Arti Idul Fitri 1440 H Bagi Umat Muslim di Tanimbar
pada tanggal
07 Juni 2019
SAUMLAKI, LELEMUKU.COM – Plt Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku, H. Abdul Karim mengungkapkan arti perayaan hari kemenangan, Idul Ftri 1440 Hijriah di Tahun 2019 bagi umat Muslim di Bumi Duan Lolat.
“Idul fitri itu artinya kembali kepada kesucian,” ungkap dia kepada awak media di Saumlaki, Kecamatan Tanimbar Selatan (Tansel) pada Rabu (05/06/2019).
Karim menuturkan setelah umat muslim melaksanakan puasa 1 bulan penuh dan melaksanakan ibadah ritual lainnya, seperti pembayaran zakat dan diakhiri dengan shalat Ied bersama, maka diharapkan dapat menjadi pribadi yang berkualitas dan memiliki hubungan yang intim dengan sang pencipta dan hubungan baik dengan sesama manusia.
Ia menambahkan bahwa hal tersebut merupakan esensi dari berpuasa yang dilaksanakan pada Bulan Ramadan. Karim pun meminta kepada seluruh umat muslim di daerah itu agar menjaga kesucian atau kemurnian hati yang telah diperoleh pada hari kemenangan itu dan dilaksanakan pada bulan-bulan pasca Idul Fitri untuk hidup saling berdampingan dan saling menghormati satu sama lain.
“Semoga kita menjadi pribadi-pribadi yang berkualitas yang memiliki hubungan baik dengan sang pencipta dan sesama manusia. Mari jaga kekuatan itu, mari kita laksanakan pada bulan-bulan pasca setelah idul fitri,” pinta Karim. (Laura Sobuber)
“Idul fitri itu artinya kembali kepada kesucian,” ungkap dia kepada awak media di Saumlaki, Kecamatan Tanimbar Selatan (Tansel) pada Rabu (05/06/2019).
Karim menuturkan setelah umat muslim melaksanakan puasa 1 bulan penuh dan melaksanakan ibadah ritual lainnya, seperti pembayaran zakat dan diakhiri dengan shalat Ied bersama, maka diharapkan dapat menjadi pribadi yang berkualitas dan memiliki hubungan yang intim dengan sang pencipta dan hubungan baik dengan sesama manusia.
Ia menambahkan bahwa hal tersebut merupakan esensi dari berpuasa yang dilaksanakan pada Bulan Ramadan. Karim pun meminta kepada seluruh umat muslim di daerah itu agar menjaga kesucian atau kemurnian hati yang telah diperoleh pada hari kemenangan itu dan dilaksanakan pada bulan-bulan pasca Idul Fitri untuk hidup saling berdampingan dan saling menghormati satu sama lain.
“Semoga kita menjadi pribadi-pribadi yang berkualitas yang memiliki hubungan baik dengan sang pencipta dan sesama manusia. Mari jaga kekuatan itu, mari kita laksanakan pada bulan-bulan pasca setelah idul fitri,” pinta Karim. (Laura Sobuber)