Yohanes Surya Ingin Dirikan ‘Gerakan Tanimbar Pandai Berhitung’
pada tanggal
07 Mei 2019
SAUMLAKI, LELEMUKU.COM - Pendiri Yayasan Sekolah Generasi Indonesia Untuk Semua (GenIUS), Prof. Yohanes Surya, PhD ingin dirikan ‘Gerakan Tanimbar Pandai Berhitung’ agar anak-anak penerus bangsa yang berada di Daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) serta berbatasan dengan Australia itu pandai dalam Matematika.
Menurut Pembimbing Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) itu bahwa dirinya akan mengusulkan hal tersebut kepada Bupati Petrus Fatlolon, SH., MH agar dalam waktu 2 tahun ke depan seluruh anak-anak Tanimbar tanpa terkecuali sudah hebat Matematika dengan menghitung, pembagian, perkalian, penjumlahan, pengurangan hingga pada perhitungan pecahan decimal.
“Saya akan mengusulkan kepada Bupati Kepulauan Tanimbar supaya dalam dua tahun ke depan seluruh anak-anak di Tanimbar, semua anak, tidak terkecuali bisa berhitung sampai pecahan decimal. Kalau ini bisa dijalankan, nanti kita lihat bagaimana hebatnya anak-anak ini dalam belajar matematika dan fisika,” kata dia kepada Lelemuku.com pada Senin (06/05/2019).
Prof. Yohanes pun menilai tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanya anak yang tidak mendapatkan kesempatan belajar dari guru yang baik dan metode yang benar. Fisikawan Indonesia ini pun berkisah tentang salah satu pengalamannya di tahun 2005 lalu saat melatih seorang anak dari Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua bernama Andre Awoitauw.
Andre sebelumnya tidak mengerti berhitung sama sekali namun dia mempunyai semangat belajar yang tinggi. Alhasil anak Papua itu sukses mendapatkan medali perak hingga mengalahkan juara dunia Olimpiade Matematika bernama Ivan dengan berhasil meraih medali emas.
“Setiap hari saya bilang ke Andre, kamu pasti bisa. Kemudian dia latihan lagi sampai delapan bulan hingga jam dua pagi, karena yang dia mau lawan adalah juara dunia olimpiade. Akhirnya Andre menang dan dapat medali emas. Jadi anak yang tadinya tidak bisa apa-apa, tiba-tiba bisa mengalahkan juara dunia matematika. Anak-anak itu bukan bodoh tetapi mereka mendapat pendidikan yang kurang pas. Semua anak Indonesia itu bisa, saya sudah pernah lihat dari Maluku, anak-anak Maluku itu cerdas,” ungkapnya.
Prof. Yohanes Surya lahir di Jakarta pada tanggal 6 November 1963. Ia mulai memperdalam fisika pada jurusan Fisika MIPA Universitas Indonesia hingga tahun 1986, mengajar di SMAK I Penabur Jakarta hingga tahun 1988 dan selanjutnya menempuh program master dan doktornya di College of William and Mary, Virginia, Amerika Serikat.
Program masternya diselesaikan pada tahun 1990 dan program doktornya di tahun 1994 dengan predikat cum laude. Setelah mendapatkan gelar Ph.D., Yohanes Surya menjadi Consultant of Theoretical Physics di TJNAF/CEBAF (Continous Electron Beam Accelerator Facility) Virginia, Amerika Serikat pada tahun 1994.
Walaupun Prof. Yohanes sudah mempunyai Greencard atau ijin tinggal dan bekerja di Amerika Serikat, ia lebih memilih untuk pulang ke Indonesia dengan tujuan ingin mengharumkan nama Indonesia melalui olimpiade fisika, semboyannya waktu itu adalah ‘Go Get Gold’ serta mengembangkan fisika di Indonesia.
Kemudian pulang dari Amerika, disamping melatih dan memimpin TOFI, Yohanes Surya menjadi pengajar dan peneliti pada program pasca sarjana UI untuk bidang fisika nuklir pada tahun 1995 hingga 1998.
Dari tahun 1993 hingga 2007 siswa-siswa binaannya berhasil mengharumkan nama bangsa dengan menyabet 54 medali emas, 33 medali perak dan 42 medali perunggu dalam berbagai kompetisi Sains-Fisika Internasional. Pada tahun 2006, seorang siswa binaannya meraih predikat Absolute Winner atau Juara Dunia dalam International Physics Olympiad (IphO) XXXVII di Singapura.
Sejak 2000, Yohanes Surya banyak mengadakan pelatihan untuk guru-guru Fisika dan Matematika di hampir semua kota besar di Indonesia, di ibukota kabupaten dan kotamadya, sampai ke desa-desa di seluruh pelosok Nusantara dari Sabang hingga Merauke, termasuk pesantren-pesantren. Untuk mewadahi pelatihan-pelatihan ini Yohanes Surya mendirikan Surya Institute. Surya Institute kini sedang membangun gedung TOFI center yang akan menjadi pusat pelatihan guru maupun siswa yang akan bertanding di berbagai kejuaraan sains-fisika.
Ayah tiga orang anak ini juga merupakan penulis produktif untuk bidang Fisika dan Matematika. Ada 68 buku sudah ditulis untuk siswa SD sampai SMA. Selain menulis buku, ia juga menulis ratusan artikel Fisika di jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional, harian KOMPAS, TEMPO, Media Indonesia dan lain-lain. Ia juga pencetus istilah MESTAKUNG dan tiga hukum Mestakung, serta pencetus pembelajaran Gampang, Asyik dan Menyenangkan (Gasing).
Selain sebagai penulis, Yohanes Surya juga sebagai narasumber berbagai program pengajaran Fisika melalui CD ROM untuk SD, SMP dan SMA. Ia juga ikut memproduksi berbagai program TV pendidikan diantaranya ‘Petualangan di Dunia Fantasi’ dan ‘Tralala-trilili’ di RCTI.
Selain itu, Yohanes Surya pun berkiprah dalam berbagai organisasi internasional sebagai Board member of the International Physics Olympiad, Vice President of The First step to Nobel Prize sejak tahun 1997 hingga sekarang, Penggagas dan President Asian Physics Olympiad sejak tahun 2000 hingga sekarang, Chairman of The first Asian Physics Olympiad, di Karawaci, Tangerang pada tahun 2000, Executive member of the World Physics Federation Competition, Chairman of The International Econophysics Conference pada tahun 2002.
Chairman the World Conggress Physics Federation pada tahun 2002, Board of Experts di majalah National Geographic Indonesia serta menjadi Chairman of Asian Science Camp 2008 di Denpasar, Bali. Selama berkarir di bidang pengembangan fisika, Yohanes Surya pernah mendapatkan berbagai award/fellowship antara lain CEBAF/SURA award AS ’92-93, yaitu salah satu mahasiswa terbaik dalam bidang fisika nuklir pada wilayah tenggara Amerika, penghargaan kreativitas 2005 dari Yayasan Pengembangan Kreativitas, anugerah Lencana Satya Wira Karya pada 2006 dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada tahun yang sama juga, ia terpilih sebagai wakil Indonesia dalam bidang pendidikan untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush. Pada tahun 2007, Yohanes menulis buku ‘Mestakung: Rahasia Sukses Juara Dunia’ yang mendapatkan penghargaan sebagai penulis Best Seller tercepat di Indonesia. Dan tahun 2008 mendapat award sebagai Pahlawan Masa Kini pilihan Modernisator dan majalah TEMPO. Yohanes Surya juga mendapatkan banyak penghargaan dari Menpora, Radio Elshinta, Harian Merdeka, Metro TV Award, Penghargaan ‘Icon anak Muda’ dari Radio Trax FM, Koran Jakarta Award dan Penghargaan Harian Republika sebagai ‘Tokoh perubahaan 2009’. (Laura Sobuber)
Menurut Pembimbing Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) itu bahwa dirinya akan mengusulkan hal tersebut kepada Bupati Petrus Fatlolon, SH., MH agar dalam waktu 2 tahun ke depan seluruh anak-anak Tanimbar tanpa terkecuali sudah hebat Matematika dengan menghitung, pembagian, perkalian, penjumlahan, pengurangan hingga pada perhitungan pecahan decimal.
“Saya akan mengusulkan kepada Bupati Kepulauan Tanimbar supaya dalam dua tahun ke depan seluruh anak-anak di Tanimbar, semua anak, tidak terkecuali bisa berhitung sampai pecahan decimal. Kalau ini bisa dijalankan, nanti kita lihat bagaimana hebatnya anak-anak ini dalam belajar matematika dan fisika,” kata dia kepada Lelemuku.com pada Senin (06/05/2019).
Prof. Yohanes pun menilai tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanya anak yang tidak mendapatkan kesempatan belajar dari guru yang baik dan metode yang benar. Fisikawan Indonesia ini pun berkisah tentang salah satu pengalamannya di tahun 2005 lalu saat melatih seorang anak dari Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua bernama Andre Awoitauw.
Andre sebelumnya tidak mengerti berhitung sama sekali namun dia mempunyai semangat belajar yang tinggi. Alhasil anak Papua itu sukses mendapatkan medali perak hingga mengalahkan juara dunia Olimpiade Matematika bernama Ivan dengan berhasil meraih medali emas.
“Setiap hari saya bilang ke Andre, kamu pasti bisa. Kemudian dia latihan lagi sampai delapan bulan hingga jam dua pagi, karena yang dia mau lawan adalah juara dunia olimpiade. Akhirnya Andre menang dan dapat medali emas. Jadi anak yang tadinya tidak bisa apa-apa, tiba-tiba bisa mengalahkan juara dunia matematika. Anak-anak itu bukan bodoh tetapi mereka mendapat pendidikan yang kurang pas. Semua anak Indonesia itu bisa, saya sudah pernah lihat dari Maluku, anak-anak Maluku itu cerdas,” ungkapnya.
Prof. Yohanes Surya lahir di Jakarta pada tanggal 6 November 1963. Ia mulai memperdalam fisika pada jurusan Fisika MIPA Universitas Indonesia hingga tahun 1986, mengajar di SMAK I Penabur Jakarta hingga tahun 1988 dan selanjutnya menempuh program master dan doktornya di College of William and Mary, Virginia, Amerika Serikat.
Program masternya diselesaikan pada tahun 1990 dan program doktornya di tahun 1994 dengan predikat cum laude. Setelah mendapatkan gelar Ph.D., Yohanes Surya menjadi Consultant of Theoretical Physics di TJNAF/CEBAF (Continous Electron Beam Accelerator Facility) Virginia, Amerika Serikat pada tahun 1994.
Walaupun Prof. Yohanes sudah mempunyai Greencard atau ijin tinggal dan bekerja di Amerika Serikat, ia lebih memilih untuk pulang ke Indonesia dengan tujuan ingin mengharumkan nama Indonesia melalui olimpiade fisika, semboyannya waktu itu adalah ‘Go Get Gold’ serta mengembangkan fisika di Indonesia.
Kemudian pulang dari Amerika, disamping melatih dan memimpin TOFI, Yohanes Surya menjadi pengajar dan peneliti pada program pasca sarjana UI untuk bidang fisika nuklir pada tahun 1995 hingga 1998.
Dari tahun 1993 hingga 2007 siswa-siswa binaannya berhasil mengharumkan nama bangsa dengan menyabet 54 medali emas, 33 medali perak dan 42 medali perunggu dalam berbagai kompetisi Sains-Fisika Internasional. Pada tahun 2006, seorang siswa binaannya meraih predikat Absolute Winner atau Juara Dunia dalam International Physics Olympiad (IphO) XXXVII di Singapura.
Sejak 2000, Yohanes Surya banyak mengadakan pelatihan untuk guru-guru Fisika dan Matematika di hampir semua kota besar di Indonesia, di ibukota kabupaten dan kotamadya, sampai ke desa-desa di seluruh pelosok Nusantara dari Sabang hingga Merauke, termasuk pesantren-pesantren. Untuk mewadahi pelatihan-pelatihan ini Yohanes Surya mendirikan Surya Institute. Surya Institute kini sedang membangun gedung TOFI center yang akan menjadi pusat pelatihan guru maupun siswa yang akan bertanding di berbagai kejuaraan sains-fisika.
Ayah tiga orang anak ini juga merupakan penulis produktif untuk bidang Fisika dan Matematika. Ada 68 buku sudah ditulis untuk siswa SD sampai SMA. Selain menulis buku, ia juga menulis ratusan artikel Fisika di jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional, harian KOMPAS, TEMPO, Media Indonesia dan lain-lain. Ia juga pencetus istilah MESTAKUNG dan tiga hukum Mestakung, serta pencetus pembelajaran Gampang, Asyik dan Menyenangkan (Gasing).
Selain sebagai penulis, Yohanes Surya juga sebagai narasumber berbagai program pengajaran Fisika melalui CD ROM untuk SD, SMP dan SMA. Ia juga ikut memproduksi berbagai program TV pendidikan diantaranya ‘Petualangan di Dunia Fantasi’ dan ‘Tralala-trilili’ di RCTI.
Selain itu, Yohanes Surya pun berkiprah dalam berbagai organisasi internasional sebagai Board member of the International Physics Olympiad, Vice President of The First step to Nobel Prize sejak tahun 1997 hingga sekarang, Penggagas dan President Asian Physics Olympiad sejak tahun 2000 hingga sekarang, Chairman of The first Asian Physics Olympiad, di Karawaci, Tangerang pada tahun 2000, Executive member of the World Physics Federation Competition, Chairman of The International Econophysics Conference pada tahun 2002.
Chairman the World Conggress Physics Federation pada tahun 2002, Board of Experts di majalah National Geographic Indonesia serta menjadi Chairman of Asian Science Camp 2008 di Denpasar, Bali. Selama berkarir di bidang pengembangan fisika, Yohanes Surya pernah mendapatkan berbagai award/fellowship antara lain CEBAF/SURA award AS ’92-93, yaitu salah satu mahasiswa terbaik dalam bidang fisika nuklir pada wilayah tenggara Amerika, penghargaan kreativitas 2005 dari Yayasan Pengembangan Kreativitas, anugerah Lencana Satya Wira Karya pada 2006 dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada tahun yang sama juga, ia terpilih sebagai wakil Indonesia dalam bidang pendidikan untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush. Pada tahun 2007, Yohanes menulis buku ‘Mestakung: Rahasia Sukses Juara Dunia’ yang mendapatkan penghargaan sebagai penulis Best Seller tercepat di Indonesia. Dan tahun 2008 mendapat award sebagai Pahlawan Masa Kini pilihan Modernisator dan majalah TEMPO. Yohanes Surya juga mendapatkan banyak penghargaan dari Menpora, Radio Elshinta, Harian Merdeka, Metro TV Award, Penghargaan ‘Icon anak Muda’ dari Radio Trax FM, Koran Jakarta Award dan Penghargaan Harian Republika sebagai ‘Tokoh perubahaan 2009’. (Laura Sobuber)