Berhasil Kelabui Petrus Fatlolon, Konstantinus Ete Jadikan Tanimbar Lelucon
pada tanggal
21 Juni 2019
SAUMLAKI, LELEMUKU.COM - Pimpinan redaksi surat kabar harian umum (SKH) Nurani Maluku, Kostantinus Ete dinilai berhasil kelabui Bupati Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku, Petrus Fatlolon SH., MH dengan pemberitaan-pemberitaan provokatif, hoaks dan menyesatkan yang malah menjadikan Tanimbar sebagai lelucon.
Perwakilan wartawan Tanimbar menilai surat kabar yang berasal dari Kota Ambon ini sudah berhasil mengadu domba wartawan lokal dengan seluruh elemen pemerintahan daerah (pemda), termasuk bupatinya sehingga niat koran ini menjadikan Tanimbar buruk di mata Maluku terutama di Ambon selalu berjalan.
"Berita Nurani Maluku ini adalah provokatif, mereka memprovokasi wartawan dengan wartawan, wartawan dengan pemerintah daerah, lalu oknum wartawan dengan oknum pejabat di Pemda," ujar pemimpin redaksi media online Dharapos.com, Simon Lolonlun beberapa waktu lalu.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tanimbar ini mengatakan tujuan utama berita tentang Tanimbar yang sering dipublikasikan dihalaman utama koran yang dikelola oleh Ete berusaha mengais dan mendapat uang di Tanimbar, daerah yang selama ini dinilai masih terpencil dan terabaikan di Maluku.
"Semua orang tahu tentang siapa orangnya. Kita (wartawan di Tanimbar) tidak mencari keuntungan dari sini, tetapi dia banyak mencari keuntungan dengan proyek-proyek dan sebagainya. Berita ini pun salah satu wujud dia turut menyebarkan informasi bohong mencari sensasi untuk dikagumi dan saya kira itu dia punya target," ujar dia.
Menurut Ketua Perkumpulan Wartawan Online Indonesia Nasional (PWOIN) Tanimbar, Djefri Ranglalin, dirinya pernah dijadikan sebagai narasumber media itu tanpa ia sadari dalam pemberitaan hoax yang malah merugikan daerah tersebut.
"Saya tidak berpikir kalau pernyataan saya akan dimuat dimedia seperti ini. Saya pikir karena dia (Ete) tanya jadi saya menyampaikan, mungkin sebatas itu. Saya merasa tidak adil juga dan terlalu berlebihan juga," ujar dia.
Selanjutnya kontributor media online di Tanimbar, Rolland Futwembun, meminta Bupati Fatlolon dan para pemimpin SKPD di Tanimbar agar sadari upaya penyesatan ini sehingga pemerintahannya yang selama ini berjalan dengan baik tidak diperdaya dengan provokasi yang malah mengganggu hingga merusak kinerja positif mereka.
"Saya mau pak bupati dalam hal ini sebagai pimpinan tertinggi di daerah ini harus nyatakan sikap. Apakah bapak mau terus (diperdaya) dengan Nurasi Maluku terutama Costan Ete atau dengan wartawan Tanimbar? Karena bukan baru hari ini saja dia buat berita menyesatkan seperti ini. Sebab lewat pemberitaannya di media Nurani Maluku telah memprovokasi kita," ujar dia.
Dikatakan upaya provokasi Nurani Maluku ini semakin menguat setelah muncul upaya Petrus Fatlolon dalam beberapa pertemuan guna merangkul wartawan lokal Tanimbar yang selama ini tidak dianggap dan disepelekan. Termasuk upaya bupati menggunakan media lokal baik cetak, elektronik dan online sebagai sarana menginformasikan kegiatannya selama ini.
"Sangat jelas bahwa bupati mengatakan, setiap kali perjalanan pak bupati kemanapun baik didaerah maupun luar daerah harus didampingi oleh wartawan Tanimbar. Ini atas perintah bupati, bukan permintaan wartawan. Sementara untuk pertemuan ini, bupati sendiri yang mengundang, bukan kita wartawan Tanimbar," katanya.
Futuwembun melanjutkan, Kostan Ete menilai pertemuan antara bupati dan wartawan Tanimbar ini disalah tafsirkan sebagai upaya mengurangi proyek-proyek yang selama ini didapatnya dengan cara menekan pihak-pihak yang dapat diperdaya di Tanimbar. Sehingga Ete berusaha melakukan segala cara guna menjadikan kabupaten ini sebagai lelucon diberitanya.
"Perjalanan wartawan mendampingi bupat sudah terlaksana satu kali, namun dikemudian hari, hal ini tidak lagi berjalan. Karena ada bocoran bahwa Kostan Ete sendirilah yang membatasi itu kepada pak bupati saat berada di Ambon. Saya sangat kecewa dengan tindakan Kos, ini kelakuan-kelakuan tidak baik, tidak bagus dan tidak boleh dicontohi oleh wartawan lain," beber jurnalis Skandal yang berpusat di Jakarta ini.
Berita menyesatkan terakhir tentang Tanimbar yang dihembuskan Nurani Maluku adalah tentang dugaan penyalahgunaan dana Rp10 juta terkait quick count pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 lalu yang menuding wartawan lokal di Tanimbar sebagai para pelakunya.
Sementara pada kenyataan permintaan publikasi khusus terkait pemilihan presiden secara beimbang ini merupakan dukungan dari Bupati Fatlolon agar para wartawan Tanimbar bersama para kontributor daerah dapat memberitakan secara objektif Pilpres di Tanimbar.(Albert Batlayeri)
Perwakilan wartawan Tanimbar menilai surat kabar yang berasal dari Kota Ambon ini sudah berhasil mengadu domba wartawan lokal dengan seluruh elemen pemerintahan daerah (pemda), termasuk bupatinya sehingga niat koran ini menjadikan Tanimbar buruk di mata Maluku terutama di Ambon selalu berjalan.
"Berita Nurani Maluku ini adalah provokatif, mereka memprovokasi wartawan dengan wartawan, wartawan dengan pemerintah daerah, lalu oknum wartawan dengan oknum pejabat di Pemda," ujar pemimpin redaksi media online Dharapos.com, Simon Lolonlun beberapa waktu lalu.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tanimbar ini mengatakan tujuan utama berita tentang Tanimbar yang sering dipublikasikan dihalaman utama koran yang dikelola oleh Ete berusaha mengais dan mendapat uang di Tanimbar, daerah yang selama ini dinilai masih terpencil dan terabaikan di Maluku.
"Semua orang tahu tentang siapa orangnya. Kita (wartawan di Tanimbar) tidak mencari keuntungan dari sini, tetapi dia banyak mencari keuntungan dengan proyek-proyek dan sebagainya. Berita ini pun salah satu wujud dia turut menyebarkan informasi bohong mencari sensasi untuk dikagumi dan saya kira itu dia punya target," ujar dia.
Menurut Ketua Perkumpulan Wartawan Online Indonesia Nasional (PWOIN) Tanimbar, Djefri Ranglalin, dirinya pernah dijadikan sebagai narasumber media itu tanpa ia sadari dalam pemberitaan hoax yang malah merugikan daerah tersebut.
"Saya tidak berpikir kalau pernyataan saya akan dimuat dimedia seperti ini. Saya pikir karena dia (Ete) tanya jadi saya menyampaikan, mungkin sebatas itu. Saya merasa tidak adil juga dan terlalu berlebihan juga," ujar dia.
Selanjutnya kontributor media online di Tanimbar, Rolland Futwembun, meminta Bupati Fatlolon dan para pemimpin SKPD di Tanimbar agar sadari upaya penyesatan ini sehingga pemerintahannya yang selama ini berjalan dengan baik tidak diperdaya dengan provokasi yang malah mengganggu hingga merusak kinerja positif mereka.
"Saya mau pak bupati dalam hal ini sebagai pimpinan tertinggi di daerah ini harus nyatakan sikap. Apakah bapak mau terus (diperdaya) dengan Nurasi Maluku terutama Costan Ete atau dengan wartawan Tanimbar? Karena bukan baru hari ini saja dia buat berita menyesatkan seperti ini. Sebab lewat pemberitaannya di media Nurani Maluku telah memprovokasi kita," ujar dia.
Dikatakan upaya provokasi Nurani Maluku ini semakin menguat setelah muncul upaya Petrus Fatlolon dalam beberapa pertemuan guna merangkul wartawan lokal Tanimbar yang selama ini tidak dianggap dan disepelekan. Termasuk upaya bupati menggunakan media lokal baik cetak, elektronik dan online sebagai sarana menginformasikan kegiatannya selama ini.
"Sangat jelas bahwa bupati mengatakan, setiap kali perjalanan pak bupati kemanapun baik didaerah maupun luar daerah harus didampingi oleh wartawan Tanimbar. Ini atas perintah bupati, bukan permintaan wartawan. Sementara untuk pertemuan ini, bupati sendiri yang mengundang, bukan kita wartawan Tanimbar," katanya.
Futuwembun melanjutkan, Kostan Ete menilai pertemuan antara bupati dan wartawan Tanimbar ini disalah tafsirkan sebagai upaya mengurangi proyek-proyek yang selama ini didapatnya dengan cara menekan pihak-pihak yang dapat diperdaya di Tanimbar. Sehingga Ete berusaha melakukan segala cara guna menjadikan kabupaten ini sebagai lelucon diberitanya.
"Perjalanan wartawan mendampingi bupat sudah terlaksana satu kali, namun dikemudian hari, hal ini tidak lagi berjalan. Karena ada bocoran bahwa Kostan Ete sendirilah yang membatasi itu kepada pak bupati saat berada di Ambon. Saya sangat kecewa dengan tindakan Kos, ini kelakuan-kelakuan tidak baik, tidak bagus dan tidak boleh dicontohi oleh wartawan lain," beber jurnalis Skandal yang berpusat di Jakarta ini.
Berita menyesatkan terakhir tentang Tanimbar yang dihembuskan Nurani Maluku adalah tentang dugaan penyalahgunaan dana Rp10 juta terkait quick count pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 lalu yang menuding wartawan lokal di Tanimbar sebagai para pelakunya.
Sementara pada kenyataan permintaan publikasi khusus terkait pemilihan presiden secara beimbang ini merupakan dukungan dari Bupati Fatlolon agar para wartawan Tanimbar bersama para kontributor daerah dapat memberitakan secara objektif Pilpres di Tanimbar.(Albert Batlayeri)