KRI Teluk Cendrawasih 533 ke Saumlaki untuk Amankan Laut Arafura dan Kepulauan Tanimbar
pada tanggal
25 April 2019
SAUMLAKI, LELEMUKU.COM – KRI Teluk Cendrawasih 533 datangi Kota Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku guna melakukan pengamanan wilayah laut perairan Arafura dan Kepulauan Tanimbar pada khususnya.
Menurut Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Saumlaki, Letkol Laut (P) Hartanto M. Tr. Hanla bahwa kedatangan Kapal perang tersebut merupakan respon cepat dari laporannya kepada Komando Armada (Koarmada) III Sorong tentang potensi kerawanan Pemilihan Umum (Pemilu) lanjutan di daerah yang dijuluki Bumi Duan Lolat itu pada Selasa (23/04/2019) kemarin.
Ia menuturkan beberapa kerawanan yang dilaporkan dirinya yaitu pemilu lanjutan yang berlangsung hingga larut malam dengan waktu di masing-masing Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang berbeda-beda dan tidak serentak, yang bisa pengakibatkan pengerahan massa.
“Potensi kerawanan seperti pemilu lanjutan kemarin, saya laporkan ke atas ada potensi ancaman dan potensi kerawanannya. Responnya adalah dari atasan dikirimkanlah kapal ke sini, ini adalah salah satu respon didatangkan KRI singgah ke sini untuk memantau,” ujar Hartanto bersama Asops Guspurla Armada III Kolonel Laut (P) Ari Krisdiyanto, M. Tr. Hanla, Paban Analev Intel Guspurla Armada III Letkol Laut (T) Suhardi dan Komandan KRI Teluk Cendrawasih 533 Mayor Laut (P) Nur Farid Syariffudin, SH para awak media pada Rabu (24/04/2019).
Ia pun menuturkan jika jalannya pesta demokrasi lanjutan kemarin sudah berjalan aman dan terkendali, namun pihaknya tetap siaga untuk bisa menyalurkan bantuan bagi para penyelenggara pemilu jika ada permintaan.
“Kalau kita memberi bantuan sesuai dengan aturan, kalau ada permintaan dari Polri, kami akan bergerak tapi kalau tidak ada permintaan ya kami standby. Aturan keterlibatan kami seperti itu pada masa pemilu ini,” tutur Hartanto.
Sementara itu, Komandan KRI Teluk Cendrawasih 533, Mayor Laut (P) Syariffudin mengatakan bahwa kapal KRI perang yang berlabuh di Pelabuhan Saumlaki pada Rabu berawak kapal sebanyak 71 personil, yang terdiri dari perwira, anggota dan prajurit.
“Kami disini untuk membantu. Kami kan asasnya di laut tentunya fungsinya seperti yang sudah diterangkan tadi, kita membantu untuk evakuasi terutama untuk pengamanan kotak suara,” kata Syariffudin.
Ia menambahkan bahwa pihaknya akan tetap berada di wilayah Kepulauan Tanimbar dan akan meninggalkan daerah itu jika keadaan benar-benar dinyatakan aman dan kondusif serta akan melanjutkan pelayaran sesuai perintah dari Koarmada III.
“Begitu semuanya dinyatakan aman, kemudian ada perintah dari atas untuk meninggalkan daerah ini, kita akan bergerak dan bergerak ke manapun kita juga akan menunggu perintah karena kan kita tetap melihat situasi yang ada kerawanan dimana, kita baru ke sana. Kami melihat potensi kerawanan yang ada di suatu daerah,” tambah Syariffudin.
Kapal yang namanya diambil dari nama sebuat teluk di Provinsi Papua ini merupakan kapal ketiga dari kapal perang jenis kapal pendarat kelas Teluk Gilimanuk milik TNI AL yang dibangun oleh VEB Peenewerft, Wolgast, Jerman Timur pada tahun 1977.
Kapal berjenis Frosch-I/Type 108 ini kemudian dibeli pemerintah Indonesia untuk TNI AL pada tahun 1994. KRI ini termasuk dalam paket pembelian sejumlah kapal perang eks Jerman Timur pada masa pemerintahan Presiden Suharto. KRI Teluk Cendrawasih bertugas sebagai armada pendarat bagi pasukan Marinir TNI AL dan juga sebagai kapal pengangkut logistik.
KRI Teluk Cendrawasih 533 memiliki berat 1,900 ton. Dengan dimensi 90,70 meter x 11,12 meter x 3,4 meter. Ditenagai oleh 2 mesin diesel, 2 shaft menghasilkan 12,000 bhp yang sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 18 knot. Diawaki oleh maksimal 42 pelaut. Mampu mengangkut kargo hingga seberat 600 ton.
Meski bukan termasuk armada tempur maupun pemukul. Sebagai armada pendarat dan pengangkut logistik, KRI Teluk Cendrawasih ibekali senjata pertahanan diri berupa 1 kanon laras ganda kaliber 37mm Model 1939; 1 Meriam Bofors 40/70 berkaliber 40mm dengan kecepatan tembakan 120-160 rpm, jangkauan 10 Km untuk target permukaan terbatas dan target udara; 2 kanon laras ganda kaliber 25mm sensor dan elektronis termasuk radar MR-302/Strut Curve Air/Surface Search. (Laura Sobuber)
Menurut Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Saumlaki, Letkol Laut (P) Hartanto M. Tr. Hanla bahwa kedatangan Kapal perang tersebut merupakan respon cepat dari laporannya kepada Komando Armada (Koarmada) III Sorong tentang potensi kerawanan Pemilihan Umum (Pemilu) lanjutan di daerah yang dijuluki Bumi Duan Lolat itu pada Selasa (23/04/2019) kemarin.
Ia menuturkan beberapa kerawanan yang dilaporkan dirinya yaitu pemilu lanjutan yang berlangsung hingga larut malam dengan waktu di masing-masing Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang berbeda-beda dan tidak serentak, yang bisa pengakibatkan pengerahan massa.
“Potensi kerawanan seperti pemilu lanjutan kemarin, saya laporkan ke atas ada potensi ancaman dan potensi kerawanannya. Responnya adalah dari atasan dikirimkanlah kapal ke sini, ini adalah salah satu respon didatangkan KRI singgah ke sini untuk memantau,” ujar Hartanto bersama Asops Guspurla Armada III Kolonel Laut (P) Ari Krisdiyanto, M. Tr. Hanla, Paban Analev Intel Guspurla Armada III Letkol Laut (T) Suhardi dan Komandan KRI Teluk Cendrawasih 533 Mayor Laut (P) Nur Farid Syariffudin, SH para awak media pada Rabu (24/04/2019).
Ia pun menuturkan jika jalannya pesta demokrasi lanjutan kemarin sudah berjalan aman dan terkendali, namun pihaknya tetap siaga untuk bisa menyalurkan bantuan bagi para penyelenggara pemilu jika ada permintaan.
“Kalau kita memberi bantuan sesuai dengan aturan, kalau ada permintaan dari Polri, kami akan bergerak tapi kalau tidak ada permintaan ya kami standby. Aturan keterlibatan kami seperti itu pada masa pemilu ini,” tutur Hartanto.
Sementara itu, Komandan KRI Teluk Cendrawasih 533, Mayor Laut (P) Syariffudin mengatakan bahwa kapal KRI perang yang berlabuh di Pelabuhan Saumlaki pada Rabu berawak kapal sebanyak 71 personil, yang terdiri dari perwira, anggota dan prajurit.
“Kami disini untuk membantu. Kami kan asasnya di laut tentunya fungsinya seperti yang sudah diterangkan tadi, kita membantu untuk evakuasi terutama untuk pengamanan kotak suara,” kata Syariffudin.
Ia menambahkan bahwa pihaknya akan tetap berada di wilayah Kepulauan Tanimbar dan akan meninggalkan daerah itu jika keadaan benar-benar dinyatakan aman dan kondusif serta akan melanjutkan pelayaran sesuai perintah dari Koarmada III.
“Begitu semuanya dinyatakan aman, kemudian ada perintah dari atas untuk meninggalkan daerah ini, kita akan bergerak dan bergerak ke manapun kita juga akan menunggu perintah karena kan kita tetap melihat situasi yang ada kerawanan dimana, kita baru ke sana. Kami melihat potensi kerawanan yang ada di suatu daerah,” tambah Syariffudin.
Kapal yang namanya diambil dari nama sebuat teluk di Provinsi Papua ini merupakan kapal ketiga dari kapal perang jenis kapal pendarat kelas Teluk Gilimanuk milik TNI AL yang dibangun oleh VEB Peenewerft, Wolgast, Jerman Timur pada tahun 1977.
Kapal berjenis Frosch-I/Type 108 ini kemudian dibeli pemerintah Indonesia untuk TNI AL pada tahun 1994. KRI ini termasuk dalam paket pembelian sejumlah kapal perang eks Jerman Timur pada masa pemerintahan Presiden Suharto. KRI Teluk Cendrawasih bertugas sebagai armada pendarat bagi pasukan Marinir TNI AL dan juga sebagai kapal pengangkut logistik.
KRI Teluk Cendrawasih 533 memiliki berat 1,900 ton. Dengan dimensi 90,70 meter x 11,12 meter x 3,4 meter. Ditenagai oleh 2 mesin diesel, 2 shaft menghasilkan 12,000 bhp yang sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 18 knot. Diawaki oleh maksimal 42 pelaut. Mampu mengangkut kargo hingga seberat 600 ton.
Meski bukan termasuk armada tempur maupun pemukul. Sebagai armada pendarat dan pengangkut logistik, KRI Teluk Cendrawasih ibekali senjata pertahanan diri berupa 1 kanon laras ganda kaliber 37mm Model 1939; 1 Meriam Bofors 40/70 berkaliber 40mm dengan kecepatan tembakan 120-160 rpm, jangkauan 10 Km untuk target permukaan terbatas dan target udara; 2 kanon laras ganda kaliber 25mm sensor dan elektronis termasuk radar MR-302/Strut Curve Air/Surface Search. (Laura Sobuber)