Infrastruktur Bandara dan Kelistrikan Siap Meretas Isolasi Pedalaman Aceh
pada tanggal
20 April 2019
BANDA ACEH, LELEMUKU.COM - Pesawat ATR berbaling-baling itu mendarat mulus di Bandar Udara Takengon Rembele, Kabupaten Bener Meriah di jantung dataran tinggi Alas Gayo - Aceh Tengah, setelah menempuh 45 menit perjalanan dari Kuala Namu, Medan. Penerbangan pagi ini seperti berselancar di atas kehijauan hutan menyusur ufuk garis bukit barisan ke arah barat laut pada ketinggian terbang rata-rata 1.400 meter di atas permukaan pohon.
Sampe L Purba, Staf Ahli Kepala SKK Migas bercerita, Tanah Gayo - Alas ini sepintas lihat banyak kemiripan dengan wilayah Tapanuli di pedalaman Danau Toba. Bandaranya sama-sama ada di ketinggian, hanya selisih 7 meter (Rembele 1.413 meter, sementara Silangit 1.420 meter di atas permukaan laut,). Penduduknya bertanam kopi dan para prianya senang mengenakan cincin batu akik.
Bandara Rembele dibangun tahun 2000, namun landas pacunya sangat pendek, hanya berupa air strip yang kurang memenuhi syarat didarati pesawat komersial. Perluasan bandara sulit, karena pemukiman penduduk di dataran sempit di ujung landas pacu tidak mudah diselesaikan. Pada waktu itu, Takengon dan dataran tinggi Gayo Alas umumnya terisolir. Hanya dapat ditempuh dengan perjalanan darat dari Medan atau Banda Aceh sekitar 6 - 8 jam menembus kesunyian hutan, kelokan curam tajam dan cekaman kondisi keamanan yang rawan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan (09/04/2019) yang datang keempat kalinya di tempat tersebut disambut meriah di pendopo Kabupaten. Beat musik, nyanyian andung dan gerak tari menyambut kehadiran Menteri dan rombongan persis tarian gondang liat-liat di Samosir, dinamis dan sederhana. Kalau di Tapanuli ada Danau Toba, di Aceh Tengah ada Danau Laut Tawar. Memang beberapa kajian ada yang menyebut bahwa secara antropologis Gayo Alas dengan Batak merupakan rumpun yang berdekatan, dan sesama proto Melayu.
Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah menyambut kedatangan Menteri Jonan dan rombongan yang akan meresmikan beberapa proyek kelistrikan di Provinsi Aceh yang dipusatkan di Takengon. Hadir para Bupati dan Anggota Forkominda (Forum Koordinasi Pimpinan Daerah) terkait dalam peresmian Proyek Gardu Induk 150 kV Takengon dan SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) 150 kV Takengon - Bireun, Gardu Induk 150 kV Subulussalam dan SUTT 150 kV Subulussalam - Sidikalang, Gardu Induk 150 kV Kutacane dan SUTT 150 kV Berastagi - Kutacane.
Dalam laporannya, Direktur PT PLN Regional Sumatera menyampaikan bahwa pembangunan Gardu Induk dan SUTT ini akan meningkatkan kehandalan/ reliabilitas sistem kelistrikan di pedalaman Aceh hingga ke perbatasan Sumatera Utara diharapkan tidak ada lagi byar pet. Interkoneksi kelistrikan ke sistem Sumatera Bagian Utara, yang didukung pembangkit besar yang masuk ke sistem yaitu PLTU Nagan Raya, Pangkalan Susu, Arun dan lain-lain. Ini adalah sebagian dari tahapan interkoneksi seluruh sistem kelistrikan di Pulau Sumatera, mulai dari Aceh hingga ujung selatan Sumatera.
Dalam rangka memberikan akses listrik hingga ke pelosok, Pemerintah mendorong segera terealisirnya interkoneksi sistem Sumatera, seperti di pulau Jawa. Karena selain meningkatkan kehandalan dan ketersediaan daya, interkoneksi sistem kelistrikan juga akan memudahkan fleksibilitas sumber pasokan energi. Sistem pembangkit tidak lagi terisolasi, sekaligus mengurangi pemakaian pembangkit listrik bertenaga diesel. Hal ini akan memberikan penghematan keuangan dan devisa.
Dengan adanya penghematan biaya operasi, Menteri Jonan mengharapkan dan menekankan agar tarif listrik tidak mengalami kenaikan. Pemerintah juga berharap kerja sama dari Pemerintah Daerah terutama terkait dengan perizinan dan pembebasan lahan. Kepada masyarakat yang hadir, fasilitas ini dititipkan untuk dijaga sebagai milik bersama yang akan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dengan adanya listerik maka diharapkan sektor lain akan ikut berkembang, termasuk industri pengolahan hasil pertanian, kehutanan dan kepariwisataan. (KESDM)
Sampe L Purba, Staf Ahli Kepala SKK Migas bercerita, Tanah Gayo - Alas ini sepintas lihat banyak kemiripan dengan wilayah Tapanuli di pedalaman Danau Toba. Bandaranya sama-sama ada di ketinggian, hanya selisih 7 meter (Rembele 1.413 meter, sementara Silangit 1.420 meter di atas permukaan laut,). Penduduknya bertanam kopi dan para prianya senang mengenakan cincin batu akik.
Bandara Rembele dibangun tahun 2000, namun landas pacunya sangat pendek, hanya berupa air strip yang kurang memenuhi syarat didarati pesawat komersial. Perluasan bandara sulit, karena pemukiman penduduk di dataran sempit di ujung landas pacu tidak mudah diselesaikan. Pada waktu itu, Takengon dan dataran tinggi Gayo Alas umumnya terisolir. Hanya dapat ditempuh dengan perjalanan darat dari Medan atau Banda Aceh sekitar 6 - 8 jam menembus kesunyian hutan, kelokan curam tajam dan cekaman kondisi keamanan yang rawan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan (09/04/2019) yang datang keempat kalinya di tempat tersebut disambut meriah di pendopo Kabupaten. Beat musik, nyanyian andung dan gerak tari menyambut kehadiran Menteri dan rombongan persis tarian gondang liat-liat di Samosir, dinamis dan sederhana. Kalau di Tapanuli ada Danau Toba, di Aceh Tengah ada Danau Laut Tawar. Memang beberapa kajian ada yang menyebut bahwa secara antropologis Gayo Alas dengan Batak merupakan rumpun yang berdekatan, dan sesama proto Melayu.
Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah menyambut kedatangan Menteri Jonan dan rombongan yang akan meresmikan beberapa proyek kelistrikan di Provinsi Aceh yang dipusatkan di Takengon. Hadir para Bupati dan Anggota Forkominda (Forum Koordinasi Pimpinan Daerah) terkait dalam peresmian Proyek Gardu Induk 150 kV Takengon dan SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) 150 kV Takengon - Bireun, Gardu Induk 150 kV Subulussalam dan SUTT 150 kV Subulussalam - Sidikalang, Gardu Induk 150 kV Kutacane dan SUTT 150 kV Berastagi - Kutacane.
Dalam laporannya, Direktur PT PLN Regional Sumatera menyampaikan bahwa pembangunan Gardu Induk dan SUTT ini akan meningkatkan kehandalan/ reliabilitas sistem kelistrikan di pedalaman Aceh hingga ke perbatasan Sumatera Utara diharapkan tidak ada lagi byar pet. Interkoneksi kelistrikan ke sistem Sumatera Bagian Utara, yang didukung pembangkit besar yang masuk ke sistem yaitu PLTU Nagan Raya, Pangkalan Susu, Arun dan lain-lain. Ini adalah sebagian dari tahapan interkoneksi seluruh sistem kelistrikan di Pulau Sumatera, mulai dari Aceh hingga ujung selatan Sumatera.
Dalam rangka memberikan akses listrik hingga ke pelosok, Pemerintah mendorong segera terealisirnya interkoneksi sistem Sumatera, seperti di pulau Jawa. Karena selain meningkatkan kehandalan dan ketersediaan daya, interkoneksi sistem kelistrikan juga akan memudahkan fleksibilitas sumber pasokan energi. Sistem pembangkit tidak lagi terisolasi, sekaligus mengurangi pemakaian pembangkit listrik bertenaga diesel. Hal ini akan memberikan penghematan keuangan dan devisa.
Dengan adanya penghematan biaya operasi, Menteri Jonan mengharapkan dan menekankan agar tarif listrik tidak mengalami kenaikan. Pemerintah juga berharap kerja sama dari Pemerintah Daerah terutama terkait dengan perizinan dan pembebasan lahan. Kepada masyarakat yang hadir, fasilitas ini dititipkan untuk dijaga sebagai milik bersama yang akan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dengan adanya listerik maka diharapkan sektor lain akan ikut berkembang, termasuk industri pengolahan hasil pertanian, kehutanan dan kepariwisataan. (KESDM)