Ignasius Jonan Resmikan Proyek Infrastruktur Kelistrikan dan Program Listrik Gratis di NTT
pada tanggal
20 April 2019
KUPANG, LELEMUKU.COM - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, pada Kamis (11/04/2019), meresmikan beberapa proyek infrastruktur ketenagalistrikan dan program sambungan listrik gratis kepada 11.000 rumah tangga miskin dan tidak mampu di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Salah satu infrastruktur kelistrikan yang diresmikan yakni Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas Mobile Power Plant (PLTMG MPP) Flores 20 Mega Watt (MW). Keandalan sistem kelistrikan di Provinsi NTT, khususnya di Pulau Flores dipastikan akan semakin meningkat dengan adanya PLTMG MPP Flores 20 MW yang pembangunannya telah selesai dan beroperasi sejak tahun lalu.
"PLTMG MPP Flores 20 MW ini sudah sekitar 8-9 bulan beroperasi, keberadaan PLTMG ini diharapkan dapat meningkatkan pasokan listrik di NTT, khususnya Pulau Flores. Ini akan mampu memasok ke 23.148 pelanggan Rumah Tangga 900 VA," kata Menteri Jonan di lokasi peresmian yang di pusatkan di PLTMG MPP Flores di Dusun Rangko, Desa Tanjung Boleng, Kec. Boleng, Kab. Manggarai Barat.
PLTMG MMP Flores ini secara sistem terkoneksi dengan PLT Panas Bumi Ulumbu 4 x 2,5 MW yang telah terlebih dahulu beroperasi. Saat ini, operasional PLTMG MPP Flores masih menggunakan high speed diesel (HSD) sebagai sumber energi utamanya. HSD merupakan bahan bakar minyak jenis solar yang memiliki angka Cetane Number 45, jenis BBM ini umumnya diperuntukan untuk mesin industri.
"Beroperasinya PLTMG ini akan menggantikan PLTD sewa sebesar 8 MW dan mampu menghemat pemakaian BBM," jelas Menteri Jonan.
Selama ini distribusi sistem kelistrikan wilayah NTT terbagi dua sistem, yaitu sistem Kupang dan sistem NTT isolated. Sistem Kupang per 7 April 2019 memiliki daya mampu, yaitu 122,22 MW dan beban puncak 86,50 MW dengan cadangan sebesar 25,72 MW. Sedangkan sistem NTT isolated mempunyai daya mampu 82,13 MW, beban puncak 70,66 MW dan cadangan 11,47 MW.
Selain PLTMG MPP 20 MW, beberapa Proyek infrastruktur kelistrikan yang diresmikan secara terpusat di Rangko guna menopang keandalan listrik NTT, antara lain:
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV Labuan Bajo - Ruteng, dengan panjang jaringan 150 kms (230 tower); SUTT 70 kV Ruteng - Ulumbu, dengan panjang jaringan 46 kms (72 tower); dan Gardu Induk (GI) Labuan Bajo, GI Ruteng serta GI Ulumbu masing-masing berkapasitas 1 x 20 MVA dengan tegangan 70 kV.
Menurut Menteri Jonan, pengoperasian proyek-proyek listrik tersebut akan mampu meningkatkan keandalan pasokan listrik di Labuan Bajo, Ruteng, dan Ulumbu karena sudah terhubung Grid Sub Sistem Flores.
"SUTT ini penggunaannya bisa ditingkatkan hingga 150kv, nanti SUTT-nya ini sampai ke Larantuka, namanya Trans Flores," ujar Jonan.
Pembangunan PLTS Komunal dan Sambungan Listrik Gratis untuk 11.000 Rumah
Pada kesempatan yang sama juga diresmikan pencanangan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Komunal off-grid yang pembangunannya tersebar di 11 lokasi di provinsi NTT.
Pembangunan PLTS off grid diproyeksikan untuk memperluas akses listrik kepada masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di daerah yang jauh dari instalasi tenaga listrik PT PLN (Persero).
"Pembangunan PLTS off grid dengan total kapasitas 2.920 kWp ini bertujuan untuk meningkatkan akses layanan listrik bagi 3.308 rumah tangga di 11 lokasi," ucap Jonan.
"Harapan saya sistem kelistrikan khususnya di Labuan Bajo terus dijaga dan kalau bisa ditingkatkan mengingat wilayah tersebut menjadi tempat wisata yang ramai dikunjungi orang," lanjut Jonan.
Provinsi NTT sendiri, jelas Jonan, menjadi salah satu wilayah yang masih memiliki rasio elektrifikasi di bawah rata-rata rasio elektrifikasi nasional. Tercatat, hingga akhir bulan Maret 2019 rasio elektrifikasi NTT adalah sekitar 71%. Berdasarkan data BPS Tahun 2018, Provinsi NTT memiliki jumlah rumah tangga sebanyak 1.168.785 rumah tangga dengan rincian, rumah tangga berlistrik PLN sebesar 658.739 (56,47%), rumah tangga berlistrik Non PLN 163.076 (14,02%) serta rumah tangga berlistrik LTSHE sebesar 4.293 (0,37%).
Pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi NTT sebesar 90% pada tahun 2019 dengan jumlah rumah tangga (RT) NTT sebesar 1.181.391 RT sesuai data proyeksi BPS. Salah satu strategi yang ditempuh adalah meresmikan penyambungan listrik kepada 11.000 masyarakat kurang mampu melalui Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Listrik Negara (PLN).
"Program ini sangat membantu masyarakat mendapatkan akses listrik untuk aktivitas sehari-hari dan sekaligus upaya meningkatkan rasio elektrifikasi di Provinsi NTT," pungkas Jonan.
Turut hadir dalam acara peresmian tersebut Wakil Gubernur NTT Josep Nae Soi, Bupati Manggarai Barat Agustinus C. Dula, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana, Direktur Jenderal EBTKE F.X. Sutijastoto dan Direktur PLN Regional Jawa Bagian Timur dan Nusa Tenggara Joko R. Abumanan. (KESDM)
Salah satu infrastruktur kelistrikan yang diresmikan yakni Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas Mobile Power Plant (PLTMG MPP) Flores 20 Mega Watt (MW). Keandalan sistem kelistrikan di Provinsi NTT, khususnya di Pulau Flores dipastikan akan semakin meningkat dengan adanya PLTMG MPP Flores 20 MW yang pembangunannya telah selesai dan beroperasi sejak tahun lalu.
"PLTMG MPP Flores 20 MW ini sudah sekitar 8-9 bulan beroperasi, keberadaan PLTMG ini diharapkan dapat meningkatkan pasokan listrik di NTT, khususnya Pulau Flores. Ini akan mampu memasok ke 23.148 pelanggan Rumah Tangga 900 VA," kata Menteri Jonan di lokasi peresmian yang di pusatkan di PLTMG MPP Flores di Dusun Rangko, Desa Tanjung Boleng, Kec. Boleng, Kab. Manggarai Barat.
PLTMG MMP Flores ini secara sistem terkoneksi dengan PLT Panas Bumi Ulumbu 4 x 2,5 MW yang telah terlebih dahulu beroperasi. Saat ini, operasional PLTMG MPP Flores masih menggunakan high speed diesel (HSD) sebagai sumber energi utamanya. HSD merupakan bahan bakar minyak jenis solar yang memiliki angka Cetane Number 45, jenis BBM ini umumnya diperuntukan untuk mesin industri.
"Beroperasinya PLTMG ini akan menggantikan PLTD sewa sebesar 8 MW dan mampu menghemat pemakaian BBM," jelas Menteri Jonan.
Selama ini distribusi sistem kelistrikan wilayah NTT terbagi dua sistem, yaitu sistem Kupang dan sistem NTT isolated. Sistem Kupang per 7 April 2019 memiliki daya mampu, yaitu 122,22 MW dan beban puncak 86,50 MW dengan cadangan sebesar 25,72 MW. Sedangkan sistem NTT isolated mempunyai daya mampu 82,13 MW, beban puncak 70,66 MW dan cadangan 11,47 MW.
Selain PLTMG MPP 20 MW, beberapa Proyek infrastruktur kelistrikan yang diresmikan secara terpusat di Rangko guna menopang keandalan listrik NTT, antara lain:
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV Labuan Bajo - Ruteng, dengan panjang jaringan 150 kms (230 tower); SUTT 70 kV Ruteng - Ulumbu, dengan panjang jaringan 46 kms (72 tower); dan Gardu Induk (GI) Labuan Bajo, GI Ruteng serta GI Ulumbu masing-masing berkapasitas 1 x 20 MVA dengan tegangan 70 kV.
Menurut Menteri Jonan, pengoperasian proyek-proyek listrik tersebut akan mampu meningkatkan keandalan pasokan listrik di Labuan Bajo, Ruteng, dan Ulumbu karena sudah terhubung Grid Sub Sistem Flores.
"SUTT ini penggunaannya bisa ditingkatkan hingga 150kv, nanti SUTT-nya ini sampai ke Larantuka, namanya Trans Flores," ujar Jonan.
Pembangunan PLTS Komunal dan Sambungan Listrik Gratis untuk 11.000 Rumah
Pada kesempatan yang sama juga diresmikan pencanangan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Komunal off-grid yang pembangunannya tersebar di 11 lokasi di provinsi NTT.
Pembangunan PLTS off grid diproyeksikan untuk memperluas akses listrik kepada masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di daerah yang jauh dari instalasi tenaga listrik PT PLN (Persero).
"Pembangunan PLTS off grid dengan total kapasitas 2.920 kWp ini bertujuan untuk meningkatkan akses layanan listrik bagi 3.308 rumah tangga di 11 lokasi," ucap Jonan.
"Harapan saya sistem kelistrikan khususnya di Labuan Bajo terus dijaga dan kalau bisa ditingkatkan mengingat wilayah tersebut menjadi tempat wisata yang ramai dikunjungi orang," lanjut Jonan.
Provinsi NTT sendiri, jelas Jonan, menjadi salah satu wilayah yang masih memiliki rasio elektrifikasi di bawah rata-rata rasio elektrifikasi nasional. Tercatat, hingga akhir bulan Maret 2019 rasio elektrifikasi NTT adalah sekitar 71%. Berdasarkan data BPS Tahun 2018, Provinsi NTT memiliki jumlah rumah tangga sebanyak 1.168.785 rumah tangga dengan rincian, rumah tangga berlistrik PLN sebesar 658.739 (56,47%), rumah tangga berlistrik Non PLN 163.076 (14,02%) serta rumah tangga berlistrik LTSHE sebesar 4.293 (0,37%).
Pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi NTT sebesar 90% pada tahun 2019 dengan jumlah rumah tangga (RT) NTT sebesar 1.181.391 RT sesuai data proyeksi BPS. Salah satu strategi yang ditempuh adalah meresmikan penyambungan listrik kepada 11.000 masyarakat kurang mampu melalui Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Listrik Negara (PLN).
"Program ini sangat membantu masyarakat mendapatkan akses listrik untuk aktivitas sehari-hari dan sekaligus upaya meningkatkan rasio elektrifikasi di Provinsi NTT," pungkas Jonan.
Turut hadir dalam acara peresmian tersebut Wakil Gubernur NTT Josep Nae Soi, Bupati Manggarai Barat Agustinus C. Dula, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana, Direktur Jenderal EBTKE F.X. Sutijastoto dan Direktur PLN Regional Jawa Bagian Timur dan Nusa Tenggara Joko R. Abumanan. (KESDM)