagai masa depan, namun sebagai agen perubahan (Agent of Change) masa kini yang terlibat aktif dalam pembangunan yang berkelanjutan. Untuk itu, peningkatan mutu dan kualitas pemuda Indonesia tidak dapat ditunda lagi.
Mengingat Indonesia merupakan bangsa yang besar, maka diperlukan peran generasi muda yang berkualitas, guna meningkatkan derajat bangsa di mata dunia. Generasi milenial ini harus optimis dan siap menyongsong Indonesia Emas pada 2045 mendatang. Jadikanlah Indonesia yang terhebat di mata dunia, dan generasi mudalah yang mampu untuk melakukannya.
Jadi berbagai acara “Dengar Yang Muda” tepat sekali dilaksanakan sebagai wadah untuk menampung aspirasi generasi milenial (Zaman Now) dalam menyalurkan bakat dan kemampuannya, sehingga ke depan mereka bisa lebih berkreasi dan berinovasi yang luar biasa.
Kita tentunya sangat berharap dengan komitmen yang tinggi dari pemangku kepentingan terhadap generasi muda (milenial) dalam memanfaatkan momentum “Dengar Yang Muda” yang gaungnya sudah booming, sebagai aset untuk memajukan bangsa dan negara Indonesia. Semoga.
Oleh : Alfurkon Setiawan
Penulis adalah : Asisten SKP-DH