Ki Mantep dari Armed Tarik Magelang, Irwansah Nilai Sugiharto Jadi Contoh Prajurit Pelestari Budaya Bangsa
pada tanggal
13 April 2019
MAGELANG, LELEMUKU.COM – Sebagai prajurit TNI AD tidak meluluhkan kecintaan dan kemauannya untuk melestarikan budaya bangsa sebagai dalang wayang kulit, sehingga dalam kesehariannya Letda Arm Sugiharto dijuluki Ki Mantep.
Hal tersebut disampaikan Komandan Batalyon Armed 3/105 Tarik Letkol Arm Irwansah, S.A.P dalam rilis tertulisnya di Magelang, Kamis (11/04/2019),
“Letnan Sugiharto, memang piawai dalam memainkan wayang kulit, sehingga dalam acara peringatan Hari Jadi Kota Magelang ke-1113, yang bersangkutan tampil di kawasan situs bersejarah Kota Magelang, Mantyasih, sejak Rabu malam (10/4/2019) sampai Kamis pagi (11/4/2019),”ungkap Irwansah.
“Lakon yang dimainkan, Letnan Sugiharto, atau kita panggil Ki Mantep yaitu cerita Setyaki Krida,”imbuhnya.
Menurut lulusan Akmil tahun 2001 ini, pertunjukan yang ditampilkan oleh Sugiharto mungkin hal yang baru dan sangat jarang ada.
“Tidak hanya menunjukkan keterampilan dalam hal mendalang, tapi juga menunjukkan bahwa prajurit TNI AD peduli terhadap warisan budaya bangsa yang harus kita jaga, pelihara dan lestarikan,”tegas Perwira kelahiran Malang ini.
Lebih lanjut Irwansah mengungkapkan bahwa sesungguhnya dunia pewayangan bagi Sugiharto bukanlah hal yang baru, karena Kakeknya seniman dan ayahnya pemain wayang orang.
Terpisah, Dalang Letda Sugiharto menceritakan “Sejak kecil saya tidak pernah absen menonton wayang, meskipun harus begadang sampai malam, kemudian muncul keinginan untuk mempelajari wayang,” ucapnya.
“Kemudian saya belajar kepada seorang dalang asal Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang beberapa kali berlatih, ternyata dinilai berbakat menjadi dalang. Saya pun makin semangat belajar wayang, meskipun dengan otodidak di sela-sela aktivitas sebagai anggota TNI AD,”tambahnya.
Sugiharto menyampaikan, pada pementasan cerita Setyaki Krida, dirinya ingin menyampaikan pesan dan menanamkan nilai-nilai keprajuritan yang dimiliki Kusir dari Prabu Kresna itu.
“Tokoh Setyaki jarang dijadikan tokoh utama, namun dengan karakter yang dimilikinya maka diangkat sebagai tokoh utama ceritera ini,”ujar Sugiharto
Lebih lanjut Sugiharto menceritakan tentang perjalana Setyaki yang dimasa mudanya gemar olah keprajuritan dan bertapa, yang menjadikan dirinya sangat sakti.
“Ketika perang Bharatayudha, Setyaki sangat setia menjadi kusir kerata Prabu Kresna ke medan perang membantu para Pandawa. Ia meninggal dunia setelah Perang Bharatayudha dengan kemenangan para Pandawa akibat perang Gada sesama Wangsa Yadawa, Wresni dan Andaka,”tuturnya.
“Falsafah yang bisa diambil dari tokoh Setyaki adalah seorang punggawa yang jujur, cerdas, bertanggungjawab, kuat hati, tidak mengenal menyerah, pengabdian sangat total, seorang religius, mencintai rakyat dan sangat setia kepada pimpinan,”imbuhnya
Pada saat adegan ‘Limbukan’ atau adegan setelah adegan pertama (jejer sepisan) yang biasanaya adegan inter mezo untuk mengendurkan urat syaraf penonton, Sugiharto menampilkan tokoh punakawan , yaitu Petruk dan Bagong.
” Karena menjelang pemilu, maka kita angkat tema sinergitas antara pemerintah dengan TNI dan Polri di dalam mensukseskan Pemilu 2019,”tandasnya.(Dispenad)
Hal tersebut disampaikan Komandan Batalyon Armed 3/105 Tarik Letkol Arm Irwansah, S.A.P dalam rilis tertulisnya di Magelang, Kamis (11/04/2019),
“Letnan Sugiharto, memang piawai dalam memainkan wayang kulit, sehingga dalam acara peringatan Hari Jadi Kota Magelang ke-1113, yang bersangkutan tampil di kawasan situs bersejarah Kota Magelang, Mantyasih, sejak Rabu malam (10/4/2019) sampai Kamis pagi (11/4/2019),”ungkap Irwansah.
“Lakon yang dimainkan, Letnan Sugiharto, atau kita panggil Ki Mantep yaitu cerita Setyaki Krida,”imbuhnya.
Menurut lulusan Akmil tahun 2001 ini, pertunjukan yang ditampilkan oleh Sugiharto mungkin hal yang baru dan sangat jarang ada.
“Tidak hanya menunjukkan keterampilan dalam hal mendalang, tapi juga menunjukkan bahwa prajurit TNI AD peduli terhadap warisan budaya bangsa yang harus kita jaga, pelihara dan lestarikan,”tegas Perwira kelahiran Malang ini.
Lebih lanjut Irwansah mengungkapkan bahwa sesungguhnya dunia pewayangan bagi Sugiharto bukanlah hal yang baru, karena Kakeknya seniman dan ayahnya pemain wayang orang.
Terpisah, Dalang Letda Sugiharto menceritakan “Sejak kecil saya tidak pernah absen menonton wayang, meskipun harus begadang sampai malam, kemudian muncul keinginan untuk mempelajari wayang,” ucapnya.
“Kemudian saya belajar kepada seorang dalang asal Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang beberapa kali berlatih, ternyata dinilai berbakat menjadi dalang. Saya pun makin semangat belajar wayang, meskipun dengan otodidak di sela-sela aktivitas sebagai anggota TNI AD,”tambahnya.
Sugiharto menyampaikan, pada pementasan cerita Setyaki Krida, dirinya ingin menyampaikan pesan dan menanamkan nilai-nilai keprajuritan yang dimiliki Kusir dari Prabu Kresna itu.
“Tokoh Setyaki jarang dijadikan tokoh utama, namun dengan karakter yang dimilikinya maka diangkat sebagai tokoh utama ceritera ini,”ujar Sugiharto
Lebih lanjut Sugiharto menceritakan tentang perjalana Setyaki yang dimasa mudanya gemar olah keprajuritan dan bertapa, yang menjadikan dirinya sangat sakti.
“Ketika perang Bharatayudha, Setyaki sangat setia menjadi kusir kerata Prabu Kresna ke medan perang membantu para Pandawa. Ia meninggal dunia setelah Perang Bharatayudha dengan kemenangan para Pandawa akibat perang Gada sesama Wangsa Yadawa, Wresni dan Andaka,”tuturnya.
“Falsafah yang bisa diambil dari tokoh Setyaki adalah seorang punggawa yang jujur, cerdas, bertanggungjawab, kuat hati, tidak mengenal menyerah, pengabdian sangat total, seorang religius, mencintai rakyat dan sangat setia kepada pimpinan,”imbuhnya
Pada saat adegan ‘Limbukan’ atau adegan setelah adegan pertama (jejer sepisan) yang biasanaya adegan inter mezo untuk mengendurkan urat syaraf penonton, Sugiharto menampilkan tokoh punakawan , yaitu Petruk dan Bagong.
” Karena menjelang pemilu, maka kita angkat tema sinergitas antara pemerintah dengan TNI dan Polri di dalam mensukseskan Pemilu 2019,”tandasnya.(Dispenad)