Nurdin Abdullah Nilai Kesederhanaan dan Integritas Kunci Suksesnya Pemimpin
pada tanggal
12 April 2019
MAKASSAR, LELEMUKU.COM – Gubernur Sulawesi Selatan HM Nurdin Abdullah menyampaikan bahwa kunci kesuksesan sebagai seorang pemimpin itu yang paling utama adalah kesederhanaan dan integritas. Hal ini disampaikan Nurdin kepada seluruh peserta 4th BRC Table Talk yang berlangsung di Hotel Aryaduta Makassar, Jumat (12/04/2019).
Nurdin Abdullah mengaku dengan modal Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang minim, sangat tidak mungkin membangun sebuah daerah. Dimana setiap musim hujan kebanjiran sementara di musim panas kekeringan.
Namun dengan modal integritas yang sangat tinggi dan kepercayaan masyarakat, maka semua bisa dicapai dengan berbagai cara. Nurdin pun berbagi pengalaman saat masih menjabat sebagai Bupati.
“Saya menjadi bupati di sebuah daerah yang sangat tertinggal, dengan APBD yang sangat kecil. Tapi karena ada integritas ada trust yang kita sudah punya, itu jadi modal kita dan yang kedua kesederhanaan,” beber Nurdin Abdullah dalam sambutannya.
Nurdin Abdullah menjelaskan, kesederhanaan itu harus muncul dari seorang pemimpin terlebih dahulu. Menurutnya, selama memimpin Kabupaten Bantaeng bahkan saat menjadi Gubernur Sulsel saat ini masih membawa tasnya sendiri kemana-mana.
“Saya kemana-mana bawa koper sendiri, bawa tas sendiri. Berbeda beberapa pemimpin daerah yang lain ada 6 orang ada 7 orang dikawal, kenapa dikawal karena dari awal sudah jadi masalah. Kalau kita bawa koper sendiri kemana-mana chek in sendiri, pemimpin itu bukan untuk dilayani tapi pemimpin itu melayani,” tutur Nurdin Abdullah.
Meski demikian, dengan nada bercanda, Nurdin Abdullah mengaku selama memimpin Kabupaten Bantaeng justru muncul masalah karena saat akhir masa jabatannya, masyarakat meminta dirinya tetap menjadi bupati.
“Kesalahan besar yang pernah saya ambil adalah saya berbuat 5 tahun di Bantaeng. Akhirnya orang Bantaeng tidak mau saya berhenti. Jadi saya ini di periode kedua tidak lagi ngos-ngosan mau kampanye tidak perlu, baliho tidak perlu karena dari awal saya jadi Bupati nggak pernah di kantor, saya 10 tahun di Bantaeng itu kursi, meja kerja saya itu sekarang itu masih kondisi 90 persen karena jarang diduduki, saya ke mana?, saya ke lapangan dengarkan apa kebutuhan rakyat,” jelasnya. (HumasSulsel)
Nurdin Abdullah mengaku dengan modal Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang minim, sangat tidak mungkin membangun sebuah daerah. Dimana setiap musim hujan kebanjiran sementara di musim panas kekeringan.
Namun dengan modal integritas yang sangat tinggi dan kepercayaan masyarakat, maka semua bisa dicapai dengan berbagai cara. Nurdin pun berbagi pengalaman saat masih menjabat sebagai Bupati.
“Saya menjadi bupati di sebuah daerah yang sangat tertinggal, dengan APBD yang sangat kecil. Tapi karena ada integritas ada trust yang kita sudah punya, itu jadi modal kita dan yang kedua kesederhanaan,” beber Nurdin Abdullah dalam sambutannya.
Nurdin Abdullah menjelaskan, kesederhanaan itu harus muncul dari seorang pemimpin terlebih dahulu. Menurutnya, selama memimpin Kabupaten Bantaeng bahkan saat menjadi Gubernur Sulsel saat ini masih membawa tasnya sendiri kemana-mana.
“Saya kemana-mana bawa koper sendiri, bawa tas sendiri. Berbeda beberapa pemimpin daerah yang lain ada 6 orang ada 7 orang dikawal, kenapa dikawal karena dari awal sudah jadi masalah. Kalau kita bawa koper sendiri kemana-mana chek in sendiri, pemimpin itu bukan untuk dilayani tapi pemimpin itu melayani,” tutur Nurdin Abdullah.
Meski demikian, dengan nada bercanda, Nurdin Abdullah mengaku selama memimpin Kabupaten Bantaeng justru muncul masalah karena saat akhir masa jabatannya, masyarakat meminta dirinya tetap menjadi bupati.
“Kesalahan besar yang pernah saya ambil adalah saya berbuat 5 tahun di Bantaeng. Akhirnya orang Bantaeng tidak mau saya berhenti. Jadi saya ini di periode kedua tidak lagi ngos-ngosan mau kampanye tidak perlu, baliho tidak perlu karena dari awal saya jadi Bupati nggak pernah di kantor, saya 10 tahun di Bantaeng itu kursi, meja kerja saya itu sekarang itu masih kondisi 90 persen karena jarang diduduki, saya ke mana?, saya ke lapangan dengarkan apa kebutuhan rakyat,” jelasnya. (HumasSulsel)