Satu Terduga Teroris Kelompok Ali Kalora di Poso Ditembak Mati
pada tanggal
05 Maret 2019
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Dalam jumpa pers di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Senin (4/3), Inspektur Jenderal Rudi Sufahriadi, Asisten Bidang Operasi Kapolri, menjelaskan satu orang yang tewas dalam kontak tembak tersebut bernama Basyir alias Ramzi. Lelaki asal Bima, Nusa Tenggara Barat, ini sudah lama masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).
Kontak tembak dengan lima anggota kelompok Ali Kalora ini terjadi di Desa Padopi, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, sekitar pukul 17.15 Wita. Kelompok Ali Kalora biasa beroperasi di wilayah pegunungan Kabupaten Poso dan bagian selatan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
"Dalam kontak tembak tersebut, telah tertembak satu orangyang masuk dalam DPO, yaitu Basyir alias Ramzi yang termasuk dalam DPO lama di bawahnya Ali Kalora yang belum tertangkap sejak saya jadi Kapolda. Dari tahun 2012 kita cari," jelasnya.
Selain menewaskan Basyir, lanjut Rudi, Satuan Tugas Tinombala juga berhasil menangkap Aditya alias Idad alias Kuasa, berasal dari Ambon, Maluku. Dari tangan pelaku, Satuan Tugas Tinombala berhasil menyita sepucuk M-16.
Rudi mengakui kesulitan menangkap Ali Kalora karena dia dan kelompoknya berada di tengah hutan dan sangat mengenal medan, sedangkan anggota Satuan Tugas Tinombala berganti setiap enam bulan. Selain itu, masyarakat setempat sangat takut memberikan informasi kepada aparat keamanan tentang di mana lokasi kelompok Ali Kalora.
Rudi mencontohkan ketika aparat keamanan pada 2016 mendatangi masyarakat dan tidak mau memberi informasi, kelompok Ali Kalora langsung turun gunung mengancam masyarakat. Apalagi kalau mereka sampai berani memberikan informasi kepada Satuan Tugas Tinombala. Karena itu, menururt Rudi, aparat lebih mengandalkan teknologi untuk mengetahui lokasi dan pergerakan kelompok Ali Kalora.
Lebih lanjut Rudi mengungkapkan peningkatan Operasi Tinombala ini bertujuan untuk mengurangi ancaman serangan teroris menjelang Pemilihan Presiden dan wakil presiden sertaPemilihan Legislatif. Dia menambahkan Detasemen Khusus 88 Antiteror juga sudah menaikkan kewaspadaan untuk meminimalisir ancaman teror tersebut.
Rudi mengatakan saat ini kekuatan kelompok Ali Kalora tinggal 13 orang dengan dua pucuk M16 dan dua pistol revolver. Dia memastikan tidak ada lagi pasokan senjata atau dana dari luar bagi kelompok Ali Kalora.
Kepala Biro Penerangan Divi Hubungan Masyarakat Markas Besar Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo mengatakan ada dua orang dalam kelompok Ali Kalora yang ditakuti karena kemampuan menembaknya. Selain Basir, satu lagi adalah Hi alias V alias A. Hi yang juga berasal dari Bima memegang pula senapan serbu M-16.
"Basyir ini salah satu dari kelompok Ali Kalora yang memegang senjata dan perannya cukup vital dalam kelompok ini. Karena pada saat terjadi baku tembak dan beberapa kali penembakan yang dilakukan oleh kelompok ini, salah satu pelakunya adalah Basyir," jelasnya.
Dedi mengatakan operasi penegakan hukum yang dilakukan Satuan Tugas Tinombala ini merupakan langkah terakhir, setelah upaya-upaya preventif sudah dilakukan selama dua bulan, yakni sejak penemuan mayat yang dimutilasi pada Desember tahun lalu.
Menurut Dedi, polisi pada Januari lalu juga melakukan pendekatan persuasif kepada pihak keluarga supaya Ali Kalora mau menyerahkan diri. Satuan Tugas Tinombala juga sudah menyebarluaskan DPO melalui darat dan udara.
Pada 29 Januari, Satuan Tugas Tinombala telah memberikan ultimatum atau peringatan terakhir kepada kelompok Ali Kalora untuk menyerah. Karena ultimatum itu tidak dipedulikan, Satuan Tugas Tinombala mengambil langkah penegakan hukum secara ofensif.
Hingga akhirnya, lanjut Dedi, Satuan Tugas Tinombala melakukan operasi perburuan kelompok Ali Kalora di tiga titik.
Operasi Tinombala menerjunkan 300 personel polisi dari Kepolisian daerah Sulawesi Tengah, seratus personel dari Markas Besar Polri, dan 200 prajurit Tentara Nasional Indonesia. (VOA)
Kontak tembak dengan lima anggota kelompok Ali Kalora ini terjadi di Desa Padopi, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, sekitar pukul 17.15 Wita. Kelompok Ali Kalora biasa beroperasi di wilayah pegunungan Kabupaten Poso dan bagian selatan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
"Dalam kontak tembak tersebut, telah tertembak satu orangyang masuk dalam DPO, yaitu Basyir alias Ramzi yang termasuk dalam DPO lama di bawahnya Ali Kalora yang belum tertangkap sejak saya jadi Kapolda. Dari tahun 2012 kita cari," jelasnya.
Selain menewaskan Basyir, lanjut Rudi, Satuan Tugas Tinombala juga berhasil menangkap Aditya alias Idad alias Kuasa, berasal dari Ambon, Maluku. Dari tangan pelaku, Satuan Tugas Tinombala berhasil menyita sepucuk M-16.
Rudi mengakui kesulitan menangkap Ali Kalora karena dia dan kelompoknya berada di tengah hutan dan sangat mengenal medan, sedangkan anggota Satuan Tugas Tinombala berganti setiap enam bulan. Selain itu, masyarakat setempat sangat takut memberikan informasi kepada aparat keamanan tentang di mana lokasi kelompok Ali Kalora.
Rudi mencontohkan ketika aparat keamanan pada 2016 mendatangi masyarakat dan tidak mau memberi informasi, kelompok Ali Kalora langsung turun gunung mengancam masyarakat. Apalagi kalau mereka sampai berani memberikan informasi kepada Satuan Tugas Tinombala. Karena itu, menururt Rudi, aparat lebih mengandalkan teknologi untuk mengetahui lokasi dan pergerakan kelompok Ali Kalora.
Lebih lanjut Rudi mengungkapkan peningkatan Operasi Tinombala ini bertujuan untuk mengurangi ancaman serangan teroris menjelang Pemilihan Presiden dan wakil presiden sertaPemilihan Legislatif. Dia menambahkan Detasemen Khusus 88 Antiteror juga sudah menaikkan kewaspadaan untuk meminimalisir ancaman teror tersebut.
Rudi mengatakan saat ini kekuatan kelompok Ali Kalora tinggal 13 orang dengan dua pucuk M16 dan dua pistol revolver. Dia memastikan tidak ada lagi pasokan senjata atau dana dari luar bagi kelompok Ali Kalora.
Kepala Biro Penerangan Divi Hubungan Masyarakat Markas Besar Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo mengatakan ada dua orang dalam kelompok Ali Kalora yang ditakuti karena kemampuan menembaknya. Selain Basir, satu lagi adalah Hi alias V alias A. Hi yang juga berasal dari Bima memegang pula senapan serbu M-16.
"Basyir ini salah satu dari kelompok Ali Kalora yang memegang senjata dan perannya cukup vital dalam kelompok ini. Karena pada saat terjadi baku tembak dan beberapa kali penembakan yang dilakukan oleh kelompok ini, salah satu pelakunya adalah Basyir," jelasnya.
Dedi mengatakan operasi penegakan hukum yang dilakukan Satuan Tugas Tinombala ini merupakan langkah terakhir, setelah upaya-upaya preventif sudah dilakukan selama dua bulan, yakni sejak penemuan mayat yang dimutilasi pada Desember tahun lalu.
Menurut Dedi, polisi pada Januari lalu juga melakukan pendekatan persuasif kepada pihak keluarga supaya Ali Kalora mau menyerahkan diri. Satuan Tugas Tinombala juga sudah menyebarluaskan DPO melalui darat dan udara.
Pada 29 Januari, Satuan Tugas Tinombala telah memberikan ultimatum atau peringatan terakhir kepada kelompok Ali Kalora untuk menyerah. Karena ultimatum itu tidak dipedulikan, Satuan Tugas Tinombala mengambil langkah penegakan hukum secara ofensif.
Hingga akhirnya, lanjut Dedi, Satuan Tugas Tinombala melakukan operasi perburuan kelompok Ali Kalora di tiga titik.
Operasi Tinombala menerjunkan 300 personel polisi dari Kepolisian daerah Sulawesi Tengah, seratus personel dari Markas Besar Polri, dan 200 prajurit Tentara Nasional Indonesia. (VOA)