Petrus Matruty Minta Umat Katolik di Tanimbar Maknai Masa Pekan Suci Dengan Pertobatan
pada tanggal
20 April 2019
SAUMLAKI, LELEMUKU.COM – Wakil Uskup Wilayah Kepulauan Tanimbar dan Maluku Barat Daya (MBD), Provinsi Maluku, Pastor Simon Petrus Matruty, Pr meminta seluruh umat Katolik di Tanimbar untuk memaknai ‘Masa Pra-Paskah’ yaitu pekan suci, dimana merenungkan peristiwa Kematian dan Kebangkitan Yesus Kristus dengan pertobatan.
“Memasuki paskah ada masa pra-paskah, yaitu masa tobat. Masa dimana kita secara khusus mengambil waktu untuk merenungkan sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus,” ujar dia kepada Lelemuku.com pada Senin (15/04/2019).
Masa Pra-Paskah atau masa yang mendahului ‘Hari Raya Paskah’ merupakan persiapan penyesalan dalam perenungan orang percaya, melalui doa, pertobatan, pemberian sedekah dan mengingkari diri. Dengan merenungkan makna pengorbanan dan kesengsaraan Tuhan Yesus di kayu salib, manusia diharapkan mampu beralih dari kehidupan lama atau manusia lama menjadi manusia baru yang ditebus dan memperoleh hidup baru dalam semangat paskah di Minggu Kebangkitan yang jatuh pada tanggal 21 April 2019.
Pastor Matruty mengatakan untuk membantu umat Katolik dalam merefleksikan masa Pra-Paskah Tahun 2019 ini, maka ditentukan sebuah Tema yaitu ‘Literasi Teknologi dan Keutuhan Ciptaan’ dengan mengangkat isu utama yang ada dalam dunia saat ini. Dimana terjadinya gempa, tsunami, panas bumi hingga kekurangan air dimana-dimana, yang disebabkan oleh mengeksploitasi alam secara masif besar dan tidak bertanggung jawab.
Sedangkan, disatu sisi perkembangan teknologi saat ini sangat pesat dan cepat. Sehingga diharapkan perkembangan teknoligi yang cepat itu sesungghunya dapat dimanfaatkan manusia untuk menjaga keutuhan atau mengembalikan alam semesta ini seperti semula dengan kelestarian alam yang kembali ke keutuhan ciptaan.
Maka tema masa Pra-Praskah ini mengajak umat Kristiani untuk tidak boleh lagi mengulangi kebiasaan buang sampah sembarangan, tebang pohon secara tidak bertangungjawab dan juga mendesak pemerintah supaya meperhatikan keutuhan ciptaan di dunia. Kemudian sebagai umat manusia bersama-sama menjaga keutuhan alam ciptaan dimana kita dipercayakan dengan saling menghormati satu sama lain.
Puncak dari masa Pra-Paskah adalah penerimaan sakramen tobat di setiap paroki. Pentingnya sakramen tobat tersebut adalah untuk proses rekonsiliasi dimana umat akan membangun sikap baru dalam hidup yang baru dengan Tuhan, alam dan sesama, agar umat sendiri bisa bangkit bersama Kristus pada ‘Masa Paskah’.
“Karena kita percaya Tuhan menciptakan segala sesuatu itu baik dan indah. Karena itu kita mencoba untuk menjaga dan melestarikan dengan cara mengembalikan dan mengupayakannya kembali sehingga suasana alam ciptaan sejak awal itu tercipta lagi dengan teknologi itu,” tutupnya. (Laura Sobuber)
“Memasuki paskah ada masa pra-paskah, yaitu masa tobat. Masa dimana kita secara khusus mengambil waktu untuk merenungkan sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus,” ujar dia kepada Lelemuku.com pada Senin (15/04/2019).
Masa Pra-Paskah atau masa yang mendahului ‘Hari Raya Paskah’ merupakan persiapan penyesalan dalam perenungan orang percaya, melalui doa, pertobatan, pemberian sedekah dan mengingkari diri. Dengan merenungkan makna pengorbanan dan kesengsaraan Tuhan Yesus di kayu salib, manusia diharapkan mampu beralih dari kehidupan lama atau manusia lama menjadi manusia baru yang ditebus dan memperoleh hidup baru dalam semangat paskah di Minggu Kebangkitan yang jatuh pada tanggal 21 April 2019.
Pastor Matruty mengatakan untuk membantu umat Katolik dalam merefleksikan masa Pra-Paskah Tahun 2019 ini, maka ditentukan sebuah Tema yaitu ‘Literasi Teknologi dan Keutuhan Ciptaan’ dengan mengangkat isu utama yang ada dalam dunia saat ini. Dimana terjadinya gempa, tsunami, panas bumi hingga kekurangan air dimana-dimana, yang disebabkan oleh mengeksploitasi alam secara masif besar dan tidak bertanggung jawab.
Sedangkan, disatu sisi perkembangan teknologi saat ini sangat pesat dan cepat. Sehingga diharapkan perkembangan teknoligi yang cepat itu sesungghunya dapat dimanfaatkan manusia untuk menjaga keutuhan atau mengembalikan alam semesta ini seperti semula dengan kelestarian alam yang kembali ke keutuhan ciptaan.
Maka tema masa Pra-Praskah ini mengajak umat Kristiani untuk tidak boleh lagi mengulangi kebiasaan buang sampah sembarangan, tebang pohon secara tidak bertangungjawab dan juga mendesak pemerintah supaya meperhatikan keutuhan ciptaan di dunia. Kemudian sebagai umat manusia bersama-sama menjaga keutuhan alam ciptaan dimana kita dipercayakan dengan saling menghormati satu sama lain.
Puncak dari masa Pra-Paskah adalah penerimaan sakramen tobat di setiap paroki. Pentingnya sakramen tobat tersebut adalah untuk proses rekonsiliasi dimana umat akan membangun sikap baru dalam hidup yang baru dengan Tuhan, alam dan sesama, agar umat sendiri bisa bangkit bersama Kristus pada ‘Masa Paskah’.
“Karena kita percaya Tuhan menciptakan segala sesuatu itu baik dan indah. Karena itu kita mencoba untuk menjaga dan melestarikan dengan cara mengembalikan dan mengupayakannya kembali sehingga suasana alam ciptaan sejak awal itu tercipta lagi dengan teknologi itu,” tutupnya. (Laura Sobuber)